Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Singapura, kasus positif berasal dari pasien dengan riwayat perjalanan ke India.
Subvarian baru dengan nama Centaurus ini sangat berpotensi masuk Indonesia mengingat Singapura dan Indonesia sangat berdekatan.
Berikut ini fakta-fakta terkait subvarian BA.2.75 turunan Omicron:
1. Berasal dari India dan ditemukan di 10 negara
Subvarian BA.2.75 sendiri diketahui pertama kali ditemukan di India dan sejauh ini baru tersebar di 10 negara. Sampai saat ini, kasus BA.2.75 belum ditemukan di Indonesia.
2. Status BA.2.75 masih diawasi WHO
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa BA.2.75 saat ini masuk kategori Variant of Concern (VOC) Lineage Under Monitoring (LUM), yang artinya varian ini sedang diawasi secara ketat oleh WHO.
3. BA.2.75 diklaim sebagai subvarian paling tidak mematikan
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof, Dr. Zubairi Djoerban memaparkan kalau subvarian BA.2.75 tidak mematikan dan paling tidak menular.
"Belum ada data yang menyatakan subvarian ini menyebabkan infeksi yang lebih serius ketimbang Omicron awal,” cuitnya di akun Twitter @ProfesorZubairi.
“Bahkan beberapa ahli menyebut BA.2.75 itu subvarian yang paling tidak mematikan," beber Prof. Zubairi.
4. Subvarian BA.2.75 dinamakan Centaurus
Subvarian BA.2.75 juga dikenal dengan sebutan Centaurus. Diketahui nama tersebut bukan nama resmi dari WHO.
"Ini bukan nama resmi dari WHO. Belum diketahui siapa yang memberi julukan itu. Yang jelas, Centaurus adalah makhkuk mitologi Yunani berwujud setengah manusia, setengah kuda," ungkap Zubairi.
Salah satu subvarian yang sedang diawasi WHO adalah BA.2.75, dijuluki Centaurus. Subvarian ini dianggap amat menular dan tersebar di 10 negara--namun belum ada bukti kuat akan membawa kita ke hari-hari tergelap dari pandemi—seperti sebelumnya.
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) July 14, 2022
Berikut poin-poin tentang BA.2.75:
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News