Ilustrasi Jemaah Umrah bersiap melakukan tawaf--ANTARA/Saptono
Ilustrasi Jemaah Umrah bersiap melakukan tawaf--ANTARA/Saptono

Hadapi Puncak Haji di Armina, Jemaah Haji Risiko Tinggi Perlu Perhatian Serius

Al Abrar • 21 September 2015 21:25
medcom.id, Jakarta: Jelang prosesi puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina), yang akan berlangsung pada 8-10 Dzulhijah atau Selasa-Kamis (22-24 September) waktu Saudi, jemaah haji yang tergolong resiko tinggi (Risti) perlu mendapat perhatian serius.
 
Anggota Tim Pengawas Haji DPR RI, Abdullah Fikri Faqih menyebut ada sebanyak 64,5 persen jemaah Indonesia adalah Risti yang perlu mendapat perhatian khusus.
 
"Ada 64,5 persen jemaah Indonesia adalah Risti," kata Fikri Faqih melalui siaran pers yang diterima wartawan di tengah agenda kerja DPR di Mekkah, Senin (21/9/2015).

Untuk mengantisipasi hal tersebut kata Fikri, pihak penyelenggara haji Indonesia telah membagi kelompok Risti menjadi tiga, yaitu kelompok pertama usia di atas 60 tahun dengan riwayat penyakit berat. Kelompok kedua usia di bawah 60 tahun tetapi sudah memiliki riwayat penyakit serius. Terakhir kelompok ketiga dengan usia di atas 60 tahun tanpa keluhan penyakit atau ringan. 
 
"Ketiganya rentan beresiko mengalami sakit, karena prosesi puncak haji memang sangat berat," ujar Fikri.
 
Anggota Komisi VIII DPR ini menjelaskan pada sesi Armina, jamaah haji Indonesia direncanakan akan tiba di Arafah sehari sebelum prosesi wukuf, yakni pada 8 Dzulhijah atau Selasa (22/9/2015) waktu setempat. 
 
Kesokkan harinya gelombang jutaan manusia yang menunaikan haji dari seluruh dunia akan wukuf bersamaan di padang Arafah.
 
"Sekitar 1,5 juta manusia melaksanakan wukuf mulai dari Zuhur hingga petang," imbuh Fikri.
 
Setelah wukuf, jemaah akan bermalam di Muzdalifah, dan dilanjutkan dengan melontar Jumroh di Mina pada esok harinya atau bertepatan dengan 10 Dzulhijah.
 
"Tiga tahapan prosesi tersebut menjadi puncak dari ibadah haji, yang membutuhkan stamina tubuh dan fisik yang luar biasa," jelas dia.
 
Selama dua hari satu malam fisik jamaah akan terkuras, karena proses haji di Armina berlangsung secara maraton dengan istirahat yang minim.
 
Fikri meminta Petugas Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) sigap melayani dan terus mendampingi jemaah selama prosesi puncak haji di Armina. Berdasarkan pantauan tim pengawas haji DPR ada 3437 petugas haji, dengan petugas non-kloter hanya sebanyak 1447 orang.
 
"Jumlah petugas ini harus melayani sekitar 170 ribu jemaah Indonesia, dengan 64,5 persennya risti," imbuh dia.  
 
Selain pengawasan intensif, Fikri juga menilai perlunya perbaikan sistem dalam pemberian obat-obatan bagi jemaah yang sakit. "Ada pengaduan dari petugas kesehatan haji, sulit mengakses obat-obatan tertentu yang langka karena belum masuk sistemnya," ujar dia.
 
Tim DPR juga telah mengecek persiapan PPIH, terutama menjelang prosesi puncak ibadah haji di Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina). Di antaranya adalah memeriksa kesiapan transportasi bagi jemaah, dapur umum, kamar mandi, tenda, alat pendingin (water cooler), karpet, kecukupan air, distribusi makanan, evakuasi dan pengamanan jemaah dalam keadaan darurat.
 
Berdasarkan pantauan DPR, setiap maktab akan diisi  kurang lebih 3000 jemaah. Di setiap maktab disediakan 10 kamar mandi untuk laki-laki dan 10 untuk perempuan.
 
Setiap maktab akan difasilitasi water cooler sebanyak 60 unit. Selain itu, PPIH juga menyiapkan dapur umum untuk keperluan memasak makanan bagi jemaah selama wukuf.
 
Tim juga melakukan peninjauan ke Muzdalifah dan Mina. Tim pengawas DPR RI memeriksa kebutuhan dan fasilitas para jamaah. Termasuk fasilitas tenda, kamar mandi, dapur umum, dan lalu lintas jamaah dari dan menuju jamarat atau tempat melontar jumroh.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan