Awalnya penipu mengirim undangan pernikahan digital melalui WhatsApp. Alih-alih menampilkan rincian undangan, tautan yang yang dikirimkan mengarahkan pengguna ke sebuah aplikasi dengan format APK.
Jika diklik dan diinstal, aplikasi itu akan mencuri informasi pribadi sehingga memungkinkan penipu untuk membobol rekening korban.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) Pratama Persadha mengatakan ada sejumlah langkah yang dilakukan untuk terhindar dari penipuan dengan modus APK yang dikirim lewat Whatsapp.
Pratama menjelaskan bagi korban yang telah menginstal APK yang dikirimkan penipu, melakukan factory reset pada ponselnya. Namun, bila penipu menggunakan malware yang relatif kuat, maka pilihannya adalah berganti ponsel pintar.
Baca: Polri Minta Korban Penipuan Berkedok Undangan Digital Segera Melapor |
Kemudian, langkah lain yang bisa dilakukan adalah memasang antivirus pada ponsel, karena pelaku biasanya menggunakan malware. Harapannya malware terdeteksi antivirus.
"Namun, tak kalah penting adalah masyarakat jangan menginstal aplikasi di luar playstore resmi. Karena ini meningkatkan resiko masuknya aplikasi palsu maupun malware ke ponsel kita. Terutama bagi pemakai android, jangan ubah pengaturan awal ponsel yang mencegah instalasi aplikasi asing dari pihak ketiga," kata Pratama, kepada Media Indonesia, Sabtu, 28 Janjuari 2023.
Paling penting, kata Pratama, jangan klik apa pun yang diberikan oleh orang asing. Baik lewat WhatsApp, telegram, email, maupun media sosial.
Pratama meminta pihak bank memberikan edukasi kepada nasabah, sembari terus meningkatkan keamanan siber di ekosistem mereka. Terutama, aplikasi perbankannya.
Selain edukasi, ia menilai pemerintah harus bisa menegakkan Undang-Undang (UU) Perlindungan Data Pribadi. Ini agar mengurangi kebocoran data di berbagai lembaga, baik lembaga negara maupun swasta.
"Pemerintah untuk urusan edukasi ini bisa mendorong sektor swasta yang dijadikan topeng oleh para pelaku, misalnya dalam hal ini perbankan dan ekspedisi. Misalnya perbankan sering melakukan WA dan SMS eduksi ke masyarakat, termasuk warning di aplikasi perbankan mereka," jelas dia.