Jakarta: Juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan efek pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sudah mulai menunjukkan hasil positif. Namun, efeknya baru benar-benar terasa setelah empat minggu usai pelaksanaan.
"Terkait dengan efektivitas penerapan PPKM di sejumlah daerah sudah tampak ada perbaikan, meski masih harus perlu upaya lebih untuk memberikan perubahan," kata Wiku di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Kamis, 28 Januari 2021.
Wiku mengatakan hal ini juga terjadi saat pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah. Hingga saat ini, pemerintah masih memantau hasil PPKM.
"Berdasarkan pembelajaran pembatasan wilayah di awal tahun lalu perubahan signifikan baru terlihat 3 hingga 4 minggu. Maka dari itu perbaikan ini akan terus kami monitor," ujar dia.
Wiku menyampaikan PPKM bisa dikatakan berhasil bila sejumlah indikator menunjukkan tren positif. Seperti kasus aktif, angka kesembuhan, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, hingga tingkat keterpakaian tempat tidur di rumah sakit.
Hasil evaluasi sementara, kasus aktif secara umum mengalami fluktuasi. Bahkan, kasus di beberapa provinsi masih meningkat, seperti di Banten, Yogyakarta, Bali, dan Jawa Tengah.
Wiku menyebut kasus kematian mengalami penurunan di 54 kabupaten/kota. Sementara itu, kasus kesembuhan di 21 kabupaten/kota mengalami kenaikan.
"Sedangkan tren bed occupancy rate (BOR) di 47 kabupaten/kota mengalami penurunan. Beberapa kabupaten/kota itu ada di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Wiku.
Pemerintah akan terus berupaya BOR bisa di bawah 70 persen. Tren kepatuhan protokol kesehatan di 77 kabupaten/kota tercatat masih minim. Hal itu terlihat dari jumlah orang yang dipantau dan ditegur terkait protokol kesehatan mengalami peningkatan.
Jakarta: Juru bicara Satuan Tugas (
Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan efek pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (
PPKM) sudah mulai menunjukkan hasil positif. Namun, efeknya baru benar-benar terasa setelah empat minggu usai pelaksanaan.
"Terkait dengan efektivitas penerapan PPKM di sejumlah daerah sudah tampak ada perbaikan, meski masih harus perlu upaya lebih untuk memberikan perubahan," kata Wiku di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Kamis, 28 Januari 2021.
Wiku mengatakan hal ini juga terjadi saat pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah. Hingga saat ini, pemerintah masih memantau hasil PPKM.
"Berdasarkan pembelajaran pembatasan wilayah di awal tahun lalu perubahan signifikan baru terlihat 3 hingga 4 minggu. Maka dari itu perbaikan ini akan terus kami monitor," ujar dia.
Wiku menyampaikan PPKM bisa dikatakan berhasil bila sejumlah indikator menunjukkan tren positif. Seperti kasus aktif, angka kesembuhan, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, hingga tingkat keterpakaian tempat tidur di rumah sakit.
Hasil evaluasi sementara, kasus aktif secara umum mengalami fluktuasi. Bahkan, kasus di beberapa provinsi masih meningkat, seperti di Banten, Yogyakarta, Bali, dan Jawa Tengah.
Wiku menyebut kasus kematian mengalami penurunan di 54 kabupaten/kota. Sementara itu, kasus kesembuhan di 21 kabupaten/kota mengalami kenaikan.
"Sedangkan tren
bed occupancy rate (BOR) di 47 kabupaten/kota mengalami penurunan. Beberapa kabupaten/kota itu ada di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Wiku.
Pemerintah akan terus berupaya BOR bisa di bawah 70 persen. Tren kepatuhan protokol kesehatan di 77 kabupaten/kota tercatat masih minim. Hal itu terlihat dari jumlah orang yang dipantau dan ditegur terkait protokol kesehatan mengalami peningkatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)