Seminar Towards A Greener Ocean 2022, di Jakarta, Jumat 11 November 2022.
Seminar Towards A Greener Ocean 2022, di Jakarta, Jumat 11 November 2022.

Pencemaran Laut Menjadi Ancaman Indonesia

Medcom • 11 November 2022 20:00
Jakarta: Pencemaran di laut Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Umumnya berasal dari limbah plastic, pabrik dan emisi dari mesin kapal.
 
Managing Director PT Inco Global Nusantara sekaligus Penyelenggara Seminar “Towards A Greener Ocean 2022”, Tania Ho mengatakan, banyaknya polusi di laut merusak ekosistem kehidupan laut dan manusia.
 
“Biota laut tercemar, terancamnya kesehatan manusia, hingga penurunan kualitas lingkungan pesisir. Ancaman itu harus ditangani dengan cepat dan tepat. Semua pihak harus bahu membahu menangani pencemaran laut,” kata Tania.
 
Menurut Tania, masih banyak warga yang belum sadar pentingnya menjaga laut. Tania mencontohkan, laut Jakarta yang banyak tercemar sampah plastik.
 
“Karena di Indonesia khususnya Jakarta belum banyak yang sadar. Ada beberapa yang sudah sadar, tapi masih kurang supportnya,” kata Tania.
 
Tania juga menyinggung emisi industri perkapalan yang harus ramah lingkungan sesuai peraturan International Maritime Organization (IMO). Menurut Tania, perlu peningkatan penggunaan bahan bakar metanol bagi industri perkapalan untuk mencegah pencemaran udara.
 
Tania menambahkan, INCO sebagai vendor perusahaan pelayaran membawa semua produk ramah lingkungan untuk agen-agen di Indonesia. Karena itu bagian dari kepedulian untuk menjaga alam Indonesia.
 
“Ini penting agar terciptanya emisi yang bagus. Agar generasi penerus kita, anak cucu kita menikmati green ocean. Sekarang kita tahu banyak sekali limbah dan emisi dari engine,” kata Tania.
 
Managing Director Mitsui E&S Asia, T. Sayama mengungkapkan, penggunaan bio fuel dapat mewujudkan nol karbon dan transformasi menjadi energi bersih, sebagai solusi ramah lingkungan. Penghematan bahan bakar juga bisa dilakukan lewat beberapa metode.
 
Technical Departement EKK Eagle Asia Pasific/Kemel, Koshi Kunimitsu menyebut memiliki produk mesin kapal yang tak menggunakan oli atau pelumas.
 
“Tidak ada lagi leak atau kebocoran sehingga lebih ramah untuk laut. Sistem lubricant-nya menggunakan udara. Jadi meminimalisasi kebocoran oli ke laut,” ujar Koshi.
 
Koshi mendorong perusahaan yang masih menggunakan oli beralih ke penggunaan udara. Dengan begitu, peralihan dari oil seal ke air seal bisa menjadikan industri pelayaran ramah lingkungan.
 
Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowner Association (INSA) Sugiman Layanto mengatakan, Indonesia berkomitmen agar industri pelayaran nol karbon pada tahun 2060.
 
“Industri kita secara keseluruhan harus kompak agar target ini tercapai. Tantangan paling utama adalah kita kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan nol karbon,” kata Sugiman.
 
Sugiman menyebutkan, semua pihak harus melakukan banyak inovasi untuk mengurangi emisi di industri pelayaran. Menurutnya, target Indonesia nol emisi pada tahun 2060 bisa tercapai asalkan ada kepedulian dari semua pihak dan terus memantau perkembangan teknologi.
 
“Bagaimana kita move away dari using fuel. Pemerintah akan atur, untuk memaksa agar lebih cepat go green,” kata Sugiman.
 
Sugiman mengatakan, sudah banyak negara yang konversi energi berupa minyak ke listrik dengan investasi besar.
 
“Singapura sudah memasang solar energi bekerjasama dengan Batam. Jadi kita punya dipasangin solar screen awalnya ditarik ke Singapura. Ada yang jauh juga di Australia. Jadi gurun pasir di Australia luas sekali sudah direncanakan untuk dibuat solar mereka akan tarik kabel dari Australia ke Singapura,” kata Sugiman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan