Jakarta: Seluruh pihak diminta menyatukan kepentingan dalam membela Palestina, termasuk dalam melakukan aksi solidaritas. Pakar ilmu komunikasi Satrio Arismunandar melihat pentingnya landasan moral terkait hal ini.
"Kita sudah jalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia dan secara Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 kita juga ada amanat untuk perdamaian dunia dan segala macam. Jadi, aksi-aksi bela Palestina itu harus yang sifatnya spontanitas murni,” kata Satrio dalam keterangan yang dikutip Kamis, 20 Juni 2024.
Menurut dia, aksi solidaritas yang sesungguhnya dapat dilihat dari unjuk rasa spontan masyarakat. Seperti, yang dilakukan di sekitar Patung Kuda dekat Monas dan aksi serupa di lokasi-lokasi lain.
Di sisi lain, Satrio menyayangkan pihak yang mendompleng isu tersebut. Khususnya, dalam memanfaatkan isu bela Palestina untuk tujuan tertentu.
“Jadi, tujuan dia bukan lagi urusan masalah bela Palestina tapi itu hanya sebagai paketnya atau kemasannya saja. Sebetulnya, tujuannya untuk kepentingan yang lain," kata dia.
Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia atau MUI, Khariri Makmun, menyatakan hal serupa. Dia menyayangkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan penderitaan rakyat Palestina untuk melancarkan narasi terkait kepentingan pribadi atau kelompok.
“Mari kita tunjukkan kepedulian bersama dengan mengawal kemerdekaan dan keadilan untuk Palestina agar tidak ditumpangi oleh pengusung ideologi khilafah,” kata Khariri.
Ekonom Mumtaz Foundation dan dosen senior bidang sejarah ekonomi di Institut Agama Islam Tazkia, Nurizal Ismail, menegaskan solidaritas bela Palestina tak terkait dengan isu khilafah. Tapi, murni isu kemanusiaaan karena Palestina sudah tertindas lama oleh zionis Israel.
“Jadi, jangan dibawa-bawa kepada isu khilafah karena tidak ada sangkut pautnya. Malah, itu bisa mencoreng nama Islam itu sendiri. Aksi kemanusiaan lebih baik yang dilakukan,” kata dia.
Jakarta: Seluruh pihak diminta menyatukan kepentingan dalam
membela Palestina, termasuk dalam melakukan aksi solidaritas. Pakar ilmu komunikasi Satrio Arismunandar melihat pentingnya landasan moral terkait hal ini.
"Kita sudah jalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia dan secara Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 kita juga ada amanat untuk perdamaian dunia dan segala macam. Jadi, aksi-aksi bela
Palestina itu harus yang sifatnya spontanitas murni,” kata Satrio dalam keterangan yang dikutip Kamis, 20 Juni 2024.
Menurut dia, aksi solidaritas yang sesungguhnya dapat dilihat dari unjuk rasa spontan masyarakat. Seperti, yang dilakukan di sekitar Patung Kuda dekat Monas dan aksi serupa di lokasi-lokasi lain.
Di sisi lain, Satrio menyayangkan pihak yang mendompleng isu tersebut. Khususnya, dalam memanfaatkan isu bela Palestina untuk tujuan tertentu.
“Jadi, tujuan dia bukan lagi urusan masalah bela Palestina tapi itu hanya sebagai paketnya atau kemasannya saja. Sebetulnya, tujuannya untuk kepentingan yang lain," kata dia.
Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia atau MUI, Khariri Makmun, menyatakan hal serupa. Dia menyayangkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan penderitaan rakyat Palestina untuk melancarkan narasi terkait kepentingan pribadi atau kelompok.
“Mari kita tunjukkan kepedulian bersama dengan mengawal kemerdekaan dan keadilan untuk Palestina agar tidak ditumpangi oleh pengusung ideologi khilafah,” kata Khariri.
Ekonom Mumtaz Foundation dan dosen senior bidang sejarah ekonomi di Institut Agama Islam Tazkia, Nurizal Ismail, menegaskan solidaritas bela Palestina tak terkait dengan isu khilafah. Tapi, murni isu kemanusiaaan karena Palestina sudah tertindas lama oleh zionis Israel.
“Jadi, jangan dibawa-bawa kepada isu khilafah karena tidak ada sangkut pautnya. Malah, itu bisa mencoreng nama Islam itu sendiri. Aksi kemanusiaan lebih baik yang dilakukan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)