Ilustrasi--MI/Ramdani
Ilustrasi--MI/Ramdani

Ribuan Pasangan Kompak Sakralkan Janji Suci di Senayan

Tesa Oktiana Surbakti • 28 Januari 2015 16:38
medcom.id, Jakarta: Ribuan orang memadati stadion Istora Senayan, Jakarta Pusat. Tidak hanya itu, ribuan pasangan suami istri hadir lengkap mengenakan baju pernikahan, bernuansa adat dengan ragam corak warna warni. Di tengah keriuhan, mereka serentak mensakralkan janji suci di mata hukum.
 
Berbeda dengan momentum pernikahan yang biasanya memiliki sepasang raja dan ratu, dalam gelaran pernikahan massal, Rabu (28/1/2015) ini, ada sekitar 5.115 pasangan yang bergaya bak raja dan ratu sehari.
 
Ribuan pasangan ini berasal dari berbagai penjuru wilayah di Jabodetabek. Sejak pagi, rombongan pengantin sudah berdandan rapi dan tak bersabar menanti gelaran resepsi dimulai. Keriuhan semakin bertambah dengan sanak saudara yang turut menyaksikan kebahagiaan mereka, untuk kedua kalinya.

Mulai dari pasangan yang baru mengecap biduk rumah tangga, hingga pasangan yang sudah puluhan tahun membangun mahligai rumah tangga, tumpah ruah di dalam Stadion Istora Senayan dan pelataran di sekitarnya. "Bahagia sekali. Akhirnya setelah lima tahun menikah, kami bisa punya akta nikah yang resmi dari catatan sipil," ucap Indri Wijaya, 24, dengan sumringah kepada Media Indonesia di sela-sela resepsi akbar itu.
 
Indri dan suaminya, Supandi Eka Wijaya, 26, terpaksa hanya mengantongi surat tanda resmi menikah dari Vihara. Sebab, perempuan berdarah Tionghoa ini tidak memiliki modal yang cukup untuk mendaftarkan pernikahannya di Kantor Catatan Sipil. "Waktu menikah, kami tidak punya modal cukup. Suami saya hanya buruh pabrik. Sedangkan dari info yang saya dapat, untuk mengurus akta pernikahan butuh biaya Rp2 juta," kisahnya seraya terus tersenyum dan sesekali memandang mesra suami yang duduk di sampingnya.
 
Indri mengungkapkan sangat terbantu dengan adanya program khusus yang membantu pasangan suami istri untuk meresmikan pernikahannya di mata hukum. Terlebih pasangan yang sudah dikaruniai dua orang buah hati ini mulai gelisah, karena tidak bisa mengurus akte kelahiran anak. Padahal anak sulung mereka yang sudah berusia empat tahun sebentar lagi akan masuk pendidikan usia dini.
 
"Pas anak-anak masih balita sih enggak terlalu pusing. Tapi ketika anak yang pertama saya mau masuk TK, baru mikirin soal akte anak. Kan butuh surat nikah resmi buat ngurus itu," terang dia.
 
Kebahagiaan memang tidak bisa disembunyikan dari pasangan ini begitu mengetahui akan memperoleh akta nikah. Seolah-olah beban persoalan hilang. Meski hanya bermodalkan baju adat Tionghoa yang merupakan hasil sewaan, namun mereka tetap ingin merasakan pernikahan massal ini seperti pertama kali mengucap janji suci pada lima tahun silam.
 
Pasangan lain yang tak kalah berbahagia ialah Nany Maryani, 69, dan suaminya, Rohim, 71. Selama empat puluh lima tahun hidup di bawah atap yang sama, pasangan yang memiliki tujuh orang anak dan enam orang cucu ini akhirnya memiliki status pernikahan yang sah. Maklum saja, mereka mengaku pada era orde baru, menikah di bawah tangan penghulu sudah lebih dari cukup.
 
"Namanya juga orang dulu, nak. Yang penting nikah agama saja sudah cukup dan halal," kelakar nenek Nany, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan Media Indonesia.
 
Warga asli Warakas, Jakarta Utara ini mau mengikuti pernikahan massal lantaran bujuk rayu ketujuh orang anaknya. "Pada bilang, mak, pak, masa nikah udah puluhan tahun enggak ada suratnya. Sudah 'bau tanah' loh," ucapnya yang menirukan perkataan anak-anaknya.
 
Kendati tidak memiliki surat pernikahan yang sah, nenek Nany tetap meminta anak-anaknya menikah di Kantor Urusan Agama (KUA).
 
"Anak-anak sih pada nikah di KUA, jangan kayak bapak sama emaknya," tutur dia masih diselingi tawa sembari menyantap nasi kotak yang disediakan panitia.
 
Di lokasi yang sama, Kolonel Didik Suwandi selaku ketua panitia gelaran pernikahan massal menjelaskan TNI AD yang memprakarsai acara sosial ini tidak bekerja sendirian. Namun turut bekerja sama dengan Pemprov DKI, Kemeterian Agama, sejumlah Pengadilan Negeri, beberapa organisasi seperti Yayasan Pondok Kasih dan Harmoni Cinta Indonesia, serta uluran kasih dari tangan donatur.
 
Terhitung sejak setengah tahun lalu, pihak-pihak terkait saling bersinergi melakukan aksi blusukan untuk mencari pasangan yang sudah terikat janji suci namun belum memiliki surat yang sah.
 
"Kami mencari dengan metode blusukan ke daerah-daerah kumuh, kolong jembatan hingga pinggir kali. Biasanya mereka yang belum memiliki kelengkapan administrasi pernikahan sering terkendala persoalan ekonomi," ucap Kolonel Didik.
 
Aksi sosial ini akhirnya mampu menjaring 5.115 pasangan dari berbagai wilayah di Jabodetabek. Mayoritas pasangan tersebut memiliki status ekonomi di bawah garis kemiskinan. Secara bertahap, setiap pasangan dibantu untuk mengurus akta pernikahan di KUA atau Kantor Catatan Sipil setempat. Dia sendiri tidak begitu hapal usia pasangan termuda dan tertua yang mengikuti gelaran pernikahan massal di Istora Senayan hari ini. "Usianya bervariasi. Dari yang baru dua puluh tahunan hingga kakek nenek yang sudah punya cucu," tukasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan