Warga bersama karyawan Media Group melaksanakan Salat Id di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kedoya, Jakarta Barat. Foto: MI/Immanuel Antonius
Warga bersama karyawan Media Group melaksanakan Salat Id di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kedoya, Jakarta Barat. Foto: MI/Immanuel Antonius

KSP: Idulfitri Momen Jaga Persatuan

15 Juni 2018 19:29
Jakarta: Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko meminta hari raya Idulfitri dijadikan momentum untuk menjaga persatuan. Hari kemenangan bagi umat Islam ini, kata dia, harus menjadi momen bagi umat untuk saling merangkul, membesarkan, dan tak mengecilkan satu sama lain. 
 
“Idulfitri adalah kondisi saat semua orang kembali ke nol. Semua yang buruk kita tanggalkan, kembali bersih. Negara ini milik kita bersama dan bersatu menjadi kunci Indonesia untuk maju.  Kita harus saling membesarkan, jangan saling mengecilkan. Ini momen kita untuk saling bersatu, bukan bercerai berai, apalagi berseteru,” ujar Moeldoko, menyambut Idulfitri 1439 Hijriah, seperti dilansir Antara, Jumat, 15 Juni 2018.
 
Moeldoko menilai potensi bangsa ini sangatlah besar dengan beragam suku bangsa, budaya, dan sumber daya alamnya. Karenanya, dari semua kelebihan itu, Indonesia seharusnya berjaya dengan semua potensi yang ada. 

“Jadi, amat disayangkan jika semua potensi ini tergerus karena warga negaranya tak bersatu,” kata mantan Panglima TNI yang juga bergelar doktor ini.
 
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi berpendapat Idulfitri adalah momentum umat meningkatkan kepatuhannya terhadap ajaran Islam. Lebih peduli terhadap sesama, terutama kepada kaum dhuafa, fakir-miskin, dan anak yatim-piatu dengan mengeluarkan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. 
 
"Idulfitri sebagai momentum menjaga kohesi sosial, menjaga perdamaian, memperkuat, dan mengokohkan kembali ikatan dan hubungan antarsaudara seagama (ukhuwah islamiyah), saudara sebangsa (wathaniyah), saudara sesama manusia (insaniyah)," ujar Zainut.
 
Terlebih, kata dia, Idulfitri tahun ini berdekatan dengan agenda politik nasional berupa pilkada, pemilihan anggota legistatif, dan pemilihan presiden. MUI menilai perbedaan aspirasi politik merupakan hal biasa yang harusnya dipandang sebagai rahmat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 
 
Baca: Baju Lebaran dari Nabi
 
Cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat berharap Idulfitri menjadi momen bagi anak bangsa untuk mendinginkan suhu politik. Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, meski suhu politik dipastikan akan naik usai Idulfitri, ia mengimbau masyarakat untuk tidak mengumbar ujaran-ujaran kebencian, baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau lainnya. 
 
Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Achmad Satori Ismail, menyatakan Idulfitri harus dimaknai sebagai momentum untuk tetap menjaga perdamaian antarumat manusia. "Menjaga persatuan, menjaga ukhuwah, dan menjaga persatuan itu yang paling penting," katanya.
 
Dalam konteks politik, dia mengajak seluruh masyarakat agar berpandangan sama untuk membangun bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi dan kelompok. "Tujuannya harus sama, untuk membangun negeri ini," tutur Satori. 
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan