medcom.id, Tangerang Selatan: Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) membimbing pengusaha pemula berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas produknya melalui program Ko-Inkubasi Bisnis Teknologi 2017. Tahun lalu, program ini diikuti oleh 20 tenan. Dari 20 tenan, 16 di antaranya telah selesai mengikuti program ini. Sementara, empat tenan lainnya kembali mengikuti program tersebut pada tahun ini.
Kepala Bidang Kerjasama dan Bisnis Teknologi Puspiptek Dadan Nugraha mengatakan, dari 16 tenan yang sudah selesai, terdapat beberapa tenan yang memiliki potensi bagus selama mengikuti kegiatan ko-inkubasi tahun lalu. Salah satunya, Mangano dan Nanotech Herbal Indonesia.
"Mangano itu produk makanan dalam kemasan sehingga dia bisa awet setahun, kemasan inovatif. Kemudian, Nanotech Herbal Indonesia yang produksi nano citosan untuk bahan baku farmasi dan kosmetik," ujar Dadan.
Nanotech Herbal Indonesia merupakan salah satu tenan yang kembali lanjut mengikuti kegiatan ko-inkubasi pada tahun ini. Namun untuk tahun ini mereka bukan masuk lagi dalam program inkubasi "Mereka tetap lanjut di sini, tapi bukan masuk dalam program inkubasi. Mereka sewa tempat untuk produksi. Mereka menggunakan fasilitas kita," katanya.
Setelah 16 tenan dinyatakan telah selesai mengikuti program ini, Dadan mengaku pihaknya masih memantau perkembangan mereka. Para tenan tersebut baru menemukan persaingan bisnisnya dengan berdiri sendiri. Selama ini, mereka masih di bawah bimbingan Puspiptek.
"Sebetulnya ukuran sukses sampai level tertentu kita enggak bisa jamin. Namanya bisnis, yang menentukan customer. Kita bilang bagus tapi belum tentu bagi customer. Jadi keluar dari sini belum bisa dibilang sukses," katanya.
Menurutnya, orang yang baru memulai bisnis khususnya yang berbasis teknologi, memiliki banyak risiko yang bisa berujung pada kebangkrutan. Melalui ko-inkubasi, para tenan tersebut dibimbing pada tahap awalnya dan diberi fasilitas seperti laboratorium untuk mengembangkan produknya.
Ada lagi yang menarik. Selama mengikuti ko-inkubasi, para tenan bisa sambil mengurus perizinan dalam membentuk kelembagaan usahanya sendiri. "Mereka masuk sini belum punya PT dan CV. Nah, selama di sini mereka urus izin itu. Kalau di luar rumah, enggak bisa bikin usaha karena tempatnya terbatas. Area bukan industri. Di sini bisa menjadi lokasi kantor mereka," jelasnya.
Satu hal yang penting, lanjut Dadan, tenan-tenan tersebut juga dibantu dicarikan investor agar memperoleh dana segar sekaligus melatih bagaimana memperluas pasar. Ia berharap ketika keluar dari Puspiptek, mereka memperoleh kelegalitasan produk dan juga tempat usaha.
Kepala Puspiptek Sri Setiawati bersama Kepala Bidang Kerjasama dan Bisnis Teknologi Puspiptek Dadan Nugraha (Foto:Metrotvnews.com/Gervin Nathaniel Purba)
Pada kesempatan yang sama, Kepala Puspiptek Sri Setiawati mengatakan, produk-produk yang dihasilkan dari para tenan bisa langsung dikomersialkan. Namun sebelum dikomersialkan kualitas produk tersebut perlu diuji dahulu. "Nanti dievaluasi oleh pebisnis, bukan kita. Jadi kalau mau melakukan seleksi ada ahlinya. Misalnya barangnya bagus tapi ga potensial jadi market. Ada evaluasi akhir tahun ini. Apakah masih bisa dikembangkan atau sudah bisa dilepas sendiri. Ada evaluasi secara teknologi secara ekonomi," paparnya.
Sri menambahkan selama mengikuti kegiatan ini, para tenan juga bisa mendapatkan bantuan tenaga ahli dari luar negeri jika memang dibutuhkan. "Tahun lalu ada yang dibawa ke New Zealand. Sampai profesornya datang ke Indonesia untuk membantu meningkatkan kualitasnya. Kalau ada anggaran kenapa tidak," imbuhnya.
Seleksi pemilihan tenan dilakukan oleh Direktur Inovasi Kementerian Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh para tenan jika ingin lolos seleksi.
