Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting di Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Kamis, 23 September 2021 (Foto: Metro TV)
Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting di Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Kamis, 23 September 2021 (Foto: Metro TV)

Selamat Pagi Indonesia

Isolasi Terpadu di Kapal Laut Jadi Alternatif Tekan Penyebaran Covid-19

MetroTV • 23 September 2021 15:10
Jakarta: Isolasi terpadu (isoter) untuk pasien covid-19 dinilai efektif menekan laju penyebaran covid-19. Karena itu, pemerintah menyiapkan strategi baru untuk menambah tempat isoter di Indonesia, yakni di dalam kapal laut.
 
Menurut Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting, isoter di dalam kapal sangat cocok untuk mengisolasi pasien positif covid-19. Ia menilai pasien akan mendapatkan perawatan dan penanganan baik saat menjalani isoter di kapal laut.
 
"Kapal laut merupakan salah satu opsi. Di kapal ini terdapat kamar-kamar, ventilasi, dan pasien bisa terisolasi dari masyarakat sekitarnya. Dengan menjalani isoter di kapal, pelayanan dan pengobatan bisa lebih fokus untuk pasien," ujar Alexander dalam program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Kamis, 23 September 2021.

Adapun penerapan isoter di kapal laut dilakukan di kota-kota yang memiliki pelabuhan seperti Medan, Bitung dan Sorong. Isoter di Medan menggunakan KM Bukit Raya, Bitung dengan KM Tasikmalaya, dan KM Sirimau ditempatkan di Sorong. Alex mengakui kapasitas pasien untuk isoter kapal laut memang masih rendah.
 
"Jadi untuk saat ini, kapasitas itu memang rendah, seperti di Bitung itu dibawah 20 orang naik turun dalam 2 minggu terakhir, di Medan itu ada dibawah 15 orang," jelas Alex.
 
Alex menyayangkan adanya stigmatisasi mengenai isoter di masyarakat. Stigmatisasi tersebut membuat banyak orang tidak mau menjalani tes covid-19 karena takut dimasukkan ke isoter. 
 
Lebih lanjut, Alex menilai masyarakat memiliki budaya yang tidak ingin jauh dari rumahnya. Hal ini yang juga menjadi kendala untuk takut menjalani isoter. Olehnya, pemerintah akan berupaya melakukan komunikasi untuk mengatasi masalah tersebut.
 
"Yang paling penting komunikasi, bagaimana membahasakan isoter dengan bahasa lokal, bagaimana membahasakan isoter sesuai dengan bahasa akar rumput yang ada," tutur Alex. (Widya Finola Ifani Putri)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PAT)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan