Nay Pyi Taw: Indonesia menyampaikan lima poin komitmen dalam pertemuan tahunan Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi dan Kekonsuleran se-ASEAN ke-23. Acara tersebut berlangsung sejak 19 hingga 21 Agustus 2019 di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Kelima poin itu disampaikan Dirjen Imigrasi Ronny F Sompie. Pertama, Indonesia menegaskan untuk memperkuat komitmen pencegahan terorisme sebagaimana yang telah dideklarasikan dalam Deklarasi Pencegahan Terorisme Lintas Negara pada pertemuan ke-20 di Bali pada 2016.
"Kedua mempererat kerja sama dan berbagi informasi dalam rangka mencegah perdagangan orang dengan modus pencari suaka atau pencari kerja oleh sindikat perdagangan orang dengan tujuan ke Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Hal ini dikarenakan ASEAN seringkali dijadikan negara transit sebelum mereka menuju negara tujuan," kata Ronny di Myanmar, Selasa, 20 Agustus 2019.
Ketiga, lanjut Ronny, sejak 2018 Ditjen Imigrasi sudah menyelamatkan 14.576 Warga Negara Indonesia (WNI) yang diduga akan menjadi korban perdagangan orang. Ronny menegaskan, hal tersebut kini menjadi perhatian serius Ditjen Imigrasi.
Keempat, Indonesia berkomitmen untuk memperkuat kerja sama perbatasan. Komitmen ini akan diwujudkan melalui pembangunan tujuh Pos Lintas Batas yang berbatasan dengan Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Terakhir, dalam pelayanan keimigrasian, Indonesia telah mengoperasikan perlintasan otomatis (Auotagate) khusus untuk warga negara anggota ASEAN. Pelayanan ini telah diterapkan di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali.
"Privilege atau hak istimewa bagi warga ASEAN diberikan dalam rangka menjalin persaudaraan di antara negara-negara ASEAN," ujar Ronny.
Nay Pyi Taw: Indonesia menyampaikan lima poin komitmen dalam pertemuan tahunan Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi dan Kekonsuleran se-ASEAN ke-23. Acara tersebut berlangsung sejak 19 hingga 21 Agustus 2019 di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Kelima poin itu disampaikan Dirjen Imigrasi Ronny F Sompie. Pertama, Indonesia menegaskan untuk memperkuat komitmen pencegahan terorisme sebagaimana yang telah dideklarasikan dalam Deklarasi Pencegahan Terorisme Lintas Negara pada pertemuan ke-20 di Bali pada 2016.
"Kedua mempererat kerja sama dan berbagi informasi dalam rangka mencegah perdagangan orang dengan modus pencari suaka atau pencari kerja oleh sindikat perdagangan orang dengan tujuan ke Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Hal ini dikarenakan ASEAN seringkali dijadikan negara transit sebelum mereka menuju negara tujuan," kata Ronny di Myanmar, Selasa, 20 Agustus 2019.
Ketiga, lanjut Ronny, sejak 2018 Ditjen Imigrasi sudah menyelamatkan 14.576 Warga Negara Indonesia (WNI) yang diduga akan menjadi korban perdagangan orang. Ronny menegaskan, hal tersebut kini menjadi perhatian serius Ditjen Imigrasi.
Keempat, Indonesia berkomitmen untuk memperkuat kerja sama perbatasan. Komitmen ini akan diwujudkan melalui pembangunan tujuh Pos Lintas Batas yang berbatasan dengan Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Terakhir, dalam pelayanan keimigrasian, Indonesia telah mengoperasikan perlintasan otomatis (Auotagate) khusus untuk warga negara anggota ASEAN. Pelayanan ini telah diterapkan di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali.
"Privilege atau hak istimewa bagi warga ASEAN diberikan dalam rangka menjalin persaudaraan di antara negara-negara ASEAN," ujar Ronny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)