medcom.id, Jakarta: Kasus pembunuhan yang dialami oleh bocah perempuan berusia 8 tahun di Bali, Angeline, hanya satu kasus dari ribuan kasus serupa yang terjadi di Indonesia. Pemerhati anak, Seto Mulyadi, menyebutkan adanya paradigma keliru yang dimiliki oleh banyak orang tua sehingga memicu kekerasan.
"Akar masalah adalah paradigma keliru melalui anak. Keluarga menganggap anak hak milik anak orang tua. Itu pandangan keliru," kata pria yang akrab disapa Kak Seto saat dihubungi Metrotvnews.com, Rabu (10/6/2015) malam.
Selain itu, anak sekolah sebagai komunitas kelas bawah di mana orang tua merasa hak asasi hanya dimiliki oleh orang dewasa saja. "Anak seolah-olah komunitas kelas bawah. Yang memiliki hak asasi manusia itu orang tua saja, ini yang membuat fenomena kekerasan pada anak ini seperti fenomena gunung es," jelasnya.
Dengan paradigma-paradigma itu, orang tua merasa memiliki hak untuk memperlakukan anak dengan sewenang-wenang sehingga memicu segala bentuk kekerasan terhadap anak. Para orang tua akhirnya menggunakan alasan pendidikan sebagai pembelaan. Yang menjadi korban ialah anak-anak yang tidak mendapatkan pertolongan.
"Alasannya pendidikan. Orang tua merasa memiliki wewenang untuk mendidik anak dengan caranya. Kemudian banyak menimbulkan korban anak-anak yang tidak mendapat bantuan," imbuh pria lulusan Psikologi Universitas Indonesia itu.
Paradigma itu tak hanya dimiliki oleh kaum kelas bawah dan tak berpendidikan, justru banyak juga dimiliki oleh kaum kelas atas dan berpendidikan. "Paradigma itu dimiliki kalangan menengah ke atas, bukan ke bawah saja, bahkan bukan yang tak berpendidikan saja tapi yang berpendidikan juga," jelasnya.
"Ini juga dipicu suasana stres seperti masalah ekonomi dan konflik antara keluarga," lanjut Kak Seto.
Seperti diketahui, Angelina ditemukan dalam keadaan sudah membusuk terkubur di dekat kandang ayam di rumah orang tua angkatnya, Margaret, di Denpasar, Bali. Angelina ditemukan setelah tiga minggu sebelumnya pihak keluarga mengumumkan kehilangan bocah manis itu.
Mapolresta Denpasar telah menetapkan satu orang tersangka yakni pembantu rumah ibu tiri Angeline, Agus sebagai tersangka pembunuhan Angeline. Bocah berusia 8 tahun ini dibunuh dengan dibenturkan kepalanya berulang kali hingga tewas. Motifnya agar kasus pemerkosaan yang dilakukan Agus kepada Angeline tak terbongkar.
medcom.id, Jakarta: Kasus pembunuhan yang dialami oleh bocah perempuan berusia 8 tahun di Bali, Angeline, hanya satu kasus dari ribuan kasus serupa yang terjadi di Indonesia. Pemerhati anak, Seto Mulyadi, menyebutkan adanya paradigma keliru yang dimiliki oleh banyak orang tua sehingga memicu kekerasan.
"Akar masalah adalah paradigma keliru melalui anak. Keluarga menganggap anak hak milik anak orang tua. Itu pandangan keliru," kata pria yang akrab disapa Kak Seto saat dihubungi Metrotvnews.com, Rabu (10/6/2015) malam.
Selain itu, anak sekolah sebagai komunitas kelas bawah di mana orang tua merasa hak asasi hanya dimiliki oleh orang dewasa saja. "Anak seolah-olah komunitas kelas bawah. Yang memiliki hak asasi manusia itu orang tua saja, ini yang membuat fenomena kekerasan pada anak ini seperti fenomena gunung es," jelasnya.
Dengan paradigma-paradigma itu, orang tua merasa memiliki hak untuk memperlakukan anak dengan sewenang-wenang sehingga memicu segala bentuk kekerasan terhadap anak. Para orang tua akhirnya menggunakan alasan pendidikan sebagai pembelaan. Yang menjadi korban ialah anak-anak yang tidak mendapatkan pertolongan.
"Alasannya pendidikan. Orang tua merasa memiliki wewenang untuk mendidik anak dengan caranya. Kemudian banyak menimbulkan korban anak-anak yang tidak mendapat bantuan," imbuh pria lulusan Psikologi Universitas Indonesia itu.
Paradigma itu tak hanya dimiliki oleh kaum kelas bawah dan tak berpendidikan, justru banyak juga dimiliki oleh kaum kelas atas dan berpendidikan. "Paradigma itu dimiliki kalangan menengah ke atas, bukan ke bawah saja, bahkan bukan yang tak berpendidikan saja tapi yang berpendidikan juga," jelasnya.
"Ini juga dipicu suasana stres seperti masalah ekonomi dan konflik antara keluarga," lanjut Kak Seto.
Seperti diketahui, Angelina ditemukan dalam keadaan sudah membusuk terkubur di dekat kandang ayam di rumah orang tua angkatnya, Margaret, di Denpasar, Bali. Angelina ditemukan setelah tiga minggu sebelumnya pihak keluarga mengumumkan kehilangan bocah manis itu.
Mapolresta Denpasar telah menetapkan satu orang tersangka yakni pembantu rumah ibu tiri Angeline, Agus sebagai tersangka pembunuhan Angeline. Bocah berusia 8 tahun ini dibunuh dengan dibenturkan kepalanya berulang kali hingga tewas. Motifnya agar kasus pemerkosaan yang dilakukan Agus kepada Angeline tak terbongkar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AZF)