Suasana seminar program literasi digital dengan tema Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Dok Istimewa
Suasana seminar program literasi digital dengan tema Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Dok Istimewa

52,2% Anak Muda Lemah Literasi Digital

Achmad Zulfikar Fazli • 17 September 2023 19:34
Jakarta: Lebih dari 50 persen anak muda Indonesia disebut lemah literasi digital. Hal tersebut disampaikan Dosen Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya, Lisa Esti Puji Hartanti, dalam seminar program literasi digital dengan tema Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta.
 
“(Sebanyak) 52,2 persen anak muda Indonesia tidak memverifikasi kebenaran dari informasi yang diterima, baik dalam bentuk gambar, video, berita, situs, dan postingan media sosial,” ujar Lisa dalam keterangan tertulis, Minggu, 17 September 2023.
 
Lisa menerangkan ada empat jenis berita palsu. Di antaranya misinformasi (informasi yang salah namun tidak diciptakan untuk merugikan orang lain), disinformasi (informasi yang salah dengan sengaja diciptakan untuk merugikan orang lain atau kelompok tertentu), malinformasi (informasi sesuai dengan realitas yang dapat merugikan atau mendatangkan bahaya bagi orang lain atau kelompok), dan kekacauan informasi (informasi yang salah dengan niat merugikan).

Pelopor Ramah Bermedia Sosial

Dia menyampaikan generasi muda harus dapat menjadi pelopor yang ramah dalam bermedia sosial. Anak muda harus menghindari pola pikir yang hanya membaca karena ingin dan memercayai sesuatu karena keyakinan saja.

"Kemudian (anak muda harus menghindari) kebiasaan malas dalam berpikir mencari informasi yang akurat,” ujar dia.
 
Dia menegaskan anak muda harus dapat berpikir kritis dan berpikir dua kali terhadap apa yang ada di depannya, dengan menggunakan data dan fakta yang relevan.
 
Baca Juga: Literasi Digital Dinilai Penting dalam Menyamaratakan Jaringan Internet

Sementara itu, Founder Dampak Kreatif Indonesia, Soni Mongan menekankan agar anak muda katolik harus mempunyai kemampuan yang bijak terkait literasi digital. Sebab, kemampuan ini dapat memudahkan mengelola informasi digital.
 
“Mayoritas orang akan menggunakan media sosial memposting hal terbaik dalam hidupnya dan ini bisa bernilai positif jika diisi dengan kata-kata motivasi, video lucu ataupun hal-hal positif lainnya,” terang dia.
 
Namun, menurut dia, media sosial akan bernilai negatif jika diisi dengan konten-konten saling hujat. Sedangkan, konten kreator tentunya akan membuat konten yang sesuai dengan kebutuhan dan secara tidak langsung dapat memengaruhi khalayak.
 
“Oleh karena itu, anak muda Katolik harus mempunyai bekal literasi digital agar dapat menyaring informasi secara bijak,” tegas dia.
 
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama Media Indonesia, Gaudensius Suhardi, menyebutkan teknologi informasi dapat membantu aktivitas kehidupan sehari-hari. Menurut dia, teknologi akan bernilai positif jika dapat mengambil nilai tambah dalam penggunaanya.
 
“Memanfaatkan teknologi digital dapat mempermudah aktivitas kreatif, ini menjadi tugas anak muda untuk dapat bemedia sosial secara bijak dengan menggunakannya untuk hal-hal positif dan menghasilkan nilai tambah untuk kelangsungan bisnis,” ujar dia.
 
Kegiatan ini diikuti oleh 250 orang muda Katolik yang berusia antara 15 tahun sampai 35 tahun dan belum terikat perkawinan sesuai dengan pedoman karya pastoral kaum muda. Kegiatan Literasi Digital ini bagian dari kolaborasi antara Komisi Komunikasi Sosial, Komisi Kepemudaan dan Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
 
Program Literasi Digital Nasional pertama kali diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Kamis, 20 Mei 2023. Hal ini bertujuan untuk percepatan transformasi digital, khususnya pengembangan sumber daya manusia berbasis digital.
 
Presiden menilai tantangan di ruang digital semakin besar karena banyak konten-konten negatif dan meningkatnya kejahatan di ruang digital.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan