medcom.id, Jakarta: Malaysia dan Singapura mengeluhkan asap kebakaran lahan dan hutan Indonesia kembali menyelimuti wilayah mereka. Pemerintah sadar, kebakaran lahan dan hutan juga merugikan Indonesia.
"Ya kalau mereka mengeluh, kita jauh lebih mengeluh lagi karena korban primernya Indonesia," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (31/8/2016).
JK mengatakan, Pemerintah tak bisa mengendalikan arah angin. Pria asal Makassar itu mengajak dua negara tetangga bekerja sama memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
Karena, jika kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berhasil dipadamkan, dua negara tetangga juga mendapatkan keuntungan.
"Kalau cuaca baik kan masing-masing juga menikmati udara bagus, kalau udara jelek yang masing-masing juga kena," Kata JK.
Petugas tengah berjibaku memadamkam api yang membakar lahan dan hutan. Foto: Antara/Regina Safri
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar sadar Indonesia memasuki musim krusial kebakaran hutan dan lahan. Siti mengungkapkan, titik api secara nasional berkurang hingga 70 persen dibanding tahun lalu.
"Namun kewaspadaan terus ditingkatkan seiring dengan mulai masuknya musim kering," kata Siti lewat keterangan tertulis.
Periode Januari-Agustus 2016, hasil pantauan satelit NOAA18/19 memperlihatkan sekitar titik api 2.356 secara nasional. Angka ini turun sekitar 74,64 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 8.247 titik.
Penurunan jumlah titik api terjadi di Riau dan Kalimantan Tengah. Tahun ini, ada sekitar 317 titik api yang ditemukan di Riau, lebih sedikit dibanding tahun lalu yang mencapai 1.292 titik. Sementara di Kalimantan Tengah terdapat 56 titik api, padahal sebelumnya ditemukan 1.137 titik.
Siti menjelaskan, penurunan titik api ini berkat kerja tanpa henti petugas di lapangan. Titik api yang tak bisa dijangkau lewat darat dipadamkan melalui jalur udara agar penyebaran titik api tidak meluas.
Petugas menyiramkan air ke titik api yang membakar lahan gambut. Foto: Antara/Nova Wahyudi
Beberapa provinsi pun telah memberlakukan status siaga darurat penanggulangan bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, kata Siti, patroli terpadu dilakukan untuk memantau kemunculan titik api.
"Jangan sampai rakyat kembali merasakan derita asap seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita ingin menekan semaksimal mungkin jumlah titik api penyebab meluasnya dampak asap," ujar Siti.
Kabut asap tipis kembali menyelimuti Singapura Jumat 26 Agustus. Warga Singapura kaget karena kabut asap ini disertai aroma terbakar. Mereka pun memotret kabut asap tipis yang menyelimuti kota dan mengunggahnya ke sosial media.
Sementara itu, salah satu pejabat Malaysia mengatakan siap membantu Pemerintah Indonesia dalam memadamkan kebakaran hutan. Malaysia pernah menurunkan pesawat Cl415 Bombardier pada puncak krisis kabut asap Oktober tahun lalu.
"Kami siap membantu Indonesia. Tapi belum ada permintaan resmi, namun kami siap membantu tetangga kita," kata seorang pejabat di Pemerintah Malaysia, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat 26 Agustus.
medcom.id, Jakarta: Malaysia dan Singapura mengeluhkan asap kebakaran lahan dan hutan Indonesia kembali menyelimuti wilayah mereka. Pemerintah sadar, kebakaran lahan dan hutan juga merugikan Indonesia.
"Ya kalau mereka mengeluh, kita jauh lebih mengeluh lagi karena korban primernya Indonesia," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (31/8/2016).
JK mengatakan, Pemerintah tak bisa mengendalikan arah angin. Pria asal Makassar itu mengajak dua negara tetangga bekerja sama memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
Karena, jika kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berhasil dipadamkan, dua negara tetangga juga mendapatkan keuntungan.
"Kalau cuaca baik kan masing-masing juga menikmati udara bagus, kalau udara jelek yang masing-masing juga kena," Kata JK.
Petugas tengah berjibaku memadamkam api yang membakar lahan dan hutan. Foto: Antara/Regina Safri
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar sadar Indonesia memasuki musim krusial kebakaran hutan dan lahan. Siti mengungkapkan, titik api secara nasional berkurang hingga 70 persen dibanding tahun lalu.
"Namun kewaspadaan terus ditingkatkan seiring dengan mulai masuknya musim kering," kata Siti lewat keterangan tertulis.
Periode Januari-Agustus 2016, hasil pantauan satelit NOAA18/19 memperlihatkan sekitar titik api 2.356 secara nasional. Angka ini turun sekitar 74,64 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 8.247 titik.
Penurunan jumlah titik api terjadi di Riau dan Kalimantan Tengah. Tahun ini, ada sekitar 317 titik api yang ditemukan di Riau, lebih sedikit dibanding tahun lalu yang mencapai 1.292 titik. Sementara di Kalimantan Tengah terdapat 56 titik api, padahal sebelumnya ditemukan 1.137 titik.
Siti menjelaskan, penurunan titik api ini berkat kerja tanpa henti petugas di lapangan. Titik api yang tak bisa dijangkau lewat darat dipadamkan melalui jalur udara agar penyebaran titik api tidak meluas.
Petugas menyiramkan air ke titik api yang membakar lahan gambut. Foto: Antara/Nova Wahyudi
Beberapa provinsi pun telah memberlakukan status siaga darurat penanggulangan bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, kata Siti, patroli terpadu dilakukan untuk memantau kemunculan titik api.
"Jangan sampai rakyat kembali merasakan derita asap seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita ingin menekan semaksimal mungkin jumlah titik api penyebab meluasnya dampak asap," ujar Siti.
Kabut asap tipis kembali menyelimuti Singapura Jumat 26 Agustus. Warga Singapura kaget karena kabut asap ini disertai aroma terbakar. Mereka pun memotret kabut asap tipis yang menyelimuti kota dan mengunggahnya ke sosial media.
Sementara itu, salah satu pejabat Malaysia mengatakan siap membantu Pemerintah Indonesia dalam memadamkan kebakaran hutan. Malaysia pernah menurunkan pesawat Cl415 Bombardier pada puncak krisis kabut asap Oktober tahun lalu.
"Kami siap membantu Indonesia. Tapi belum ada permintaan resmi, namun kami siap membantu tetangga kita," kata seorang pejabat di Pemerintah Malaysia, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat 26 Agustus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)