Jakarta: Australia-Indonesia menggelar simposium virtual bertajuk Pembelajaran Regional tentang Covid-19 dan Dampaknya terhadap Penanganan dan Ketangguhan Bencana pada Rabu, 27 Oktober 2021. Kemitraan sejumlah lembaga Australia-Indonesia terus dibangun memperkuat penanganan bencana di kawasan Asia Pasifik.
Simposium ini melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia. Ketiga lembaga ini terus membangun Kesiapsiagaan Bencana (Program SIAP SIAGA) lewat berbagi pelajaran dan pengalaman dalam penanganan sektor kemanusiaan.
“Kawasan Indo-Pasifik memiliki pengalaman yang sangat kaya di bidang penanganan bencana dan kedaruratan kesehatan masyarakat, seperti yang telah ditunjukkan selama pandemi Covid-19," kata Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Australia, Stephen Scott, melalui keterangan tertulis, Rabu, 27 Oktober 2021.
Scott menyebut pertukaran pengetahuan antarnegara di kawasan dan melembagakan praktik-untuk memperkuat pengelolaan risiko bencana sangat dibutuhkan. Apalagi, tiap negara memiliki kemampuan adaptasi dalam menangani bencana kemanusiaan. Seperti pandemi covid-19.
Deputy Head of Mission Kedutaan Australia, Stephen Scott. Istimewa
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menekankan pentingnya 3C dalam penanganan bencana. Pertama, commitment of leadership atau komitmen para pemimpin dalam mengubah paradigma tanggap darurat ke pencegahan.
Kedua, collaboration atau kolaborasi antara pihak berkepentingan yang sangat dibutuhkan saat penanganan bencana. Ketiga, risk communications atau komunikasi risiko untuk mendukung ketangguhan yang berkelanjutan demi mendukung pembangunan berkelanjutan.
Demi penguatan penanganan bencana
Simposium ini merupakan kelanjutan dari serangkaian webinar yang diselenggarakan Program SIAP SIAGA pada Juni 2021. Simposium diharapkan ini dapat memberi masukan berharga untuk pelaksanaan Sesi Ketujuh Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (Seventh Session of the Global Platform for Disaster Risk Reduction) yang diselenggarakan Indonesia pada 2022.
"Konferensi Regional telah menekankan beberapa rekomendasi penting," kata Direktur Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan Kemenlu Achsanul Habib.
Dia menilai ada beberapa penting yang harus menjadi rekomendasi bagi seluruh negara di kawasan Asia Pasifik. Pertama, perlunya aktor kemanusiaan di kawasan untuk memperkuat fokus pada pengumpulan data dan tindakan berbasis bukti dalam kesiapsiagaan bencana.
Kedua, pentingnya mengintensifkan pertukaran pengalaman dan praktik baik dalam agenda kemanusiaan di kawasan Asia Pasifik. "Dialog, berbagi praktik terbaik, dan pertukaran pengalaman yang baik memainkan peran penting dalam memperkuat kapasitas kemanusiaan di kawasan dan mengatasi tantangan kita bersama di kawasan ini,” tegas Achsanul.
Jakarta: Australia-Indonesia menggelar simposium virtual bertajuk Pembelajaran Regional tentang Covid-19 dan Dampaknya terhadap Penanganan dan Ketangguhan Bencana pada Rabu, 27 Oktober 2021. Kemitraan sejumlah lembaga Australia-Indonesia terus dibangun memperkuat penanganan bencana di kawasan Asia Pasifik.
Simposium ini melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (
BNPB), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia. Ketiga lembaga ini terus membangun Kesiapsiagaan Bencana (Program SIAP SIAGA) lewat berbagi pelajaran dan pengalaman dalam penanganan sektor kemanusiaan.
“Kawasan Indo-Pasifik memiliki pengalaman yang sangat kaya di bidang penanganan bencana dan kedaruratan kesehatan masyarakat, seperti yang telah ditunjukkan selama pandemi Covid-19," kata Deputy Head of Mission Kedutaan Besar
Australia, Stephen Scott, melalui keterangan tertulis, Rabu, 27 Oktober 2021.
Scott menyebut pertukaran pengetahuan antarnegara di kawasan dan melembagakan praktik-untuk memperkuat pengelolaan risiko bencana sangat dibutuhkan. Apalagi, tiap negara memiliki kemampuan adaptasi dalam menangani bencana kemanusiaan. Seperti pandemi covid-19.
Deputy Head of Mission Kedutaan Australia, Stephen Scott. Istimewa
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menekankan pentingnya 3C dalam penanganan bencana. Pertama,
commitment of leadership atau komitmen para pemimpin dalam mengubah paradigma tanggap darurat ke pencegahan.
Kedua,
collaboration atau kolaborasi antara pihak berkepentingan yang sangat dibutuhkan saat penanganan bencana. Ketiga,
risk communications atau komunikasi risiko untuk mendukung ketangguhan yang berkelanjutan demi mendukung pembangunan berkelanjutan.
Demi penguatan penanganan bencana
Simposium ini merupakan kelanjutan dari serangkaian webinar yang diselenggarakan Program SIAP SIAGA pada Juni 2021. Simposium diharapkan ini dapat memberi masukan berharga untuk pelaksanaan Sesi Ketujuh Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (
Seventh Session of the Global Platform for Disaster Risk Reduction) yang diselenggarakan Indonesia pada 2022.
"Konferensi Regional telah menekankan beberapa rekomendasi penting," kata Direktur Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan
Kemenlu Achsanul Habib.
Dia menilai ada beberapa penting yang harus menjadi rekomendasi bagi seluruh negara di kawasan Asia Pasifik. Pertama, perlunya aktor kemanusiaan di kawasan untuk memperkuat fokus pada pengumpulan data dan tindakan berbasis bukti dalam kesiapsiagaan bencana.
Kedua, pentingnya mengintensifkan pertukaran pengalaman dan praktik baik dalam agenda kemanusiaan di kawasan Asia Pasifik. "Dialog, berbagi praktik terbaik, dan pertukaran pengalaman yang baik memainkan peran penting dalam memperkuat kapasitas kemanusiaan di kawasan dan mengatasi tantangan kita bersama di kawasan ini,” tegas Achsanul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)