Jakarta: Dompet Dhuafa menyalurkan bantuan kepada korban banjir di Desa Pungguk Jaya, Kecamatan Marigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah. Daerah itu merupakan wilayah paling parah terdampak banjir.
“Dompet Dhuafa dengan seluruh tim siap terus menyisir wilayah-wilayah pedalaman yang terisolasi akibat bencana yang terjadi hampir seminggu yang lalu," kata Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi, Imam Rulyawan Mars melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Mei 2019.
Imam mengatakan, akses yang sulit tidak menjadi hambatan timnya untuk menyalurkan bantuan. Dompet Dhuafa juga mengerahan tenaga anak muda dari elemen komunitas di Bengkulu untuk menyalurkan bantuan.
Ia menjelaskan, sejumlah elemen yang tergabung penyaluran bantuan itu yakni komunitas CRF 150L Rafflesia Owner Team, Paguyuban Motor Honda, dan Honda Vario Club Bengkulu. Bantuan yang disalurkan berupa baby kit, hygiene kit, family kit hingga selimut.
Banjir selama sepekan di wilayah itu membuat akses warga menuju kota terputus. Selain itu, terjadi pemadaman listrik. Situasi ini menjadi kendala tersendiri dalam pendistribusian bantuan. Meski begitu, bantuan tersalurkan dengan lancar.
Imam mengatakan tim kesehatan Dompet Dhuafa juga turut mendirikan pos medis di Desa Pungguk Jaya. Selain itu, membuka dapur umum di tiga titik selama empat hari dengan kapasitas 400 Kepala Keluarga (KK) per titik. Ada juga pos hangat sebanyak tiga titik berkapasitas 200 KK per titiknya yang digelar selama empat hari.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Kamis, 2 Mei 2019, tercatat 29 orang meninggal dunia, 2 orang luka berat, 2 orang luka ringan, dan 5 orang hilang. Sementara, jumlah pengungsi mencapai 12 ribu orang dan 13 ribu jiwa terdampak bencana.
Meski begitu, kondisi banjir di Kota Bengkulu sudah mulai surut. Logistik dan bantuan sudah tercukupi dari pemerintah maupun lembaga swasta. Masyarakat sudah mulai meninggalkan beberapa kantong pengungsian dan kembali ke rumah masing-masing.
“Untuk wilayah Bengkulu Tengah kondisi terakhir sudah bisa diakses hingga malam kemarin, namun masih banyak wilayah pelosok yang belum terjangkau bantuan," ujarnya.
Dompet Dhuafa, kata dia, akan terus menyiisir wilayah-wilayah yang mengalami kerusakan terparah seperti Desa Susup, Desa Komering, Desa Raja Besi, Desa Punjung. Tingkat kerusakan di desa-desa itu diperkirakan mencapai 60 hingga 80 persen.
Aktivis lingkungan menilai, banjir dan longsor di Bengkulu ini terjadi akibat penggundulan hutan untuk aktivitas batu bara dan perkebunan sawit dalam areal daerah aliran sungai (DAS) Bengkulu yang terdapat di Bengkulu Tengah.
Jakarta: Dompet Dhuafa menyalurkan bantuan kepada korban banjir di Desa Pungguk Jaya, Kecamatan Marigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah. Daerah itu merupakan wilayah paling parah terdampak banjir.
“Dompet Dhuafa dengan seluruh tim siap terus menyisir wilayah-wilayah pedalaman yang terisolasi akibat bencana yang terjadi hampir seminggu yang lalu," kata Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi, Imam Rulyawan Mars melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Mei 2019.
Imam mengatakan, akses yang sulit tidak menjadi hambatan timnya untuk menyalurkan bantuan. Dompet Dhuafa juga mengerahan tenaga anak muda dari elemen komunitas di Bengkulu untuk menyalurkan bantuan.
Ia menjelaskan, sejumlah elemen yang tergabung penyaluran bantuan itu yakni komunitas CRF 150L Rafflesia Owner Team, Paguyuban Motor Honda, dan Honda Vario Club Bengkulu. Bantuan yang disalurkan berupa
baby kit, hygiene kit, family kit hingga selimut.
Banjir selama sepekan di wilayah itu membuat akses warga menuju kota terputus. Selain itu, terjadi pemadaman listrik. Situasi ini menjadi kendala tersendiri dalam pendistribusian bantuan. Meski begitu, bantuan tersalurkan dengan lancar.
Imam mengatakan tim kesehatan Dompet Dhuafa juga turut mendirikan pos medis di Desa Pungguk Jaya. Selain itu, membuka dapur umum di tiga titik selama empat hari dengan kapasitas 400 Kepala Keluarga (KK) per titik. Ada juga pos hangat sebanyak tiga titik berkapasitas 200 KK per titiknya yang digelar selama empat hari.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Kamis, 2 Mei 2019, tercatat 29 orang meninggal dunia, 2 orang luka berat, 2 orang luka ringan, dan 5 orang hilang. Sementara, jumlah pengungsi mencapai 12 ribu orang dan 13 ribu jiwa terdampak bencana.
Meski begitu, kondisi banjir di Kota Bengkulu sudah mulai surut. Logistik dan bantuan sudah tercukupi dari pemerintah maupun lembaga swasta. Masyarakat sudah mulai meninggalkan beberapa kantong pengungsian dan kembali ke rumah masing-masing.
“Untuk wilayah Bengkulu Tengah kondisi terakhir sudah bisa diakses hingga malam kemarin, namun masih banyak wilayah pelosok yang belum terjangkau bantuan," ujarnya.
Dompet Dhuafa, kata dia, akan terus menyiisir wilayah-wilayah yang mengalami kerusakan terparah seperti Desa Susup, Desa Komering, Desa Raja Besi, Desa Punjung. Tingkat kerusakan di desa-desa itu diperkirakan mencapai 60 hingga 80 persen.
Aktivis lingkungan menilai, banjir dan longsor di Bengkulu ini terjadi akibat penggundulan hutan untuk aktivitas batu bara dan perkebunan sawit dalam areal daerah aliran sungai (DAS) Bengkulu yang terdapat di Bengkulu Tengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)