"Mereka harus ada teknologi, ada temuan. Nanti kemudian berpotensial untuk dikomersialisasikan atau tidak. Kalau sudah komersial, proposal diseleksi ada panel. Lihat potensi untuk dikembangkan menjadi bisnis," ujarnya.
medcom.id, Tangerang Selatan: Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) membimbing pengusaha pemula berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas produknya melalui program Ko-Inkubasi Bisnis Teknologi 2017. Tahun lalu, program ini diikuti oleh 20 tenan. Dari 20 tenan, 16 di antaranya telah selesai mengikuti program ini. Sementara, empat tenan lainnya kembali mengikuti program tersebut pada tahun ini.
Kepala Bidang Kerjasama dan Bisnis Teknologi Puspiptek Dadan Nugraha mengatakan, dari 16 tenan yang sudah selesai, terdapat beberapa tenan yang memiliki potensi bagus selama mengikuti kegiatan ko-inkubasi tahun lalu. Salah satunya, Mangano dan Nanotech Herbal Indonesia.
"Mangano itu produk makanan dalam kemasan sehingga dia bisa awet setahun, kemasan inovatif. Kemudian, Nanotech Herbal Indonesia yang produksi nano citosan untuk bahan baku farmasi dan kosmetik," ujar Dadan.
Nanotech Herbal Indonesia merupakan salah satu tenan yang kembali lanjut mengikuti kegiatan ko-inkubasi pada tahun ini. Namun untuk tahun ini mereka bukan masuk lagi dalam program inkubasi "Mereka tetap lanjut di sini, tapi bukan masuk dalam program inkubasi. Mereka sewa tempat untuk produksi. Mereka menggunakan fasilitas kita," katanya.
Setelah 16 tenan dinyatakan telah selesai mengikuti program ini, Dadan mengaku pihaknya masih memantau perkembangan mereka. Para tenan tersebut baru menemukan persaingan bisnisnya dengan berdiri sendiri. Selama ini, mereka masih di bawah bimbingan Puspiptek.
"Sebetulnya ukuran sukses sampai level tertentu kita enggak bisa jamin. Namanya bisnis, yang menentukan customer. Kita bilang bagus tapi belum tentu bagi customer. Jadi keluar dari sini belum bisa dibilang sukses," katanya.
Menurutnya, orang yang baru memulai bisnis khususnya yang berbasis teknologi, memiliki banyak risiko yang bisa berujung pada kebangkrutan. Melalui ko-inkubasi, para tenan tersebut dibimbing pada tahap awalnya dan diberi fasilitas seperti laboratorium untuk mengembangkan produknya.
Ada lagi yang menarik. Selama mengikuti ko-inkubasi, para tenan bisa sambil mengurus perizinan dalam membentuk kelembagaan usahanya sendiri. "Mereka masuk sini belum punya PT dan CV. Nah, selama di sini mereka urus izin itu. Kalau di luar rumah, enggak bisa bikin usaha karena tempatnya terbatas. Area bukan industri. Di sini bisa menjadi lokasi kantor mereka," jelasnya.
Satu hal yang penting, lanjut Dadan, tenan-tenan tersebut juga dibantu dicarikan investor agar memperoleh dana segar sekaligus melatih bagaimana memperluas pasar. Ia berharap ketika keluar dari Puspiptek, mereka memperoleh kelegalitasan produk dan juga tempat usaha.
Kepala Puspiptek Sri Setiawati bersama Kepala Bidang Kerjasama dan Bisnis Teknologi Puspiptek Dadan Nugraha (Foto:Metrotvnews.com/Gervin Nathaniel Purba)
Pada kesempatan yang sama, Kepala Puspiptek Sri Setiawati mengatakan, produk-produk yang dihasilkan dari para tenan bisa langsung dikomersialkan. Namun sebelum dikomersialkan kualitas produk tersebut perlu diuji dahulu. "Nanti dievaluasi oleh pebisnis, bukan kita. Jadi kalau mau melakukan seleksi ada ahlinya. Misalnya barangnya bagus tapi ga potensial jadi market. Ada evaluasi akhir tahun ini. Apakah masih bisa dikembangkan atau sudah bisa dilepas sendiri. Ada evaluasi secara teknologi secara ekonomi," paparnya.
Sri menambahkan selama mengikuti kegiatan ini, para tenan juga bisa mendapatkan bantuan tenaga ahli dari luar negeri jika memang dibutuhkan. "Tahun lalu ada yang dibawa ke New Zealand. Sampai profesornya datang ke Indonesia untuk membantu meningkatkan kualitasnya. Kalau ada anggaran kenapa tidak," imbuhnya.
Seleksi pemilihan tenan dilakukan oleh Direktur Inovasi Kementerian Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh para tenan jika ingin lolos seleksi.
"Mereka harus ada teknologi, ada temuan. Nanti kemudian berpotensial untuk dikomersialisasikan atau tidak. Kalau sudah komersial, proposal diseleksi ada panel. Lihat potensi untuk dikembangkan menjadi bisnis," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)