Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memantau permukaan laut di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut), dan sekitarnya. Hal itu dilakukan menyikapi potensi terjadinya tsunami akibat erupsi Gunung Ruang yang terjadi pada 17 April 2024.
"Kami 24 jam penuh bersama dengan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) seolah tak berkedip mata untuk memonitor muka laut antisipasi potensi tsunami di sekitar Gunung Ruang," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono saat dikutip dari Antara, Kamis, 18 April 2024.
Daryono menyampaikan pemantauan dilakukan melalui lima teknologi pengukur pasang surut muka laut atau tide gauge (TG) dan automatik weather system maritim. Peralatan tersebut tersebar di wilayah Kepulauan Sangihe, Bitung, dan Pulau Siau.
BMKG memastikan masing-masing teknologi tersebut dioperasionalkan maksimal. Pemantuan dilakukan bersama petugas Badan Informasi Geospasial (BIG) dan PVMBG.
Daryono menjelaskan, erupsi seperti yang terjadi di Gunung Ruang berpotensi menyebabkan tsunami dan dampak yang ditimbulkan juga terbilang besar berdasarkan keilmuan geologi. Potensi tsunami terjadi karena fenomena flank collapse atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan gunung.
Dia menyampaikan fenomena itu belum terjadi pada erupsi Gunung Ruang saat ini. Namun, potensi tsunami tetap harus diwaspadai karena catatan sejarah erupsi Gunung Ruang pada 1871.
Pada 1871, erupsi Gunung Ruang mengakibatkan tsunami setinggi 25 meter. Bencana tersebut menewaskan sekitar 400 orang.
"Waspada tetap, tapi terlepas dari situ hasil monitoring BMKG sejauh ini menunjukkan semua kondisi laut normal tanpa ada anomali seperti yang dikhawatirkan," ujar dia.
Sebelumnya, PVMBG menyebut Gunung Ruang mengalami erupsi lima kali dalam 24 jam terakhir. Ketinggian erupsi mencapai 1.800 hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang.
Erupsi eksplosif itu menimbulkan suara gemuruh, gempa, dan kilatan petir vulkanik.
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) terus memantau permukaan laut di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut), dan sekitarnya. Hal itu dilakukan menyikapi potensi terjadinya
tsunami akibat erupsi Gunung Ruang yang terjadi pada 17 April 2024.
"Kami 24 jam penuh bersama dengan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) seolah tak berkedip mata untuk memonitor muka laut antisipasi potensi tsunami di sekitar Gunung Ruang," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono saat dikutip dari
Antara, Kamis, 18 April 2024.
Daryono menyampaikan pemantauan dilakukan melalui lima teknologi pengukur pasang surut muka laut atau
tide gauge (TG) dan
automatik weather system maritim. Peralatan tersebut tersebar di wilayah Kepulauan Sangihe, Bitung, dan Pulau Siau.
BMKG memastikan masing-masing teknologi tersebut dioperasionalkan maksimal. Pemantuan dilakukan bersama petugas Badan Informasi Geospasial (BIG) dan PVMBG.
Daryono menjelaskan,
erupsi seperti yang terjadi di Gunung Ruang berpotensi menyebabkan tsunami dan dampak yang ditimbulkan juga terbilang besar berdasarkan keilmuan geologi. Potensi tsunami terjadi karena fenomena
flank collapse atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan gunung.
Dia menyampaikan fenomena itu belum terjadi pada erupsi Gunung Ruang saat ini. Namun, potensi tsunami tetap harus diwaspadai karena catatan sejarah erupsi Gunung Ruang pada 1871.
Pada 1871, erupsi Gunung Ruang mengakibatkan tsunami setinggi 25 meter. Bencana tersebut menewaskan sekitar 400 orang.
"Waspada tetap, tapi terlepas dari situ hasil monitoring BMKG sejauh ini menunjukkan semua kondisi laut normal tanpa ada anomali seperti yang dikhawatirkan," ujar dia.
Sebelumnya, PVMBG menyebut Gunung Ruang mengalami erupsi lima kali dalam 24 jam terakhir. Ketinggian erupsi mencapai 1.800 hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang.
Erupsi eksplosif itu menimbulkan suara gemuruh, gempa, dan kilatan petir vulkanik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)