Jakarta: Kabar penemuan mayat satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, menghebohkan publik Tanah Air. Kini muncul dugaan kalau satu keluarga tersebut merupakan penganut kepercayaan apokaliptik yang diklaim sebagai sekte sesat.
Merangkum dari berbagai sumber, sekte Apokaliptik menjadi kematian sebagai tujuan mereka di dunia. Alasannya, setelah mereka mati dengan cara bunuh diri, maka mereka akan mendapatkan kehidupan baru yang lebih baik dibandingkan dunia saat ini yang sudah dianggap begitu jahat.
Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, memiliki teori keluarga yang tewas tersebut memiliki keyakinan apokaliptik. Satu keluarga ini diduga sengaja melaparkan diri hingga tewas.
Baca juga: Sekeluarga Tewas di Kalideres Disebut Terlibat Sekte Apokaliptik, Polisi Respons Begini
“Keempatnya adalah penganut keyakinan menyimpang tentang hidup setelah mati. Tindakan melaparkan diri adalah bagian untuk mencapai kesempurnaan hidup,” ujar Adrianus.
Kasus bunuh diri penganut apokaliptik
Sejumlah kasus bunuh diri massal penganut apokaloptik ditemukan di sejumlah negara. Isu seputar paham apokaliptik ini pun sempat ramai dibicarakan beberapa dekade belakangan.
Terutama saat sekompok sekte apokaliptik bernama Heaven’s Gate melakukan bunuh diri massal pada 1997. Sebanyak 39 anggota sekte tewas.
Amerika Serikat juga sempat dibuat geger saat kabar satu keluarga penganut paham tewas bunuh diri bersama di rumahnya pada 2014. Kasus ini juga mendapat sorotan media ternama AS, Washington Post.
Cara bunuh diri satu keluarga di Kalideres paling ekstrem
Adrianus Meliala menilai, jika benar mereka penganut apokaliptik, cara mereka mengakhiri hidupnya dengan sengaja tidak makan adalah tergolong ekstrem dibandingkan kasus bunuh diri Apokaliptik yang pernah ada.
Pasalnya, mereka tidak melakukan bunuh diri secara instan melainkan menyiksa diri perlahan dengan tidak makan dan minum dalam waktu yang lama. "Mungkin ini konsepnya membuat diri menderita demi suatu kenikmatan di kemudian hari," terangnya.
Beberapa bukti yang mengarah pada niat bunuh diri bersama antara lain rumah tempat satu keluarga tersebut ditemukan tewas itu sudah menunggak listrik. Diduga mereka memang sengaja menunggak listrik sebagai persiapan tahapan bunuh diri.
Kemudian, dari hasil pemeriksaan pihak berwajib, pada keempat orang korban tidak ditemukan adanya asupan makanan di lambung, serta otot-otot yang mengecil menyimpulkan kalau para korban tidak mengkonsumsi makanan.
Selain itu, di rumah tersebut juga tidak ditemukan sedikit pun bahan makanan hingga air minum.
Jakarta: Kabar
penemuan mayat satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, menghebohkan publik Tanah Air. Kini muncul dugaan kalau satu keluarga tersebut merupakan penganut kepercayaan apokaliptik yang diklaim sebagai
sekte sesat.
Merangkum dari berbagai sumber, sekte Apokaliptik menjadi kematian sebagai tujuan mereka di dunia. Alasannya, setelah mereka mati dengan cara bunuh diri, maka mereka akan mendapatkan kehidupan baru yang lebih baik dibandingkan dunia saat ini yang sudah dianggap begitu jahat.
Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, memiliki teori keluarga yang tewas tersebut memiliki keyakinan apokaliptik. Satu keluarga ini diduga sengaja melaparkan diri hingga tewas.
Baca juga: Sekeluarga Tewas di Kalideres Disebut Terlibat Sekte Apokaliptik, Polisi Respons Begini
“Keempatnya adalah penganut keyakinan menyimpang tentang hidup setelah mati. Tindakan melaparkan diri adalah bagian untuk mencapai kesempurnaan hidup,” ujar Adrianus.
Kasus bunuh diri penganut apokaliptik
Sejumlah kasus bunuh diri massal penganut apokaloptik ditemukan di sejumlah negara. Isu seputar paham apokaliptik ini pun sempat ramai dibicarakan beberapa dekade belakangan.
Terutama saat sekompok sekte apokaliptik bernama Heaven’s Gate melakukan bunuh diri massal pada 1997. Sebanyak 39 anggota sekte tewas.
Amerika Serikat juga sempat dibuat geger saat kabar satu keluarga penganut paham tewas bunuh diri bersama di rumahnya pada 2014. Kasus ini juga mendapat sorotan media ternama AS, Washington Post.
Cara bunuh diri satu keluarga di Kalideres paling ekstrem
Adrianus Meliala menilai, jika benar mereka penganut apokaliptik, cara mereka mengakhiri hidupnya dengan sengaja tidak makan adalah tergolong ekstrem dibandingkan kasus bunuh diri Apokaliptik yang pernah ada.
Pasalnya, mereka tidak melakukan bunuh diri secara instan melainkan menyiksa diri perlahan dengan tidak makan dan minum dalam waktu yang lama. "Mungkin ini konsepnya membuat diri menderita demi suatu kenikmatan di kemudian hari," terangnya.
Beberapa bukti yang mengarah pada niat bunuh diri bersama antara lain rumah tempat satu keluarga tersebut ditemukan tewas itu sudah menunggak listrik. Diduga mereka memang sengaja menunggak listrik sebagai persiapan tahapan bunuh diri.
Kemudian, dari hasil pemeriksaan pihak berwajib, pada keempat orang korban tidak ditemukan adanya asupan makanan di lambung, serta otot-otot yang mengecil menyimpulkan kalau para korban tidak mengkonsumsi makanan.
Selain itu, di rumah tersebut juga tidak ditemukan sedikit pun bahan makanan hingga air minum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)