Jakarta: Hidup sederhana dengan rumah beralas tanah di Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, membuat Eko Julianto ingin mengubah nasib. Orang tua, sang petani mengantarkan Eko sekolah SD hingga SMA di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Falah Sragen.
Usai menamatkan pendidikan jenjang SMA di Ponpes Nurul Falah, Eko memutuskan mendaftar calon polisi dan diterima sebagai anggota Polri pada 2008. Setelah menjalani pendidikan polisi, anak Bapak Pandu dan Ibu Parni ini mendapat tugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Polsek Jatiroto, Polres Wonogiri.
Tugas yang diemban membuat Eko, yang kini berpangkat Brigadir, kerap mengamati kehidupan sosial masyarakat. Tak jarang, dia melihat kurangnya tata krama anak-anak kepada orang tua.
Pemandangan itu membuat hati Brigadir Eko berkecamuk. Terbesit dalam pikirannya untuk menyelamatkan anak-anak generasi penerus bangsa dari lingkungan yang rusak.
Dia menyadari rata-rata orang tua di Wonogiri banyak yang merantau. Ada pula yang orang tuanya sudah meninggal. Dia tak ingin anak-anak yang merupakan aset bangsa salah jalan.
Akhirnya, Brigadir Eko memberanikan diri mengajar Taman Pendidikan Alquran (TPA) di kontrakan kecilnya. Dia meluangkan waktu padatnya untuk mengajar TPA sepulang dinas. Metode yang diajarkan lebih mengutamakan akhlak.
"Jadi, anak-anak itu saya terangin kitab namanya Kitab Akhlakul Banin dan Kitab Talim Mutaalim," kata Brigadir Eko kepada Medcom.id, Sabtu, 10 Juni 2023.
Brigadir Eko melihat anak-anak didiknya berubah drastis, menjadi lebih bertata krama dan berakhlak. Orang tua sang anak yang senang ingin juga ikut mengaji, sampai akhirnya Brigadir Eko memiliki binaan di 58 titik mesjid.
"Jadi ngaji-nya di masjid-masjid, itu dulu saya masih ngontrak belum punya apa-apa," ujar pria 30 tahun ini.
Dalam perjalanannya, tujuh santri di TPA ingin ikut Brigadir Eko di kontrakan kecilnya. Berawal dari tujuh santri dan dukungan guru-guru mengaji, membuat Brigadir Eko berani merintis pondok pesantren. Pondok berdiri di atas tanah wakaf kepala desa setempat. Brigadir Eko yang tak punya gambaran dipermudah Allah SWT atas bantuan gurunya.
Sang guru memberikan uang Rp5 juta untuk peletakan batu pertama. Bantuan juga datang dari para jemaah. Namun, Brigadir Eko menolaknya karena belum bisa memberikan contoh yang baik kepada jemaah. Eko memilih menggadaikan surat keputusan (SK) pengangkatan Polri yang ia miliki.
Berkat SK itu, dia bisa meminjam uang senilai Rp350 juta ke bank. Dari uang ini Pondok Pesantren Santri Manjung di Dusun Manjung Wetan RT 2/3, Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri Kota, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, berdiri delapan tahun silam. Ponpes yang dibangun Brigadir Eko lambat laun banyak dikenal orang, yang mula 25 santri bertambah hingga saat ini ada 300 santri.
"Intinya, anak-anak ini aset bangsa jangan sampai salah jalan. Kalau anak-anak ini sudah kebiasaannya, hobinya di pinggir jalan, pegang botol miras, mau jadi apa negara ini, sedangkan mereka adalah generasi-generasi penerus," tutur Brigadir Eko.
Pendidikan Gratis
Brigadir Eko memberikan ilmu kepada anak-anak didiknya di ponpes tersebut secara gratis. Sebanyak 300 santri itu rata-rata yatim piatu. Sementara itu, delapan pengajar di ponpes adalah anak didik yang sudah dewasa. Mereka dibantu istri Brigadir Eko, Benazir Kumara Lalita, yang merupakan mantan santri di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur.
