medcom.id, Jakarta: Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala menilai, ledakan dan penembakan di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari memperlihatkan pentingnya posisi Indonesia di mata Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS. Indonesia punya pesona tersendiri buat ISIS.
"Mirip dengan politik internasional sebenarnya, Indonesia terlalu penting untuk tidak dilirik dan dikuasai," kata Adrianus kepada Metrotvnews.com, Jumat (15/1/2015).
Menurut dia, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar punya nilai besar bagi ISIS. "Maka ISIS yang merasa punya self-confidence tinggi semakin menganggap perlu memperluas jangkauan (di Indonesia)," jelas dia.
Namun sejauh ini, tambah dia, ISIS belum menjadi apa-apa di Indonesia. Yang saat ini diketahui adalah telah pulangnya sekitar 600 orang simpatisan ISIS dari Suriah.
Serangan di Sarinah, lanjut dia, sebagai upaya memanggil simpatisan ISIS lainnya untuk pulang ke Nusantara. Terlebih, posisi ISIS di Suriah tengah digempur oleh Barat.
"Maka perlu dibuka lahan persemaian baru yang gemuk seperti Indonesia," jelas Prof Adri, sapaannya.
Adrianus menilai, kelompok pro ISIS di Indonesia masih tergolong memiliki kekuatan yang kecil. Alhasil, masyarakat tak perlu khawatir berlebihan dengan ancaman teror mereka.
"Kalau kekuatannya besar, geger Paris kedua bisa terjadi di Jakarta di mana serangan terjadi di beberapa titik serentak," jelas dia.
Teror di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, menyentak. Diawali ledakan bom di dalam kedai kopi Starbucks di pusat perbelanjaan Sarinah, teror meluas ke tengah jalan. Terhitung membuncah lima kali ledakan bom dalam drama berdarah hampir 15 menit itu.
Tercatat tujuh nyawa melayang dalam 'perang kecil' ISIS ini. Lima dari tujuh korban tewas diketahui peneror. Dua korban lainnya masing-masing satu warga Kanada dan satu lainnya penduduk pribumi. Tragedi berdarah ini juga melukai 15 orang lainnya. Lima di antaranya polisi.
Polisi mengidentifikasi, serangan di Sarinah dipicu perebutan wilayah kepemimpinan antarfaksi di jaringan teror Negara Islam Irak dan Suriah. Perebutan kepemimpinan ini melibatkan kelompok Bahrun Naim yakni Katibah Nusantara.
medcom.id, Jakarta: Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala menilai, ledakan dan penembakan di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari memperlihatkan pentingnya posisi Indonesia di mata Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS. Indonesia punya pesona tersendiri buat ISIS.
"Mirip dengan politik internasional sebenarnya, Indonesia terlalu penting untuk tidak dilirik dan dikuasai," kata Adrianus kepada
Metrotvnews.com, Jumat (15/1/2015).
Menurut dia, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar punya nilai besar bagi ISIS. "Maka ISIS yang merasa punya
self-confidence tinggi semakin menganggap perlu memperluas jangkauan (di Indonesia)," jelas dia.
Namun sejauh ini, tambah dia, ISIS belum menjadi apa-apa di Indonesia. Yang saat ini diketahui adalah telah pulangnya sekitar 600 orang simpatisan ISIS dari Suriah.
Serangan di Sarinah, lanjut dia, sebagai upaya memanggil simpatisan ISIS lainnya untuk pulang ke Nusantara. Terlebih, posisi ISIS di Suriah tengah digempur oleh Barat.
"Maka perlu dibuka lahan persemaian baru yang gemuk seperti Indonesia," jelas Prof Adri, sapaannya.
Adrianus menilai, kelompok pro ISIS di Indonesia masih tergolong memiliki kekuatan yang kecil. Alhasil, masyarakat tak perlu khawatir berlebihan dengan ancaman teror mereka.
"Kalau kekuatannya besar, geger Paris kedua bisa terjadi di Jakarta di mana serangan terjadi di beberapa titik serentak," jelas dia.
Teror di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, menyentak. Diawali ledakan bom di dalam kedai kopi Starbucks di pusat perbelanjaan Sarinah, teror meluas ke tengah jalan. Terhitung membuncah lima kali ledakan bom dalam drama berdarah hampir 15 menit itu.
Tercatat tujuh nyawa melayang dalam 'perang kecil' ISIS ini. Lima dari tujuh korban tewas diketahui peneror. Dua korban lainnya masing-masing satu warga Kanada dan satu lainnya penduduk pribumi. Tragedi berdarah ini juga melukai 15 orang lainnya. Lima di antaranya polisi.
Polisi mengidentifikasi, serangan di Sarinah dipicu perebutan wilayah kepemimpinan antarfaksi di jaringan teror Negara Islam Irak dan Suriah. Perebutan kepemimpinan ini melibatkan kelompok Bahrun Naim yakni Katibah Nusantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)