medcom.id, Jakarta: Polemik tes keperawanan di TNI dan Polri kembali muncul. Sebelum mengemuka, padahal dewan bersama pemerintah sudah menyepakti tes 'dua jari' ini untuk segera dihapus.
Anggota Komisi VIII DPR Arzeti Bilbina Setyawan membenarkan kesepakatan dewan dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise telah tercapai beberapa waktu lalu. Namun tes keperawanan ini masih saja tidak dihentikan.
"Sebelum ramai di media, sudah kita bahas di rapat bersama menteri PPA. beliau mengatakan bahawa ini tidak perlu ada lagi dan sepakat untuk dihapuskan," kata Arzetty ketika dihubungi, Jumat (15/5/2015).
Bukan hanya tidak merendahkan martabat dan menyakitkan secara fisik, tes ini juga dapat menciptkan trauma tersendiri. Apalagi bagi wanita Indonesia yang terus menjaga dirinya karena budaya timur yang kental.
"kita kan masih menganut budaya timur yang kuat, kita harus menjaga yang namanya aurat. Untuk anak yang selama ini menjaga auratnya, melihat tes itu sebagai trauma. Ada rasa tidak nyaman," kata politikus PKB itu.
Selain itu, dia menilai tes keperawanan tidak perlu dilakukan karena tidak memiliki tujuan yang substansial bagia kepentingan TNI. Tidak selayaknya tes keperawanan dilakukan hanya untuk antisipasi penyakit menular.
"Logikanya kan kita tidak tahu tes keparawan itu, tidak bisa dilihat," tegas dia.
medcom.id, Jakarta: Polemik tes keperawanan di TNI dan Polri kembali muncul. Sebelum mengemuka, padahal dewan bersama pemerintah sudah menyepakti tes 'dua jari' ini untuk segera dihapus.
Anggota Komisi VIII DPR Arzeti Bilbina Setyawan membenarkan kesepakatan dewan dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise telah tercapai beberapa waktu lalu. Namun tes keperawanan ini masih saja tidak dihentikan.
"Sebelum ramai di media, sudah kita bahas di rapat bersama menteri PPA. beliau mengatakan bahawa ini tidak perlu ada lagi dan sepakat untuk dihapuskan," kata Arzetty ketika dihubungi, Jumat (15/5/2015).
Bukan hanya tidak merendahkan martabat dan menyakitkan secara fisik, tes ini juga dapat menciptkan trauma tersendiri. Apalagi bagi wanita Indonesia yang terus menjaga dirinya karena budaya timur yang kental.
"kita kan masih menganut budaya timur yang kuat, kita harus menjaga yang namanya aurat. Untuk anak yang selama ini menjaga auratnya, melihat tes itu sebagai trauma. Ada rasa tidak nyaman," kata politikus PKB itu.
Selain itu, dia menilai tes keperawanan tidak perlu dilakukan karena tidak memiliki tujuan yang substansial bagia kepentingan TNI. Tidak selayaknya tes keperawanan dilakukan hanya untuk antisipasi penyakit menular.
"Logikanya kan kita tidak tahu tes keparawan itu, tidak bisa dilihat," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ALB)