Brigadir Eko membayar gaji para pengajar dari hasil dakwah ke kampung-kampung selepas dinas. Pasalnya, gaji Brigadir Eko sebagai Polri hanya tersisa Rp1 juta per bulan karena dipotong utang di bank. Begitu pula uang makan 300 santri yang menghabiskan Rp67-70 juta per bulan, dikeluarkan Brigadir Eko dari upah usai berdakwah. Sebab, belum ada donatur tetap setiap bulan di pondok pesantrennya.
Meski keterbatasan biaya, Brigadir Eko tetap berupaya memberikan yang terbaik bagi para santri. Eko berharap kehadiran Pondok Pesantren Manjung Wonogiri dapat menjadi wadah bagi generasi-generasi penuh perjuangan ini untuk menuntut ilmu. Dia meyakini dengan lingkungan dan akhlak yang baik, anak-anak juga dapat lebih dekat dengan Maha Pencipta.
Santri Jadi Polisi
Pondok pesantren yang dibangun Brigadir Eko membuahkan hasil. Putra, anak didiknya berhasil mengikuti jejaknya menjadi seorang polisi. Santri itu menjadi anggota Brimob sejak 2022.
Agniatus Shobiro juga tengah disiapkan masuk Universitas Sebelas Maret (UNS) jalur tahfiz untuk menimba ilmu sarjana kedokteran. Santriwati yang baru menduduki bangku kelas 1 SMA ini menebar pesona usai menggaet juara utama lomba tahfiz Alquran 30 juz.
Brigadir Eko sangat bangga dengan anak-anak didiknya. Dia semakin yakin bila santri-santri yang memegang tonggak negeri ini, korupsi akan terhempas dengan sendirinya.
"Karena akhlaknya sudah ada. Makanya, saya berjuang semaksimal mungkin buat anak-anak ini," ucap Brigadir Eko.
Dakwah Pakai Seragam Polri
Keberhasilan Pondok Pesantren Manjung membuat Brigadir Eko Julianto dikenal banyak orang. Dia kerap mendapat undangan pengajian akbar di lapangan atau di alun-alun kota. Berbekal ilmu agama dan magister pendidikan, dia memberanikan diri datang bersama para santri untuk berdoa bersama dan sesekali berdakwah bersama ustaz.
Brigadir Eko berprinsip dakwah itu bukan profesi, tapi semua profesi buatlah dakwah. Sebab, sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat kepada sesama. Eko pun tak malu mengenakan seragam Polri saat berdakwah. Dia memakai seragam dinas untuk menunjukkan kebanggaannya menjadi keluarga besar Korps Bhayangkara.
"Jadi kita biar gimana caranya Polri bisa dekat dengan masyarakat lagi," kata dia.
Brigadir Eko mengatakan prinsip Polri yang Presisi, yakni prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan terimplementasi dalam kegiatannya di luar dinas. Dia menyebut dekat dengan masyarakat adalah salah satu jaminan keamanan.
Di samping itu, soliditas TNI-Polri terjaga. Pasalnya, setiap acara pengajian akbar aparat TNI-Polri yang menjaga keamanan bergabung bersama. Bahkan, kegiatan dakwah diakui sebagai bentuk memajukan Indonesia.
"Jadi, kita kayak begini menunjukkan Polri itu bisa, kita memberikan pelayanan prima kepada masyarakat bukan hanya sekadar kerjaan saja, tapi kita melebihi dari kerjaan yang sebenarnya," tutur Brigadir Eko.
Menurut pria 30 tahun itu, dengan menyambangi warga-warga membuat kepercayaan masyarakat terhadap Polri meningkat. Eko berkomitmen terus menggunakan seragam Polri dalam berdakwah, baik di luar kabupaten atau luar provinsi.
"Saya akan memberikan warna indah kepada Polri," kata dia.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Brigadir Eko mengidolakan Kapolri ke-5 Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso. Dia sangat setuju dengan kalimat 'memang baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik'. Eko adalah salah satu polisi teladan. Dia juara 1 lomba polisi teladan tingkat Mabes Polri, serta menyabet juara pada lomba Bhabinkamtibmas dan Dai Kamtibmas.
"Patut mendapat apresiasi serta tentunya anggota-anggota seperti itu nanti akan diajukan penghargaan dari Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo) dalam rangka hari Bhayangkara ke-77," kata Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AsSDM) Irjen Dedi Prasetyo.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akungoogle news medcom.id
Jakarta: Hidup sederhana dengan rumah beralas tanah di Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, membuat Eko Julianto ingin mengubah nasib. Orang tua, sang petani mengantarkan Eko sekolah SD hingga SMA di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Falah Sragen.
