Presiden Jokowi berdialog dengan santri di Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang/ Foto: Humas Biro Pers Setpres/Jay
Presiden Jokowi berdialog dengan santri di Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang/ Foto: Humas Biro Pers Setpres/Jay

Hari Santri Nasional 2017

Mengenal Seni Kelakar di Pesantren

Sobih AW Adnan • 22 Oktober 2017 16:38
medcom.id, Jakarta: Bicara pesantren, tidak hanya berkait-paut dengan kedalaman pendidikan akhlak dan agama. Ada hal yang tampak terang namun cenderung luput dalam pembahasan, yakni sense of humor.
 
Kedekatan para santri dan seni kelakar ini bukan sesuatu yang baru. Bisa ditengok, banyak tokoh nasional yang muncul dari latar belakang pendidikan tradisional ini dikenal humoris lantaran tak sungkan melempar satu-dua patah guyonan sekalipun dalam suasana formal.
 
Sebut saja, Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman 'Gus Dur' Wahid, budayawan Ahmad Musthofa Bisri, maupun mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Hasyim Muzadi.

Mantan Menteri Agama Saifuddin Zuhri dalam Guruku Orang-Orang dari Pesantren (2001) menyebut, selera humor itu melengkapi kekayaan lain yang sebenarnya ada di pesantren.
 
"Seperti hubungan kiai-santri, lika-liku kehidupan sehari-hari pesantren, hubungan pesantren dengan kebudayaan, dan tak terkecuali, sense of humor pesantren yang demikian kaya itu," tulis ayahanda Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tersebut.
 
Saifuddin juga menyebut, keakraban dengan aneka candaan inilah yang pada akhirnya turut pula memengaruhi karakter jebolan pesantren yang terkesan luwes dan moderat.
 
Humor sufi
 
Ahmad Fikri AF dalam Tawashow di Pesantren (1999) menjelaskan, seni humor termasuk salah satu bentuk folklor yang ada di pesantren. Lawakan yang dilontarkan, bisa berbentuk dongeng, teka-teki, puisi rakyat, atau berupa nyanyian.
 
"Melalui bentuk-bentuk folklor lisan ini para santri dapat menyalurkan perasaan suka-duka, kejemuan, kejenuhan, kejengkelan, ketidakpuasan, dan rasa birahi mereka," tulis Fikri.
 
Di sisi lain, kedekatan santri dengan seni humor banyak terinspirasi dari unsur tasawuf yang kental dengan keseharian mereka. Sufi, sebagai pelaku tasawuf juga memunculkan legenda tokoh yang lekat dengan segala jenis banyolan.
 
Yang paling masyhur adalah ketokohan Abu Nuwas dan Nasruddin Hoja. Cerita dari keduanya, bahkan dialihterjemahkan ke banyak bahasa di berbagai belahan dunia.
 
Dari banyak cerita yang menyisipkan nama kedua tokoh ini, dunia pesantren juga menangkap humor sebagai jalan kritik. Melalui humor, pesan yang disampaikan bisa didengar lembut, akrab, dan mudah ditolerir.
 
Jalan kritik
 
Pemahaman kalangan pesantren akan hal itu, bukan sembarang. 
 
Fuad Hasan dalam Humor dan Kepribadian (1981), misalnya, menyebut humor bisa dipakai sebagai bahan dalam membedah beragam cabang keilmuan. Humor dapat menghadirkan suatu wawasan arif sembari tampil menghibur. 
 
Yang menarik, kekhasan humor di pesantren kerap juga dimunculkan sebagai jalan kritik. Pesan yang disampaikan, malahan lebih mudah untuk kemudian hari menjelma bahan permenungan.
 
"Semakin kritis suatu masyarakat, semakin tinggi pula permintaan mereka akan humor," tulis Fuad.
 
Soal ini, Gus Dur lah jagonya. Mantan pentolan jamiah Nahdlatul Ulama (NU) yang satu ini kerap menggunakan humor untuk mengomentari kebijakan penguasa, tingkah masyarakat, bahkan untuk menertawakan dirinya sendiri.
 
Salah satu joke-nya yang terkenal adalah ketika Gus Dur membagi tiga jenis warga NU melalui kebiasaan bertamu. 
 
Gus Dur menyebut, yang datang pukul 07.00-21.00 WIB dan bermaksud melaporkan segala hal tentang NU, itu termasuk warga NU dengan komitmen dan fanatisme yang tinggi.
 
Ada juga yang datang pukul 21.00 hingga 01.00 WIB, untuk masyarakat seperti ini, Gus Dur menjulukinya sebagai orang yang sedang tergila-gila dengan NU.
 
"Tapi, kalau ada orang NU yang masih mengetuk pintu jam dua dini hari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU gila," ucap Gus Dur sembari terkekeh, sebagaimana dikutip Muhammad Zikra dalam Tertawa Bersama Gus Dur: Humornya Kiai Indonesia (2010).
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan