medcom.id, Jakarta: Bencana besar Aceh yang terjadi 10 tahun lalu sangat membekas di hati Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Ia menceritakan, setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya di Aceh melalui Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil pada saat itu, ia langsung rapat konsultasi dengan sembilan menteri yang ada di Jakarta.
"Malam itu juga, saya konsultasi kepada seluruh menteri yang ada. Pada saat itu hanya ada sembilan menteri yang ada di Jakarta karena para menteri pada saat itu ada yang ikut Presiden, ada yang ke daerah, dan ada beberapa yang ke luar negeri. Sehingga yang di Jakarta hanya ada sembilan menteri termasuk Panglima TNI, Menteri Bappenas Sri Mulyani, dan sebagainya," tutur JK dalam Primetime News Metro TV, Jumat (26/12/2014).
Setelah rapat konsultasi dengan sembilan menteri yang tersisa di Jakarta, JK langsung mengambil tindakan cepat, yakni dengan mengirim makanan dan obat-obatan pada keesokan harinya melalui Medan. Mempunyai tanggung jawab besar dalam penanganan bencana Aceh, JK pun ikut turun dan berangkat ke Aceh.
"Saya subuh-subuh pergi berangkat ke Aceh melihatnya sendiri. Dan disitu, saya juga melihat bahwa bencana ini tidak terkirakan besarnya. Kita di lapangan hanya dua yang bisa kita lihat pada saat itu, yakni puing-puing dan mayat," tutur JK.
Ia melanjutkan, pada saat melihat kondisi dan keadaan secara nyata di Aceh, beberapa menteri yang ikut JK tak kuasa menahan kesedihan, sehingga becucurlah air mata menteri-menteri tersebut, termasuk Menteri Bappenas Sri Mulyani. Namun, ia melarang para menteri menangis. Karena menurut JK, dengan menangis, ia tak akan bisa berpikir jernih mengambil tindakan untuk menangani bencana Aceh.
"Saya bilang, saya pimpinan tertinggi disini. Kalau saya menangis, saya tidak bisa berpikir jernih dan saya tidak bisa mengambil tindakan segera untuk membantu. Kita harus tegar, kalian berhenti menangis, dan mari kita mulai bekerja melakukan tindakan apa pun yang mungkin untuk mengatasi keadaan darurat pada saat itu," tegas JK.
Setelah dengan tegas ia memberi semangat kepada para menteri yang mendampinginya, segera ia memerintahkan kepada para menteri untuk melakukan tiga hal dalam keadaan darurat bencana di Aceh di hari pertama. Pertama, menolong orang-orang yang masih hidup dan juga menemukan orang yang sudah meninggal. Kedua, berikan makanan dan tempat tinggal sementara bagi para korban yang selamat.
"Dan terakhir, mulai bekerja untuk kesehatan para korban. Dan itulah langkah pertama yang kita harus ambil pada hari pertama," pungkas JK.
medcom.id, Jakarta: Bencana besar Aceh yang terjadi 10 tahun lalu sangat membekas di hati Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Ia menceritakan, setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya di Aceh melalui Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil pada saat itu, ia langsung rapat konsultasi dengan sembilan menteri yang ada di Jakarta.
"Malam itu juga, saya konsultasi kepada seluruh menteri yang ada. Pada saat itu hanya ada sembilan menteri yang ada di Jakarta karena para menteri pada saat itu ada yang ikut Presiden, ada yang ke daerah, dan ada beberapa yang ke luar negeri. Sehingga yang di Jakarta hanya ada sembilan menteri termasuk Panglima TNI, Menteri Bappenas Sri Mulyani, dan sebagainya," tutur JK dalam Primetime News Metro TV, Jumat (26/12/2014).
Setelah rapat konsultasi dengan sembilan menteri yang tersisa di Jakarta, JK langsung mengambil tindakan cepat, yakni dengan mengirim makanan dan obat-obatan pada keesokan harinya melalui Medan. Mempunyai tanggung jawab besar dalam penanganan bencana Aceh, JK pun ikut turun dan berangkat ke Aceh.
"Saya subuh-subuh pergi berangkat ke Aceh melihatnya sendiri. Dan disitu, saya juga melihat bahwa bencana ini tidak terkirakan besarnya. Kita di lapangan hanya dua yang bisa kita lihat pada saat itu, yakni puing-puing dan mayat," tutur JK.
Ia melanjutkan, pada saat melihat kondisi dan keadaan secara nyata di Aceh, beberapa menteri yang ikut JK tak kuasa menahan kesedihan, sehingga becucurlah air mata menteri-menteri tersebut, termasuk Menteri Bappenas Sri Mulyani. Namun, ia melarang para menteri menangis. Karena menurut JK, dengan menangis, ia tak akan bisa berpikir jernih mengambil tindakan untuk menangani bencana Aceh.
"Saya bilang, saya pimpinan tertinggi disini. Kalau saya menangis, saya tidak bisa berpikir jernih dan saya tidak bisa mengambil tindakan segera untuk membantu. Kita harus tegar, kalian berhenti menangis, dan mari kita mulai bekerja melakukan tindakan apa pun yang mungkin untuk mengatasi keadaan darurat pada saat itu," tegas JK.
Setelah dengan tegas ia memberi semangat kepada para menteri yang mendampinginya, segera ia memerintahkan kepada para menteri untuk melakukan tiga hal dalam keadaan darurat bencana di Aceh di hari pertama. Pertama, menolong orang-orang yang masih hidup dan juga menemukan orang yang sudah meninggal. Kedua, berikan makanan dan tempat tinggal sementara bagi para korban yang selamat.
"Dan terakhir, mulai bekerja untuk kesehatan para korban. Dan itulah langkah pertama yang kita harus ambil pada hari pertama," pungkas JK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)