Usai menamatkan pendidikan jenjang SMA di Ponpes Nurul Falah, Eko memutuskan mendaftar calon polisi dan diterima sebagai anggota Polri pada 2008. Setelah menjalani pendidikan polisi, anak Bapak Pandu dan Ibu Parni ini mendapat tugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (
Bhabinkamtibmas) di Polsek Jatiroto, Polres Wonogiri.
Tugas yang diemban membuat Eko, yang kini berpangkat Brigadir, kerap mengamati kehidupan sosial masyarakat. Tak jarang, dia melihat kurangnya tata krama anak-anak kepada orang tua.
Pemandangan itu membuat hati Brigadir Eko berkecamuk. Terbesit dalam pikirannya untuk menyelamatkan anak-anak
generasi penerus bangsa dari lingkungan yang rusak.
Dia menyadari rata-rata orang tua di Wonogiri banyak yang merantau. Ada pula yang orang tuanya sudah meninggal. Dia tak ingin anak-anak yang merupakan aset bangsa salah jalan.
Akhirnya, Brigadir Eko memberanikan diri mengajar Taman Pendidikan Alquran (TPA) di kontrakan kecilnya. Dia meluangkan waktu padatnya untuk mengajar TPA sepulang dinas. Metode yang diajarkan lebih mengutamakan akhlak.
"Jadi, anak-anak itu saya terangin kitab namanya Kitab Akhlakul Banin dan Kitab Talim Mutaalim," kata Brigadir Eko kepada
Medcom.id, Sabtu, 10 Juni 2023.
Brigadir Eko melihat anak-anak didiknya berubah drastis, menjadi lebih bertata krama dan berakhlak. Orang tua sang anak yang senang ingin juga ikut mengaji, sampai akhirnya Brigadir Eko memiliki binaan di 58 titik mesjid.
"Jadi
ngaji-nya di masjid-masjid, itu dulu saya masih
ngontrak belum punya apa-apa," ujar pria 30 tahun ini.
Dalam perjalanannya, tujuh santri di TPA ingin ikut Brigadir Eko di kontrakan kecilnya. Berawal dari tujuh santri dan dukungan guru-guru mengaji, membuat Brigadir Eko berani merintis pondok pesantren. Pondok berdiri di atas tanah wakaf kepala desa setempat. Brigadir Eko yang tak punya gambaran dipermudah Allah SWT atas bantuan gurunya.
Sang guru memberikan uang Rp5 juta untuk peletakan batu pertama. Bantuan juga datang dari para jemaah. Namun, Brigadir Eko menolaknya karena belum bisa memberikan contoh yang baik kepada jemaah. Eko memilih menggadaikan surat keputusan (SK) pengangkatan Polri yang ia miliki.
Berkat SK itu, dia bisa meminjam uang senilai Rp350 juta ke bank. Dari uang ini Pondok Pesantren Santri Manjung di Dusun Manjung Wetan RT 2/3, Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri Kota, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, berdiri delapan tahun silam. Ponpes yang dibangun Brigadir Eko lambat laun banyak dikenal orang, yang mula 25 santri bertambah hingga saat ini ada 300 santri.
"Intinya, anak-anak ini aset bangsa jangan sampai salah jalan. Kalau anak-anak ini sudah kebiasaannya, hobinya di pinggir jalan, pegang botol miras, mau jadi apa negara ini, sedangkan mereka adalah generasi-generasi penerus," tutur Brigadir Eko.
Pendidikan Gratis
Brigadir Eko memberikan
ilmu kepada anak-anak didiknya di ponpes tersebut secara gratis. Sebanyak 300 santri itu rata-rata yatim piatu. Sementara itu, delapan pengajar di ponpes adalah anak didik yang sudah dewasa. Mereka dibantu istri Brigadir Eko, Benazir Kumara Lalita, yang merupakan mantan santri di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur.
