medcom.id, Pangkalan Bun: Sejak kedatangannya, pesawat terbang amfibi yang dibawa tim SAR Rusia dalam operasi pencarian AirAsia QZ8501 menarik perhatian. Maklum pesawat yang dapat mendarat dan lepas landas dari permukaan air sangat jarang di Indonesia, terlebih yang sebesar Beriev Be-200 Altair ini.
Sejak pertama diperkenalkan kepada masyarakat pada awal 1990-an, produk Beriev Aircraft Company ini dirancang tidak sekedar mengangkut barang dan penumpang ke daerah yang belum memiliki bandar udara. Kemampuan uniknya mendarat di atas air membuat Be-200 dapat difungsikan sebagai pesawat pemadam kebakaran hutan, patroli maritim dan SAR seperti misinya saat ini di Selat Karimata.
Bila digunakan untuk memadamkan kebarakan hutan, Be-200 dapat 'menyendok' air sebanyak 12 ribu liter saat mendarat di atas permukaan danau. Air sebanyak itu dapat diangkutnya dengan menurunkan 72 kursi penumpang dan menggantinya dengan tanki air raksasa. Ini yang dilakukan saat disewa RI untuk operasi pemadaman kebakaran hutan pada 2006 silam.
Karena kini digunakan untuk operasi SAR, maka interiornya diisi dengan perangkat radar cuaca, detektor pencari panas, teropong tembus permukaan air dan sonar. Setelah seharian wira-wiri di atas Selat Malaka hingga malam hari, mereka pun berhasil menemukan tanda-tanda keberadaan AirAsia QZ8501 berupa serpihan benda-benda berwarna merah, putih dan orange.
"Kemarin malam mereka dua kali datang melaporkan temuan yang dicurigai," kata Komandan Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Letkol Penerbang Jhonson Simatupang di posko gabungan Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Selasa (6/1/2015).
Mereka terbang malam, karena kalau siang ombak tinggi enggak bisa lihat," kata Jhonson.
Beda pesawat warna putih yang yang dibangun di Irkutsk, Rusia, ini pesawat lain yang terlibat dalam operasi pencarian AirAsia QZ8501 adalah kemampuan mendarat di atas permukaan laut bila itu dianggap perlu. Kemampuan unik itu berkat bentuk bagian bawah dan haluan Be-200 yang dibuat mirip lunas kapal, meruncing ke bawah dan lancip di bagian depan layaknya kapal. Stabilizer kecil di ujung dua sayapnya memberi stabilitas saat melaju di atas air layaknya cadik yang di perahu-perahu nelayan.
Seperangkat hidrolik di bagian belakang berfungsing sebagai landing gear. Sedangkan di setiap rumah roda pendaratnya, terdapat kemudi air untuk kepeluan manuver. Dua mesin turbofan nangkring di atas sayap agar air tidak tersedot.
Pemerintah RI pernah berniat membeli pesawat seharga Rp 500 milyar per unit tersebut. Sebab dengan kemampuannya sangat dibutuhkan bukan hanya untuk memadamkan kebakaran hutan yang hampir tiap tahun terjadi, namun juga menghubungkan daerah-daerah terpencil di wilayah pantai dan danau. Kapan realisasinya ya?
medcom.id, Pangkalan Bun: Sejak kedatangannya, pesawat terbang amfibi yang dibawa tim SAR Rusia dalam operasi pencarian AirAsia QZ8501 menarik perhatian. Maklum pesawat yang dapat mendarat dan lepas landas dari permukaan air sangat jarang di Indonesia, terlebih yang sebesar Beriev Be-200 Altair ini.
Sejak pertama diperkenalkan kepada masyarakat pada awal 1990-an, produk Beriev Aircraft Company ini dirancang tidak sekedar mengangkut barang dan penumpang ke daerah yang belum memiliki bandar udara. Kemampuan uniknya mendarat di atas air membuat Be-200 dapat difungsikan sebagai pesawat pemadam kebakaran hutan, patroli maritim dan SAR seperti misinya saat ini di Selat Karimata.
Bila digunakan untuk memadamkan kebarakan hutan, Be-200 dapat 'menyendok' air sebanyak 12 ribu liter saat mendarat di atas permukaan danau. Air sebanyak itu dapat diangkutnya dengan menurunkan 72 kursi penumpang dan menggantinya dengan tanki air raksasa. Ini yang dilakukan saat disewa RI untuk operasi pemadaman kebakaran hutan pada 2006 silam.
Karena kini digunakan untuk operasi SAR, maka interiornya diisi dengan perangkat radar cuaca, detektor pencari panas, teropong tembus permukaan air dan sonar. Setelah seharian wira-wiri di atas Selat Malaka hingga malam hari, mereka pun berhasil menemukan tanda-tanda keberadaan AirAsia QZ8501 berupa serpihan benda-benda berwarna merah, putih dan orange.
"Kemarin malam mereka dua kali datang melaporkan temuan yang dicurigai," kata Komandan Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Letkol Penerbang Jhonson Simatupang di posko gabungan Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Selasa (6/1/2015).
Mereka terbang malam, karena kalau siang ombak tinggi enggak bisa lihat," kata Jhonson.
Beda pesawat warna putih yang yang dibangun di Irkutsk, Rusia, ini pesawat lain yang terlibat dalam operasi pencarian AirAsia QZ8501 adalah kemampuan mendarat di atas permukaan laut bila itu dianggap perlu. Kemampuan unik itu berkat bentuk bagian bawah dan haluan Be-200 yang dibuat mirip lunas kapal, meruncing ke bawah dan lancip di bagian depan layaknya kapal. Stabilizer kecil di ujung dua sayapnya memberi stabilitas saat melaju di atas air layaknya cadik yang di perahu-perahu nelayan.
Seperangkat hidrolik di bagian belakang berfungsing sebagai landing gear. Sedangkan di setiap rumah roda pendaratnya, terdapat kemudi air untuk kepeluan manuver. Dua mesin turbofan nangkring di atas sayap agar air tidak tersedot.
Pemerintah RI pernah berniat membeli pesawat seharga Rp 500 milyar per unit tersebut. Sebab dengan kemampuannya sangat dibutuhkan bukan hanya untuk memadamkan kebakaran hutan yang hampir tiap tahun terjadi, namun juga menghubungkan daerah-daerah terpencil di wilayah pantai dan danau. Kapan realisasinya ya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)