Gerhana matahari total (GMT) terlihat dari Vagar, Kepulauan Faroe, Jumat (20/3/2015). AP/Eric Adams.
Gerhana matahari total (GMT) terlihat dari Vagar, Kepulauan Faroe, Jumat (20/3/2015). AP/Eric Adams.

Gunakan Kacamata Hitam saat Saksikan GMT

Nur Azizah • 07 Maret 2016 06:28
medcom.id, Jakarta: Gerhana Matahari Total (GMT) menjadi fenomena langka yang ditunggu masyarakat dunia. Keindahan langit saat piringan matahari tertutup bulan ini menjadi peristiwa yang seakan tidak boleh dilewatkan.
 
Memang melihat GMT tidak akan membuat mata menjadi buta. Namun, paparan cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan merusak lapisan retina.
 
“Tidak sampai membuat buta. Cahaya GMT sama dengan cahaya matahari biasa. Kalau kita melihat cahaya dengan intensitas tinggi dengan waktu lama pasti akan rusak. Kalau hanya beberapa detik saja tidak masalah,” ujar Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djalalludin, kepada Metrotvnews.com, Minggu (6/3/2016).

Thomas menuturkan, menggunakan kacamata GMT merupakan cara paling aman menyaksikan peristiwa langit itu. Kacamata GMT adalah kacamata khusus yang dilengkapi filter Neutral Density 5. Kacamata ini berfungsi mereduksi pancaran sinar matahari hingga 100.000 kali sinar matahari.
 
Selain menggunakan kacamata GMT, masyarakat juga bisa menggunakan disket, kacamata hitam, foto rongen, hingga air yang ditampung di dalam bak.
 
“Sebenarnya bisa pakai apapun yang mampu mengurangi cahaya masuk ke mata. Tapi kalau pakai barang yang tidak standar, mata hanya kuat melihat cahaya sekitar 10 sampai 20 detik,” ujarnya.
 
Menurutnya, masyarakat boleh melepas kacamata untuk melihat korona matahari secara sempurna. Namun, saat peralihan gerhana matahari total menuju sebagian, kacamata harus digunakan kembali.
 
"Jangan terlalau lama. Kerena prosesnya 1,5 sampai tiga menit. Ketika matahari tersibak dan mulai terang atau sudah muncul seperti bulan sabit gunakan lagi kacamatanya," tandasnya.
 
Thomas menjelaskan, ketika GMT, mata beradaptasi dengan gelap dan pupil terbuka penuh. Sementara itu,  saat bulan mulai meninggalkan matahari, sinar matahari kembali muncul sementara pupil tidak cukup cepat menutup sehingga cahaya yang masuk bisa merusak mata. Kerusakan berupa pengelihatan kabur dapat dialami selama beberapa jam hingga beberapa minggu.
 
Gerhana Matahari Total pada 9 Maret mendatang akan melintasi 12 provinsi di Tanah Air. Yaitu Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
 
Adapun lokasi yang paling lama dilintasi oleh Gerhana Matahari Total yakni di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara. Lama Gerhana Matahari Total di Maba yakni 3 menit 17 detik.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan