Jakarta: Peran vaksinasi covid-19 sangat vital bagi keberlangsungan hidup. Dampaknya, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), dan pertumbuhan ekonomi kontraksi.
“Dengan vaksinasi akan ada pergerakan masyarakat, maka ekonomi bisa pulih. Tercapainya program vaksinasi akan menjadi tolok ukur untuk memulihkan ekonomi nasional,” ujar Deputi Bidang Intelijen Ekonomi Badan Intelijen Negara (BIN), Made Kartikajaya, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Selasa, 1 Februari 2022.
Made mengatakan BIN memiliki tim penanganan covid-19. BIN bertugas menyediakan vaksin di seluruh Indonesia.
"Sebagai penanggung jawab koordinasi dengan Kemenkes (Kementerian Kesehatan), Dinas Kesehatan di daerah, di awal pertama vaksinasi dilakukan sejak 14 Juli 2020, vaksin masih terbatas dan belum merata maka untuk daerah masih dianggarkan dari Jakarta," ucap dia.
Deputi bidang Intelijen Luar Negeri BIN Mayjen Agoes Joesni menambahkan BIN juga bekerja sama dengan pihak luar negeri dalam penanganan covid-19, seperti pengadaan vaksin. Kolaborasi yang dilakukan sesuai kemampuan.
Baca: Vaksinasi Massal BIN Disebut Murni Aksi Kemanusiaan
“Termasuk dengan rekanan yang ada di Indonesia, bekerja sama dengan Kemlu. Prinsipnya, kita butuh vaksin, mereka memproduksi, sesuai arahan Presiden (Joko Widodo) kita membuka peluang kerja sama, termasuk transfer teknologi,” kata Agoes.
Dalam praktiknya, pelaksanaan vaksinasi tak semulus yang dibayangkan. Beberapa hambatan dijumpai, seperti faktor ada rasa ketakutan sebagian masyarakat, lokasi sulit dijangkau padahal mereka bersedia divaksin, anggapan merasa sehat kenapa harus vaksinasi, serta faktor religi yang menganggap vaksinasi dilarang oleh kepercayaannya.
Agoes mengakui persoalan religius yang melibatkan tokoh adat dan pemuka agama cukup sulit ditangani. Sehingga, butuh komunikasi dan pemahaman dengan bantuan aparat TNI/Polri, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan perangkat desa.
Sementara itu, Ketua Stem Cell Research and Development Center Universitas Airlangga Dokter Purwati, mengatakan percepatan vaksinasi sangat diperlukan, meski Indonesia sudah mencatatkan keberhasilan luar biasa yang diakui mata dunia.
“Untuk meningkatkan antibodi seseorang, booster perlu dilakukan. Karena booster bisa meningkatkan antibodi lebih tinggi dibandingkan vaksinasi kedua,” ujar Purwati.
Dia menilai percepatan vaksinasi amat penting karena selain melipatgandakan antibodi individu, juga untuk membentuk herd immunity. “Selain kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, BIN, dan lembaga pendidikan, dan dibutuhkan akses untuk perawatan, penguatan sistem komunikasi publik seperti melakukan 3M, dan sebagainya,” kata Purwati.
Jakarta: Peran
vaksinasi covid-19 sangat vital bagi keberlangsungan hidup. Dampaknya, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat
(PPKM), dan pertumbuhan ekonomi kontraksi.
“Dengan vaksinasi akan ada pergerakan masyarakat, maka ekonomi bisa pulih. Tercapainya program vaksinasi akan menjadi tolok ukur untuk memulihkan ekonomi nasional,” ujar Deputi Bidang Intelijen Ekonomi
Badan Intelijen Negara (BIN), Made Kartikajaya, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Selasa, 1 Februari 2022.
Made mengatakan BIN memiliki tim penanganan covid-19. BIN bertugas menyediakan vaksin di seluruh Indonesia.
"Sebagai penanggung jawab koordinasi dengan Kemenkes (Kementerian Kesehatan), Dinas Kesehatan di daerah, di awal pertama vaksinasi dilakukan sejak 14 Juli 2020, vaksin masih terbatas dan belum merata maka untuk daerah masih dianggarkan dari Jakarta," ucap dia.
Deputi bidang Intelijen Luar Negeri BIN Mayjen Agoes Joesni menambahkan BIN juga bekerja sama dengan pihak luar negeri dalam penanganan
covid-19, seperti pengadaan vaksin. Kolaborasi yang dilakukan sesuai kemampuan.
Baca:
Vaksinasi Massal BIN Disebut Murni Aksi Kemanusiaan
“Termasuk dengan rekanan yang ada di Indonesia, bekerja sama dengan Kemlu. Prinsipnya, kita butuh vaksin, mereka memproduksi, sesuai arahan Presiden (Joko Widodo) kita membuka peluang kerja sama, termasuk transfer teknologi,” kata Agoes.
Dalam praktiknya, pelaksanaan vaksinasi tak semulus yang dibayangkan. Beberapa hambatan dijumpai, seperti faktor ada rasa ketakutan sebagian masyarakat, lokasi sulit dijangkau padahal mereka bersedia divaksin, anggapan merasa sehat kenapa harus vaksinasi, serta faktor religi yang menganggap vaksinasi dilarang oleh kepercayaannya.
Agoes mengakui persoalan religius yang melibatkan tokoh adat dan pemuka agama cukup sulit ditangani. Sehingga, butuh komunikasi dan pemahaman dengan bantuan aparat TNI/Polri, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan perangkat desa.
Sementara itu, Ketua Stem Cell Research and Development Center Universitas Airlangga Dokter Purwati, mengatakan percepatan vaksinasi sangat diperlukan, meski Indonesia sudah mencatatkan keberhasilan luar biasa yang diakui mata dunia.
“Untuk meningkatkan antibodi seseorang,
booster perlu dilakukan. Karena
booster bisa meningkatkan antibodi lebih tinggi dibandingkan vaksinasi kedua,” ujar Purwati.
Dia menilai percepatan vaksinasi amat penting karena selain melipatgandakan antibodi individu, juga untuk membentuk
herd immunity. “Selain kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, BIN, dan lembaga pendidikan, dan dibutuhkan akses untuk perawatan, penguatan sistem komunikasi publik seperti melakukan 3M, dan sebagainya,” kata Purwati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)