Banjarmasin: Paham radikalisme dan terorisme disebut banyak menggunakan media internet sebagai cara penyebarannya. Dibutuhkan kecakapan digital agar tidak terjebak pada ajakan paham-paham radikal.
Kecakapan digital bisa menumbuhkan sikap kritis dan kehati-hatian dalam menyerap informasi yang mengalir di internet sehingga penyebaran radikalisme dan terorisme bisa diredam.
Hal tersebut terungkap webinar bertema ‘Bekal Menghadapi Kejahatan Radikal di Dunia Maya’ yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis 28 Juli 2022.
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh Kamaruddin Hasan mengatakan, konten digital yang mengandung unsur radikalisme dan terorisme masuk kategori ‘post truth’ yang berkesan membodohi publik sekaligus memperalat publik. Dampak lebih jauh dari terorisme dan radikalisme adalah terpecahnya masyarakat.
“Ada beberapa solusi dan strategi untuk mencegah penyebaran terorisme dan radikalisme. Misalnya, pahami prinsip dan tujuan berkomunikasi di dunia digital. Lalu, percayalah bahwa keragaman itu adalah sebuah keniscayaan dan interaksi berbasis toleransi, serta saling menghargai. Apabila itu diterapkan, paham teroris dan radikalisme tidak akan masuk pikiran seseorang,” kata Kamaruddin.
JaWAra internet sehat Banten Herman Purba menyebut radikalisme di media sosial adalah bentuk kejahatan digital yang ditujukan kepada anak-anak atau remaja.
Kejahatan lainnya adalah perundungan siber (cyber bullying) dan eksploitasi seksual anak secara online. Khusus mengenai radikalisme dan terorisme, paham ini berbentuk kampanye atau propaganda yang disebarkan melalui konten digital.
“Radikalisme melalui instrumen internet adalah upaya menjadikan masyarakat pengguna internet sebagai sasaran. Penting bagi pengguna internet untuk memverifikasi semua informasi yang beredar di internet,” katanya.
Sociopreneur sekaligus konten kreator Kristiyuana mengatakan, individu yang memiliki kecakapan digital dinilai mampu memahami dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi perdagangan elektronik maupun dompet digital.
“Kecakapan digital penting untuk bisa menyeleksi dan memverifikasi setiap informasi yang didapat di internet untuk kebaikan diri sendiri dan sesama. Ingat, jangan mudah terhasut hoaks, apalagi yang berbau SARA,” ucapnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Banjarmasin: Paham radikalisme dan terorisme disebut banyak menggunakan media internet sebagai cara penyebarannya. Dibutuhkan kecakapan digital agar tidak terjebak pada ajakan paham-paham radikal.
Kecakapan digital bisa menumbuhkan sikap kritis dan kehati-hatian dalam menyerap informasi yang mengalir di internet sehingga penyebaran radikalisme dan terorisme bisa diredam.
Hal tersebut terungkap webinar bertema ‘Bekal Menghadapi Kejahatan Radikal di Dunia Maya’ yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis 28 Juli 2022.
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh Kamaruddin Hasan mengatakan, konten digital yang mengandung unsur radikalisme dan terorisme masuk kategori ‘post truth’ yang berkesan membodohi publik sekaligus memperalat publik. Dampak lebih jauh dari terorisme dan radikalisme adalah terpecahnya masyarakat.
“Ada beberapa solusi dan strategi untuk mencegah penyebaran terorisme dan radikalisme. Misalnya, pahami prinsip dan tujuan berkomunikasi di dunia digital. Lalu, percayalah bahwa keragaman itu adalah sebuah keniscayaan dan interaksi berbasis toleransi, serta saling menghargai. Apabila itu diterapkan, paham teroris dan radikalisme tidak akan masuk pikiran seseorang,” kata Kamaruddin.
JaWAra internet sehat Banten Herman Purba menyebut radikalisme di media sosial adalah bentuk kejahatan digital yang ditujukan kepada anak-anak atau remaja.
Kejahatan lainnya adalah perundungan siber (cyber bullying) dan eksploitasi seksual anak secara online. Khusus mengenai radikalisme dan terorisme, paham ini berbentuk kampanye atau propaganda yang disebarkan melalui konten digital.
“Radikalisme melalui instrumen internet adalah upaya menjadikan masyarakat pengguna internet sebagai sasaran. Penting bagi pengguna internet untuk memverifikasi semua informasi yang beredar di internet,” katanya.
Sociopreneur sekaligus konten kreator Kristiyuana mengatakan, individu yang memiliki kecakapan digital dinilai mampu memahami dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi perdagangan elektronik maupun dompet digital.
“Kecakapan digital penting untuk bisa menyeleksi dan memverifikasi setiap informasi yang didapat di internet untuk kebaikan diri sendiri dan sesama. Ingat, jangan mudah terhasut hoaks, apalagi yang berbau SARA,” ucapnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)