medcom.id, Jakarta: Kementerian Luar Negeri memastikan 16 warga negara Indonesia (WNI) yang sempat tertahan di Marawi, Mindanao, Filipina, bisa pulang malam ini. Ke-16 WNI itu merupakan anggota Jamaah Tabligh.
"Mereka akan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pada pukul 22.40 WIB menggunakan pesawat Singapire Airlines SQ 968 ETA," begitu info dari Direktorat Perlindungan WNI, Kementerian Luar Negeri, yang diterima Metrotvnews.com, Sabtu pagi 3 Juni 2017.
Sebelumnya, mereka terjebak dalam pertempuran antara militer Filipina melawan kelompok Maute yang diduga terkait dengan Islamic State (IS). Dari 16 WNI itu, 10 WNI yang berasal dari Jawa Barat ditemukan berada di Masjid Abu Bakar as Sidiq atau berjarak 500 meter dari ladang pertempuran.
Adapun enam WNI lainnya yang merupakan warga Makassar, Polowali, dan Sidrap, ditemukan di Masjid Al Kuwaid, Kota Sutan Naga, yang bisa ditempuh empat jam perjalanan dari Kota Marawi.
38 WNI terlibat teror
Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, mengatakan tak cuma tujuh orang yang menjadi buronan otoritas Filipina. Total ada 38 WNI yang diduga terlibat dalam aksi teror di Marawi.
"Terdiri atas 37 pria dan seorang perempuan. Dari jumlah tersebut, 4 orang diduga telah tewas, 6 orang dideportasi pemerintah Filipina, 6 telah kembali ke Indonesia, dan 22 orang masih di Filipina," kata Setyo, kemarin.
Militer Filipina menguasai Marawi. Foto: AFP
Menurut Setyo, jaringan terorisme IS sedang membangun basis kekuatan di Marawi, Filipina, untuk menguasai Asia Tenggara. Mereka getol merekrut anggota termasuk dari Indonesia. Ke-38 WNI tersebut berangkat ke Filipina secara ilegal.
Terhadap mereka yang telah kembali ke Indonesia, negara akan menyertakan mereka dalam program deradikalisasi. Densus 88 Antiteror pun akan melakukan penggambaran (profiling) WNI yang jelas-jelas terlibat dalam aksi terorisme di Filipina.
"Profiling akan disinkronkan dengan catatan kepolisian untuk mengetahui apakah mereka pernah melakukan aktivitas di Indonesia," jelas Setyo.
Baca: 200 Ribu Jiwa Terjebak di Konflik Marawi
Hanya, imbuh dia, Polri tidak bisa menjerat para WNI tersebut dengan pasal pidana karena tidak dimungkinkan UU tentang Terorisme. "Inilah kelemahan UU kita. Kita tidak bisa memidanakan mereka karena pelanggaran dilakukan di luar negeri, locus delicti-nya."
Sebelumnya, Polri merilis laporan kepolisian Filipina bahwa ada tujuh WNI yang menjadi buron. Mereka terlibat dalam kelompok Maute yang pekan lalu menyerang Marawi dan sempat menguasai beberapa fasilitas umum.
Mereka ialah Al Ikhwan Yushel, Yayat Hidayat Tarli, Anggara Suprayogi, Yoki Pratama Windyarto, Moch Jaelani Firdaus, Muhamad Gufron, dan Muhammad Ilham Syahputra.
Tambah pasukan
Untuk mengatisipasi berpindahnya foreign terrorist fighters setelah militer Filipina terus menggempur kelompok Maute, Polri pun menambah 119 personel Brimob di perbatasan Indonesia-Filipina di Sulawesi Utara.
Militer Filipina berbaris menuju kota Marawi yang dikuasai militan terafiliasi ISIS, 25 Mei 2017. Foto: AFP-Reuters/Romeo Ranoco
Mereka akan ditempatkan di Pulau Marore, Miangas, dan Nanusa yang dekat dengan Filipina Selatan. Selain itu, 200 personel Brimob akan ditempatkan di perbatasan lainnya seperti di Sebatik, Kalimantan Utara.
"Ini langkah deteksi dini dan antisipasi masuknya kelompok teroris dari Filipina ke wilayah Indonesia," papar Danyon C Pelopor AKB Henzly Moningkey.
Komandan Satuan Brimob Polda Kaltim Kombes Heri Heryadi menegaskan, bila gangguan meningkat, pihaknya siap menambah pasukan.
Upaya pencegahan masuknya teroris dari Marawi juga dilakukan TNI-AU dengan mengerahkan sejumlah pesawat di perbatasan, utamanya di Pulau Marore, Miangas, dan Marampit.
"Saat ini TNI AU sedang gelar Operasi Kilat Badik, setiap hari 6 jam mengawasi wilayah perbatasan. Ada 17 pesawat yang disiagakan," tutur Mayor (Pnb) Hendro Sukamdani, kapten pilot dalam Operasi Kilat Badik Skuadron 5 di Manado. (VL/SY/X-8)
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/akW85m0K" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Kementerian Luar Negeri memastikan 16 warga negara Indonesia (WNI) yang sempat tertahan di Marawi, Mindanao, Filipina, bisa pulang malam ini. Ke-16 WNI itu merupakan anggota Jamaah Tabligh.
