Jakarta: Belum usai hantaman varian Delta, varian Delta Plus mulai membayang-bayangi penanganan pandemi di Indonesia. Indonesia harus mewaspadai penyebaran varian yang dikenal dengan nama lain AY.1 atau K417N ini.
Selain di Indonesia, varian Delta Plus disebut telah menyerang negara lain, seperti Inggris, Polandia, Portugal, Rusia, Swiss, Turki, Amerika, Canada, Jepang, dan Nepal. World Health Organization (WHO) menyatakan varian ini termasuk dalam golongan variant of concern.
“Jenis mutasi ini pun bukan baru, dalam arti kita mengenal. Ini sudah ditemukan di varian Beta dan Gama. Kita harus jauh lebih waspada,” kata Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Herawati Sudoyo dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV pada Kamis, 29 Juli 2021.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui kejelasan dari potensi varian Delta Plus ini dapat transmisi atau menular lebih cepat dibandingkan varian Delta. Ia menambahkan, WHO bersama para peneliti tak henti melakukan penelitian terkait varian ini.
“Harus dilihat bagaimana varian ini mempengaruhi gejala klinik, bagaimana menyebabkan penderita jauh lebih lama, dan bagaimana pengaruhnya terhadap vaksinasi yang sudah dilakukan,” jelas Herawati.
Sejumlah peneliti mengatakan varian Delta Plus ini menyerang sel paru-paru lebih efektif dan memiliki potensi lolos dari vaksin. Namun, Herawati menyatakan temuan itu perlu kajian lebih mendalam.
“Vaksin dosis kedua tetap bisa, tapi efisiensinya berubah atau lebih turun. Namun, masih bisa dilakukan dan masih ada antibodi yang akan terbentuk,” ujar Herawati.
Ahli Molekuler ini mengingatkan agar masyarakat lebih waspada dengan berbagai penyebaran varian covid-19 yang semakin meluas di Indonesia. (Nadia Ayu)
Jakarta: Belum usai hantaman varian Delta, varian Delta Plus mulai membayang-bayangi penanganan pandemi di Indonesia. Indonesia harus mewaspadai penyebaran varian yang dikenal dengan nama lain AY.1 atau K417N ini.
Selain di Indonesia, varian Delta Plus disebut telah menyerang negara lain, seperti Inggris, Polandia, Portugal, Rusia, Swiss, Turki, Amerika, Canada, Jepang, dan Nepal. World Health Organization (WHO) menyatakan varian ini termasuk dalam golongan
variant of concern.
“Jenis mutasi ini pun bukan baru, dalam arti kita mengenal. Ini sudah ditemukan di varian Beta dan Gama. Kita harus jauh lebih waspada,” kata
Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Herawati Sudoyo dalam tayangan
Selamat Pagi Indonesia di
Metro TV pada Kamis, 29 Juli 2021.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui kejelasan dari potensi varian Delta Plus ini dapat transmisi atau menular lebih cepat dibandingkan varian Delta. Ia menambahkan, WHO bersama para peneliti tak henti melakukan penelitian terkait varian ini.
“Harus dilihat bagaimana varian ini mempengaruhi gejala klinik, bagaimana menyebabkan penderita jauh lebih lama, dan bagaimana pengaruhnya terhadap vaksinasi yang sudah dilakukan,” jelas Herawati.
Sejumlah peneliti mengatakan varian Delta Plus ini menyerang sel paru-paru lebih efektif dan memiliki potensi lolos dari vaksin. Namun, Herawati menyatakan temuan itu perlu kajian lebih mendalam.
“Vaksin dosis kedua tetap bisa, tapi efisiensinya berubah atau lebih turun. Namun, masih bisa dilakukan dan masih ada antibodi yang akan terbentuk,” ujar Herawati.
Ahli Molekuler ini mengingatkan agar masyarakat lebih waspada dengan berbagai penyebaran varian covid-19 yang semakin meluas di Indonesia.
(Nadia Ayu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)