Brigadir Eko membayar gaji para pengajar dari hasil dakwah ke kampung-kampung selepas dinas. Pasalnya, gaji Brigadir Eko sebagai Polri hanya tersisa Rp1 juta per bulan karena dipotong utang di bank. Begitu pula uang makan 300 santri yang menghabiskan Rp67-70 juta per bulan, dikeluarkan Brigadir Eko dari upah usai berdakwah. Sebab, belum ada donatur tetap setiap bulan di pondok pesantrennya.
Meski keterbatasan biaya, Brigadir Eko tetap berupaya memberikan yang terbaik bagi para santri. Eko berharap kehadiran Pondok Pesantren Manjung Wonogiri dapat menjadi wadah bagi generasi-generasi penuh perjuangan ini untuk menuntut ilmu. Dia meyakini dengan lingkungan dan akhlak yang baik, anak-anak juga dapat lebih dekat dengan Maha Pencipta.
Santri Jadi Polisi
Pondok pesantren yang dibangun Brigadir Eko membuahkan hasil. Putra, anak didiknya berhasil mengikuti jejaknya menjadi seorang polisi. Santri itu menjadi anggota Brimob sejak 2022.
Agniatus Shobiro juga tengah disiapkan masuk Universitas Sebelas Maret (UNS) jalur tahfiz untuk menimba ilmu sarjana kedokteran. Santriwati yang baru menduduki bangku kelas 1 SMA ini menebar pesona usai menggaet juara utama lomba tahfiz Alquran 30 juz.
Brigadir Eko sangat bangga dengan anak-anak didiknya. Dia semakin yakin bila santri-santri yang memegang tonggak negeri ini, korupsi akan terhempas dengan sendirinya.
"Karena akhlaknya sudah ada. Makanya, saya berjuang semaksimal mungkin buat anak-anak ini," ucap Brigadir Eko.
Dakwah Pakai Seragam Polri
Keberhasilan Pondok Pesantren Manjung membuat Brigadir Eko Julianto dikenal banyak orang. Dia kerap mendapat undangan pengajian akbar di lapangan atau di alun-alun kota. Berbekal ilmu agama dan magister pendidikan, dia memberanikan diri datang bersama para santri untuk berdoa bersama dan sesekali berdakwah bersama ustaz.
Brigadir Eko berprinsip dakwah itu bukan profesi, tapi semua profesi buatlah dakwah. Sebab, sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat kepada sesama. Eko pun tak malu mengenakan seragam Polri saat berdakwah. Dia memakai seragam dinas untuk menunjukkan kebanggaannya menjadi keluarga besar Korps Bhayangkara.
"Jadi kita biar gimana caranya Polri bisa dekat dengan masyarakat lagi," kata dia.
Brigadir Eko mengatakan prinsip Polri yang Presisi, yakni prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan terimplementasi dalam kegiatannya di luar dinas. Dia menyebut dekat dengan masyarakat adalah salah satu jaminan keamanan.
Di samping itu, soliditas TNI-Polri terjaga. Pasalnya, setiap acara pengajian akbar aparat TNI-Polri yang menjaga keamanan bergabung bersama. Bahkan, kegiatan dakwah diakui sebagai bentuk memajukan Indonesia.
"Jadi, kita kayak begini menunjukkan Polri itu bisa, kita memberikan pelayanan prima kepada masyarakat bukan hanya sekadar kerjaan saja, tapi kita melebihi dari kerjaan yang sebenarnya," tutur Brigadir Eko.
Menurut pria 30 tahun itu, dengan menyambangi warga-warga membuat kepercayaan masyarakat terhadap Polri meningkat. Eko berkomitmen terus menggunakan seragam Polri dalam berdakwah, baik di luar kabupaten atau luar provinsi.
"Saya akan memberikan warna indah kepada Polri," kata dia.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Brigadir Eko mengidolakan Kapolri ke-5 Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso. Dia sangat setuju dengan kalimat 'memang baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik'. Eko adalah salah satu polisi teladan. Dia juara 1 lomba polisi teladan tingkat Mabes Polri, serta menyabet juara pada lomba Bhabinkamtibmas dan Dai Kamtibmas.
"Patut mendapat apresiasi serta tentunya anggota-anggota seperti itu nanti akan diajukan penghargaan dari Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo) dalam rangka hari Bhayangkara ke-77," kata Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AsSDM) Irjen Dedi Prasetyo.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akungoogle news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)