"Mereka akan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pada pukul 22.40 WIB menggunakan pesawat Singapire Airlines SQ 968 ETA," begitu info dari Direktorat Perlindungan WNI, Kementerian Luar Negeri, yang diterima
Metrotvnews.com, Sabtu pagi 3 Juni 2017.
Sebelumnya, mereka terjebak dalam pertempuran antara militer Filipina melawan kelompok Maute yang diduga terkait dengan Islamic State (IS). Dari 16 WNI itu, 10 WNI yang berasal dari Jawa Barat ditemukan berada di Masjid Abu Bakar as Sidiq atau berjarak 500 meter dari ladang pertempuran.
Adapun enam WNI lainnya yang merupakan warga Makassar, Polowali, dan Sidrap, ditemukan di Masjid Al Kuwaid, Kota Sutan Naga, yang bisa ditempuh empat jam perjalanan dari Kota Marawi.
38 WNI terlibat teror
Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, mengatakan tak cuma tujuh orang yang menjadi buronan otoritas Filipina. Total ada 38 WNI yang diduga terlibat dalam aksi teror di Marawi.
"Terdiri atas 37 pria dan seorang perempuan. Dari jumlah tersebut, 4 orang diduga telah tewas, 6 orang dideportasi pemerintah Filipina, 6 telah kembali ke Indonesia, dan 22 orang masih di Filipina," kata Setyo, kemarin.
Militer Filipina menguasai Marawi. Foto: AFP
Menurut Setyo, jaringan terorisme IS sedang membangun basis kekuatan di Marawi, Filipina, untuk menguasai Asia Tenggara. Mereka getol merekrut anggota termasuk dari Indonesia. Ke-38 WNI tersebut berangkat ke Filipina secara ilegal.
Terhadap mereka yang telah kembali ke Indonesia, negara akan menyertakan mereka dalam program deradikalisasi. Densus 88 Antiteror pun akan melakukan penggambaran (profiling) WNI yang jelas-jelas terlibat dalam aksi terorisme di Filipina.
"Profiling akan disinkronkan dengan catatan kepolisian untuk mengetahui apakah mereka pernah melakukan aktivitas di Indonesia," jelas Setyo.
Baca: 200 Ribu Jiwa Terjebak di Konflik Marawi
Hanya, imbuh dia, Polri tidak bisa menjerat para WNI tersebut dengan pasal pidana karena tidak dimungkinkan UU tentang Terorisme. "Inilah kelemahan UU kita. Kita tidak bisa memidanakan mereka karena pelanggaran dilakukan di luar negeri,
locus delicti-nya."
Sebelumnya, Polri merilis laporan kepolisian Filipina bahwa ada tujuh WNI yang menjadi buron. Mereka terlibat dalam kelompok Maute yang pekan lalu menyerang Marawi dan sempat menguasai beberapa fasilitas umum.
Mereka ialah Al Ikhwan Yushel, Yayat Hidayat Tarli, Anggara Suprayogi, Yoki Pratama Windyarto, Moch Jaelani Firdaus, Muhamad Gufron, dan Muhammad Ilham Syahputra.
Tambah pasukan
Untuk mengatisipasi berpindahnya foreign terrorist fighters setelah militer Filipina terus menggempur kelompok Maute, Polri pun menambah 119 personel Brimob di perbatasan Indonesia-Filipina di Sulawesi Utara.
Militer Filipina berbaris menuju kota Marawi yang dikuasai militan terafiliasi ISIS, 25 Mei 2017. Foto: AFP-Reuters/Romeo Ranoco
Mereka akan ditempatkan di Pulau Marore, Miangas, dan Nanusa yang dekat dengan Filipina Selatan. Selain itu, 200 personel Brimob akan ditempatkan di perbatasan lainnya seperti di Sebatik, Kalimantan Utara.
"Ini langkah deteksi dini dan antisipasi masuknya kelompok teroris dari Filipina ke wilayah Indonesia," papar Danyon C Pelopor AKB Henzly Moningkey.
Komandan Satuan Brimob Polda Kaltim Kombes Heri Heryadi menegaskan, bila gangguan meningkat, pihaknya siap menambah pasukan.
Upaya pencegahan masuknya teroris dari Marawi juga dilakukan TNI-AU dengan mengerahkan sejumlah pesawat di perbatasan, utamanya di Pulau Marore, Miangas, dan Marampit.
"Saat ini TNI AU sedang gelar Operasi Kilat Badik, setiap hari 6 jam mengawasi wilayah perbatasan. Ada 17 pesawat yang disiagakan," tutur Mayor (Pnb) Hendro Sukamdani, kapten pilot dalam Operasi Kilat Badik Skuadron 5 di Manado. (VL/SY/X-8)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UWA)