medcom.id, Malang: Polres Malang Kota menggandeng tokoh lintas agama untuk mencegah paham radikal. Keberadaan dan keaktifan tokoh lintas agama dinilai memiliki peran strategis dalam mengantisipasi berkembangnya pemikiran anti-Pancasila dan anti-NKRI.
Kapolres Malang Kota AKBP Hoiruddin Hasibuan mengaku selalu berdiskusi dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Malang, Jawa Timur.
"Penanganan teroris dan radikalisme, Polri tidak mungkin bekerja sendiri. Peran tokoh agama, sangat dibutuhkan," kata Hoiruddin di sela dialog tokoh lintas agama tentang radikalisme di Markas Polres Malang Kota, Jawa Timur Rabu 7 Juni 2017.
Tokoh lintas agama yang tergabung dalam FKUB Kota Malang, Jawa Timur, sepakat menolak paham radikal. Pemikiran itu dinilai tidak sesuai dengan tujuan dan cita-cita para pendiri bangsa.
Ketua FKUB, Ahmad Taufik mengatakan, para tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat di Malang rutin berkomunikasi. Ahmad dan rekan-rekan di FKUB juga selalu berdiskusi dengan tokoh di perguruan tinggi dalam upaya mencegah masuknya paham radikal.
"Ada letupan sekecil apapun dari sisi agama mana, segera kita tugasi untuk ke lapangan. Info juga kami sampaikan ke Polres," kata Taufik dalam kesempatan yang sama.
Stefanus Hadi, tokoh umat Kristen di Malang, juga menyatakan komitmennya menolak paham radikal. Ketua Majelis Umat Kristen di Jawa Timur dan Malang Raya itu mengaku selalu menyelipkan pesan kepada umat tentang cinta Tanah Air dan NKRI.
"Kami punya 58 ribu umat di sini, sangat mendukung Polri dan menolak adanya gerakan radikalisme dan teroris," ujar Stefanus.
Haryono, tokoh umat Buddha di Malang menyatakan, paham radikal jelas tidak sesuai ajaran yang dianutnya. Kepada sekitar 2 ribu umat Budha di Kota Malang, Haryono berpesan agar selalu memegang teguh ajaran cinta kasih.
"Agama kami juga mengajarkan, kita harus meninggalkan keserakahan dan iri hati. Karena ini yang akan memunculkan radikalisme," ungkap Haryono.
Isu radikalisme di Tanah Air menghangat lagi usai bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Kejadian itu, tak bisa dipungkiri terjadi pada waktu yang tidak begitu lama dengan aksi teror lain dunia.
Dalam rentang hitungan hari sebelumnya, teror juga terjadi di Filipina, Thailand, dan Inggris.
medcom.id, Malang: Polres Malang Kota menggandeng tokoh lintas agama untuk mencegah paham radikal. Keberadaan dan keaktifan tokoh lintas agama dinilai memiliki peran strategis dalam mengantisipasi berkembangnya pemikiran anti-Pancasila dan anti-NKRI.
Kapolres Malang Kota AKBP Hoiruddin Hasibuan mengaku selalu berdiskusi dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Malang, Jawa Timur.
"Penanganan teroris dan radikalisme, Polri tidak mungkin bekerja sendiri. Peran tokoh agama, sangat dibutuhkan," kata Hoiruddin di sela dialog tokoh lintas agama tentang radikalisme di Markas Polres Malang Kota, Jawa Timur Rabu 7 Juni 2017.
Tokoh lintas agama yang tergabung dalam FKUB Kota Malang, Jawa Timur, sepakat menolak paham radikal. Pemikiran itu dinilai tidak sesuai dengan tujuan dan cita-cita para pendiri bangsa.
Ketua FKUB, Ahmad Taufik mengatakan, para tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat di Malang rutin berkomunikasi. Ahmad dan rekan-rekan di FKUB juga selalu berdiskusi dengan tokoh di perguruan tinggi dalam upaya mencegah masuknya paham radikal.
"Ada letupan sekecil apapun dari sisi agama mana, segera kita tugasi untuk ke lapangan. Info juga kami sampaikan ke Polres," kata Taufik dalam kesempatan yang sama.
Stefanus Hadi, tokoh umat Kristen di Malang, juga menyatakan komitmennya menolak paham radikal. Ketua Majelis Umat Kristen di Jawa Timur dan Malang Raya itu mengaku selalu menyelipkan pesan kepada umat tentang cinta Tanah Air dan NKRI.
"Kami punya 58 ribu umat di sini, sangat mendukung Polri dan menolak adanya gerakan radikalisme dan teroris," ujar Stefanus.
Haryono, tokoh umat Buddha di Malang menyatakan, paham radikal jelas tidak sesuai ajaran yang dianutnya. Kepada sekitar 2 ribu umat Budha di Kota Malang, Haryono berpesan agar selalu memegang teguh ajaran cinta kasih.
"Agama kami juga mengajarkan, kita harus meninggalkan keserakahan dan iri hati. Karena ini yang akan memunculkan radikalisme," ungkap Haryono.
Isu radikalisme di Tanah Air menghangat lagi usai bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Kejadian itu, tak bisa dipungkiri terjadi pada waktu yang tidak begitu lama dengan aksi teror lain dunia.
Dalam rentang hitungan hari sebelumnya, teror juga terjadi di Filipina, Thailand, dan Inggris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(TRK)