Pecinan di daerah Glodok - Medcom.id/Nur Azizah.
Pecinan di daerah Glodok - Medcom.id/Nur Azizah.

Menyusuri Jejak Pecinan di Ibu Kota

Nur Azizah • 16 Februari 2018 15:26
Jakarta: Kawasan Glodok, Jakarta Barat memiliki cerita panjang. Mulai dari tempat pembantaian etnis Tionghoa pada 1745 hingga menjadi pusat perniagaan.
 
Glodok pun menjadi salah satu jejak Pecinan di Ibu Kota yang masih eksis hingga hari ini. Nama Glodok sendiri sebenarnya bukan diambil dari istilah Tionghoa.
 
"Glodok itu sebenarnya bunyi air, grojok.. grojok..grojokkk.. diucapkannya jadi terdengar Glodok," kata Pemandu Wisata Komunitas Historis Jakarta, Asep Kambali saat berbincang dengan Medcom.id di Museum Bank Mandiri, Jakarta Barat, Jumat, 16 Februari 2018.

Versi lain mengatakan, Glodok diambil dari nama seorang warga bernama I Gede Glodok. Namun, versi itu tak dipakai.
 
"I Gede Glodok itu hidup setelah nama Glodok ada. Jadi versi itu tidak berlaku," imbuh dia.
 

 
Jejak Pecinan juga dapat dilihat di Gereja Santa Maria de Fatima. Gereja yang berada di Jalan Kemenangan III ini kental dengan arsitektur Tiongkok.
 
Dulunya, gereja tersebut berfungsi sebagai sekolah dan asrama bagi orang-orang Hoakiau (Cina Perantau) yang berada di sekitar Glodok. Di atas tanah itu berdiri tiga bangunan.
 
Satu bangunan utama dan dua bangunan yang berada di samping kanan dan kiri. Bangunan utama diapit oleh 2 buah patung singa yang melambangkan kemegahan.
 
Menyusuri Jejak Pecinan di Ibu Kota
Vihara Dharma Bhakti - Medcom.id/Nur Azizah
 

Belum puas berwisata sejarah di Glodok, Anda bisa mengunjungi klenteng Jin De Yuan. Klenteng ini lebih dikenal dengan sebutan Vihara Dharma Bhakti. Lantaran letaknya di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat, orang-orang lebih sering memanggilnya klenteng Petak Sembilan.
 
"Ini salah satu klenteng tertua di Jakarta. Dibangun sekitar tahun 1650-an," kata pengurus Klenteng Petak Sembilan, Away.
 
Klenteng ini menjadi salah satu klenteng paling ramai dikunjungi saat Tahun Baru Imlek. Bukan saja warga Tionghoa, tapi wisatawan lokal sampai mancanegara pun hadir.
 
Tak jauh dari Klenteng, terdapat sebuah pasar. Beragam makanan khas Tionghoa dijual di sana, mulai dari kue keranjang hingga Haisom atau teripang.
 
Pengunjung juga bisa membeli aneka souvernir seperti Cheongsam (pakaian), gantungan kunci, lampion, dan pajangan Shio Anjing.
 
"Warga Tionghoa tidak pernah lepas dari perniagaan. Makanya, mereka selalu dekat dengan pasar. Seperti di Jatinegara dan Tanah Abang," terang Asep.
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan