medcom.id, Jakarta: Kapolri Jenderal Badrodin Haiti tak menyoalkan tembakan yang dilepaskan anak buahnya saat kerusuhan antitambang di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Insiden melukai tiga warga, satu di antaranya bocah.
"Boleh-boleh saja (menembak)," kata Badrodin di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (27/11/2015).
Kapolri mengatakan, seharusnya warga tak berlaku anarkis. Apalagi, penambangan di sana berizin. Resmi.
Menurut Badrodin, saat kerusuhan posisi anak buahnya melindungi dan menjaga agar tak ada perusakan. "Siapa yang melanggar hukum harus ditindak tegas," ujar Kapolri.
Dua hari lalu, ratusan warga Gunung Tumpang Pitu, Kecamatan Banyuwangi, bentrok lawan polisi. Kerusuhan pecah ketika warga coba menerobos masuk ke areal tambang milik PT Bumi Sukses Indo (BSI).
Warga sudah lama memendam amarah kepada PT BSI. Mereka menuding aktivitas penambangan merusak ekosistem. Suara bising alat pengeboran pun mengganggu ketenangan warga. Belum lagi debu dari penambangan yang membuat banyak warga terserang penyakit.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) merilis, bentrok warga dengan polisi menyebabkan tiga warga menderita luka tembak. Satu korban di antaranya anak-anak.
medcom.id, Jakarta: Kapolri Jenderal Badrodin Haiti tak menyoalkan tembakan yang dilepaskan anak buahnya saat kerusuhan antitambang di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Insiden melukai tiga warga, satu di antaranya bocah.
"Boleh-boleh saja (menembak)," kata Badrodin di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (27/11/2015).
Kapolri mengatakan, seharusnya warga tak berlaku anarkis. Apalagi, penambangan di sana berizin. Resmi.
Menurut Badrodin, saat kerusuhan posisi anak buahnya melindungi dan menjaga agar tak ada perusakan. "Siapa yang melanggar hukum harus ditindak tegas," ujar Kapolri.
Dua hari lalu, ratusan warga Gunung Tumpang Pitu, Kecamatan Banyuwangi, bentrok lawan polisi. Kerusuhan pecah ketika warga coba menerobos masuk ke areal tambang milik PT Bumi Sukses Indo (BSI).
Warga sudah lama memendam amarah kepada PT BSI. Mereka menuding aktivitas penambangan merusak ekosistem. Suara bising alat pengeboran pun mengganggu ketenangan warga. Belum lagi debu dari penambangan yang membuat banyak warga terserang penyakit.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) merilis, bentrok warga dengan polisi menyebabkan tiga warga menderita luka tembak. Satu korban di antaranya anak-anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ICH)