medcom.id, Jakarta: Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia sedang diuji dengan adanya sejumlah kelompok intoleran. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pancasila adalah ideologi bangsa yang tidak bisa digantikan.
"Negara Pancasila adalah final. Kalau negara Pancasila itu diubah, diganti, negara ini akan pecah," kata Tito dalam sebuah diskusi di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Sabtu 8 April 2017.
Tito menjelaskan, Pancasila sebagai ideologi bangsa merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang berlatar belakang kemajemukan dan masyarakat yang heterogen.
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme itu mengatakan, Kebhinekaan yang sudah dibangun bertahun-tahun bisa runtuh jika ideologi bangsa ini diubah menjadi negara agama.
"Indonesia tetap berdasar pada demokrasi Pancasila," tegas Tito.
Tito pun mengakui sejak era reformasi 1998, Indonesia tak bisa menghindari adanya demokrasi liberal memasuki kehidupan berbangsa di Indonesia. Ada sisi negatif dan positif dengan masuknya ideologi tersebut.
Sisi positifnya, ada mekanisme checks dan balances keseimbangan kekuasaan di pemerintahan. Imbasnya masyarakat lebih partisipatif sehingga pemerintah tidak bersikap otoriter.
Namun, di sisi lain, efek demokrasi liberal yang menjunjung tinggi kebebasan itu juga berisiko munculnya gerakan-gerakan primordialisme yang membatasi kebebasan kelompok lain. Gejala-gejala tersebut perlahan mulai muncul.
"Untuk itu, nilai-nilai Pancasila harus tetap diajarkan pada sekolah-sekolah di Tanah Air dan ditanamkan pada anak bangsa sejak dini," pungkas Tito.
medcom.id, Jakarta: Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia sedang diuji dengan adanya sejumlah kelompok intoleran. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pancasila adalah ideologi bangsa yang tidak bisa digantikan.
"Negara Pancasila adalah final. Kalau negara Pancasila itu diubah, diganti, negara ini akan pecah," kata Tito dalam sebuah diskusi di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Sabtu 8 April 2017.
Tito menjelaskan, Pancasila sebagai ideologi bangsa merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang berlatar belakang kemajemukan dan masyarakat yang heterogen.
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme itu mengatakan, Kebhinekaan yang sudah dibangun bertahun-tahun bisa runtuh jika ideologi bangsa ini diubah menjadi negara agama.
"Indonesia tetap berdasar pada demokrasi Pancasila," tegas Tito.
Tito pun mengakui sejak era reformasi 1998, Indonesia tak bisa menghindari adanya demokrasi liberal memasuki kehidupan berbangsa di Indonesia. Ada sisi negatif dan positif dengan masuknya ideologi tersebut.
Sisi positifnya, ada mekanisme checks dan balances keseimbangan kekuasaan di pemerintahan. Imbasnya masyarakat lebih partisipatif sehingga pemerintah tidak bersikap otoriter.
Namun, di sisi lain, efek demokrasi liberal yang menjunjung tinggi kebebasan itu juga berisiko munculnya gerakan-gerakan primordialisme yang membatasi kebebasan kelompok lain. Gejala-gejala tersebut perlahan mulai muncul.
"Untuk itu, nilai-nilai Pancasila harus tetap diajarkan pada sekolah-sekolah di Tanah Air dan ditanamkan pada anak bangsa sejak dini," pungkas Tito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DEN)