medcom.id: KH Ilyas Ruhiat berbangga betul atas kecerdasan dan prestasi putri keduanya. Kepada gadis yang dipanggilnya Neng Ida, ulama yang Rais 'Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1992-1999 ini berpesan agar berkenan menapaki jalan dakwah.
"Neneng mah tidak akan cepat-cepat dinikahkan, biar bisa jadi muballighah (pendakwah), seperti Tuty Alawiyah," ucap Kiai Ilyas seperti yang dikutip Iip D. Yahya dalam Ajengan Cipasung: Biografi KH Ilyas Ruhiyat.
Tuty Alawiyah memang pantas menjadi rujukan. Wanita kelahiran 30 Maret 1942 ini mewarisi bakat ceramah langsung dari ayahandanya, KH Abdullah Syafii, pendiri perguruan Islam As-Syafiiyah Jakarta.
Jalan dakwah Tuty Alawiyah bermula saat sang ayahanda melihat potensi dan kefasihannya membaca Al-Quran. Pada 1959, Tuty remaja diberi kesempatan tampil memenuhi undangan ceramah dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Malaysia dan Singapura. Dengan tenang, perempuan yang kelak menjabat sebagai menteri di dua kabinet ini tampil memukau di hadapan 500-an orang.
Selain sebagai dai perempuan yang andal, istri Ahmad Chalib ini juga dikenal menyerukan pemberdayaan perempuan. Pembangunan tidak boleh meninggalkan kaum perempuan.
Tuty Alawiyah ketika membawahi program dakwah edisi Ramadan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) sejak 1968-1985. Pengabdiannya ibu lima anak ini juga ditunjukkan dengan mendirikan Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT) pada 1981.
Jalan dakwah tidak hanya di mimbar ceramah. Selain giat menulis buku, akhirnya ia pilih jalur politik sebagai sarana lebih strategis. Selama 1992 - 2002, Rektor Universitas Islam As-Syafiiyah (UIA) Jakarta ini menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari Fraksi Utusan Golongan.
Tuty Alawiyah telah berpulang, Rabu (4/5/2016) pagi, di RS MMC, Kuningan, Jakarta. Berbagai tokoh mengenangnya sebagai sosok yang rendah hati dan tak kenal lelah dalam dunia dakwah dan pemberdayaan perempuan. Ragam ucapan belasungkawa melepas kepergian perempuan yang gemar bersilaturrahmi ini.
Kabar duka ini disampaikan salah satu putranya, Dailami Firdaus.
“Ibunda kami Hj. Tuty Alawiyah telah dipanggil Allah SWT. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan beliau dan mohon doa agar Allah memberikan rahmat dan surga-Nya,” kata Dailami dalam keterangan tertulisnya.
medcom.id: KH Ilyas Ruhiat berbangga betul atas kecerdasan dan prestasi putri keduanya. Kepada gadis yang dipanggilnya Neng Ida, ulama yang Rais 'Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1992-1999 ini berpesan agar berkenan menapaki jalan dakwah.
"Neneng mah tidak akan cepat-cepat dinikahkan, biar bisa jadi muballighah (pendakwah), seperti Tuty Alawiyah," ucap Kiai Ilyas seperti yang dikutip Iip D. Yahya dalam Ajengan Cipasung: Biografi KH Ilyas Ruhiyat.
Tuty Alawiyah memang pantas menjadi rujukan. Wanita kelahiran 30 Maret 1942 ini mewarisi bakat ceramah langsung dari ayahandanya, KH Abdullah Syafii, pendiri perguruan Islam As-Syafiiyah Jakarta.
Jalan dakwah Tuty Alawiyah bermula saat sang ayahanda melihat potensi dan kefasihannya membaca Al-Quran. Pada 1959, Tuty remaja diberi kesempatan tampil memenuhi undangan ceramah dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Malaysia dan Singapura. Dengan tenang, perempuan yang kelak menjabat sebagai menteri di dua kabinet ini tampil memukau di hadapan 500-an orang.
Selain sebagai dai perempuan yang andal, istri Ahmad Chalib ini juga dikenal menyerukan pemberdayaan perempuan. Pembangunan tidak boleh meninggalkan kaum perempuan.
Tuty Alawiyah ketika membawahi program dakwah edisi Ramadan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) sejak 1968-1985. Pengabdiannya ibu lima anak ini juga ditunjukkan dengan mendirikan Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT) pada 1981.
Jalan dakwah tidak hanya di mimbar ceramah. Selain giat menulis buku, akhirnya ia pilih jalur politik sebagai sarana lebih strategis. Selama 1992 - 2002, Rektor Universitas Islam As-Syafiiyah (UIA) Jakarta ini menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari Fraksi Utusan Golongan.
Tuty Alawiyah telah berpulang, Rabu (4/5/2016) pagi, di RS MMC, Kuningan, Jakarta. Berbagai tokoh mengenangnya sebagai sosok yang rendah hati dan tak kenal lelah dalam dunia dakwah dan pemberdayaan perempuan. Ragam ucapan belasungkawa melepas kepergian perempuan yang gemar bersilaturrahmi ini.
Kabar duka ini disampaikan salah satu putranya, Dailami Firdaus.
“Ibunda kami Hj. Tuty Alawiyah telah dipanggil Allah SWT. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan beliau dan mohon doa agar Allah memberikan rahmat dan surga-Nya,” kata Dailami dalam keterangan tertulisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)