Jakarta: Keterisian rumah sakit yang tinggi mengakibatkan sebagian besar masyarakat yang terjangkit covid-19 harus isolasi mandiri di rumah. Oksigen digunakan sebagai pertolongan pertama pasien yang mengidap sesak nafas.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menjelaskan penggunaan oksigen sebaiknya ditentukan petugas kesehatan. Sebab, penggunaan oksigen harus sesuai dengan yang kebutuhan tubuh.
“Kalau oksigen yang dibutuhkan tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan, kami khawatir adalah problem hipoksia atau saturasi udaranya tidak dapat tertolong secara cepat," terang Daeng M Faqih, dalam tayangan Metro Siang di Metro TV, Rabu, 7 Juli 2021.
Di sisi lain, penggunaan yang berlebihan juga membuat stok oksigen justru cepat habis. Padahal, ketimpangan kebutuhan dan persediaan membuat oksigen kini sulit didapat.
Dari sisi medis, penggunaan oksigen harus sesuai kondisi pasien. Indikasi medis dilakukan oleh dokter dengan melihat gejala fisik pasien.
“Orang yang mengalami gangguan sesak pernapasan atau sering disebut hipoksia memiliki gejala kebiruan atau sianosis terutama di daerah bibir ujung ujung tangan.”
Sedangkan indikasi dari hasil pemeriksaan dapat dilihat berdasarkan respiratory rate dan saturasi oksigen atau yang lebih canggih dengan analisis gas darah. Jika dari hasil tes menunjukan hasil yang tidak sesuai maka oksigen akan diberikan.
“Kalau orang dewasa respiratory rate lebih dari 20 kali per menit, anak-anak lebih dari 30 kali per menit itu menunjukkan adanya hipoksia. Sedangkan kalau saturasi di bawah 94 persen atau di bawah 93 itu biasanya sudah ada indikasi,” terangnya. (Imanuel Rymaldi Matatula)
Jakarta: Keterisian rumah sakit yang tinggi mengakibatkan sebagian besar masyarakat yang terjangkit covid-19 harus isolasi mandiri di rumah. Oksigen digunakan sebagai pertolongan pertama pasien yang mengidap sesak nafas.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (
IDI) Daeng M Faqih menjelaskan penggunaan oksigen sebaiknya ditentukan petugas kesehatan. Sebab, penggunaan oksigen harus sesuai dengan yang kebutuhan tubuh.
“Kalau oksigen yang dibutuhkan tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan, kami khawatir adalah problem hipoksia atau saturasi udaranya tidak dapat tertolong secara cepat," terang Daeng M Faqih, dalam tayangan
Metro Siang di
Metro TV, Rabu, 7 Juli 2021.
Di sisi lain, penggunaan yang berlebihan juga membuat stok
oksigen justru cepat habis. Padahal, ketimpangan kebutuhan dan persediaan membuat oksigen kini sulit didapat.
Dari sisi medis, penggunaan oksigen harus sesuai kondisi pasien. Indikasi medis dilakukan oleh dokter dengan melihat gejala fisik pasien.
“Orang yang mengalami gangguan sesak pernapasan atau sering disebut hipoksia memiliki gejala kebiruan atau sianosis terutama di daerah bibir ujung ujung tangan.”
Sedangkan indikasi dari hasil pemeriksaan dapat dilihat berdasarkan
respiratory rate dan saturasi oksigen atau yang lebih canggih dengan analisis gas darah. Jika dari hasil tes menunjukan hasil yang tidak sesuai maka oksigen akan diberikan.
“Kalau orang dewasa respiratory rate lebih dari 20 kali per menit, anak-anak lebih dari 30 kali per menit itu menunjukkan adanya hipoksia. Sedangkan kalau saturasi di bawah 94 persen atau di bawah 93 itu biasanya sudah ada indikasi,” terangnya.
(Imanuel Rymaldi Matatula) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)