medcom.id, Jakarta: Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengomentari wacana kebangkitan Partai Komunis Indonesia. Tjahjo mengatakan, situasi dan kondisi di daerah masih kondusif.
"Yang pertama mencermat perkembangan dinamika yang ada, cukup kondusif," kata Tjahjo di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2016).
Wacana kebangkitan PKI dilontarkan salah satu purnawirawan TNI Letjen Kivlan Zen. Kivlan mengatakan, paham ini telah berkembang kembali di Indonesia dan tinggal menunggu waktu untuk partai berlambang palu arit itu mendeklarasikan keberadaannya.
Tjahjo enggan mengomentari pernyataan Kivlan. Kata dia, tak ada pergerakan berarti terkait keberadan partai yang pernah jaya di masa kepemimpinan Dipati Nusantara Aidit itu.
"Enggak ada. Kalau pak Kivlan menyatakan itu silakan tanya pak Kivlan," kata Tjahjo.
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga tak khawatir dengan wacana kebangkitan PKI ini. Kalla mengatakan, paham komunis telah terbukti gagal di Indonesia.
Partai Komunis Indonesia sempat muncul sebagai primadona di kalangan masyarakat bawah Indonesia. Kader PKI yang rajin melakukan aksi turun ke bawah (turba) membuat perkembangan kader partai berlambang palu arit ini melejit pesat. Partai ini bahkan masuk dalam lima besar partai politik dengan suara terbanyak di Pemilu 1955.
Sebelas tahun berselang, PKI mulai tumbang karena diduga terlibat dalam gerakan 30 September 1966 yang menewaskan lima jenderal. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan G30SPKI. Pentolan PKI pun dicokok satu per satu, partai ini pun menuju tubir kehancuran.
Tak hanya di Indonesia, negara besar yang menganut paham ini pun telah tiada. Uni Soviet terpecah belah menjadi beberapa negara. Kalla menilai, negara di Eropa Timur dan China pun kini lebih cenderung sebagai negara penganut paham kapitalis.
"Sudah terbukti di mana pun di dunia ini, itu gagal ideologi itu," kata Kalla.
Di Amerika Selatan terdapat Kuba yang masih bersikeras menganut paham sosialisme hingga beberapa waktu lalu. Kuba kini telah mulai beradaptasi dengan perkembangan dunia. Terbaru, mereka mencabut embargo perdagangan dengan Amerika Serikat, negara yang menjadi musuh bebuyutan mereka.
"Satu-satunya tinggal negara komunis di dunia ini tapi lebih otoriter daripada yang lain adalah Korea Utara, dan itu gagal dari sisi pemerintahan," pungkas Kalla.
Hal serupa juga diungkap Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly. Yasonna mempertanyakan pernyataan yang disampaikan Kivlan.
"Mana ada lagi PKI sekarang, sejauh ini intelijen saja, BIN (Badan Intelijen Negara) bilang tidak apa-apa," kata Yasonna di Kompleks DPR, Kamis 2 Juni.
medcom.id, Jakarta: Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengomentari wacana kebangkitan Partai Komunis Indonesia. Tjahjo mengatakan, situasi dan kondisi di daerah masih kondusif.
"Yang pertama mencermat perkembangan dinamika yang ada, cukup kondusif," kata Tjahjo di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2016).
Wacana kebangkitan PKI dilontarkan salah satu purnawirawan TNI Letjen Kivlan Zen. Kivlan mengatakan, paham ini telah berkembang kembali di Indonesia dan tinggal menunggu waktu untuk partai berlambang palu arit itu mendeklarasikan keberadaannya.
Tjahjo enggan mengomentari pernyataan Kivlan. Kata dia, tak ada pergerakan berarti terkait keberadan partai yang pernah jaya di masa kepemimpinan Dipati Nusantara Aidit itu.
"Enggak ada. Kalau pak Kivlan menyatakan itu silakan tanya pak Kivlan," kata Tjahjo.
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga tak khawatir dengan wacana kebangkitan PKI ini. Kalla mengatakan, paham komunis telah terbukti gagal di Indonesia.
Partai Komunis Indonesia sempat muncul sebagai primadona di kalangan masyarakat bawah Indonesia. Kader PKI yang rajin melakukan aksi turun ke bawah (turba) membuat perkembangan kader partai berlambang palu arit ini melejit pesat. Partai ini bahkan masuk dalam lima besar partai politik dengan suara terbanyak di Pemilu 1955.
Sebelas tahun berselang, PKI mulai tumbang karena diduga terlibat dalam gerakan 30 September 1966 yang menewaskan lima jenderal. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan G30SPKI. Pentolan PKI pun dicokok satu per satu, partai ini pun menuju tubir kehancuran.
Tak hanya di Indonesia, negara besar yang menganut paham ini pun telah tiada. Uni Soviet terpecah belah menjadi beberapa negara. Kalla menilai, negara di Eropa Timur dan China pun kini lebih cenderung sebagai negara penganut paham kapitalis.
"Sudah terbukti di mana pun di dunia ini, itu gagal ideologi itu," kata Kalla.
Di Amerika Selatan terdapat Kuba yang masih bersikeras menganut paham sosialisme hingga beberapa waktu lalu. Kuba kini telah mulai beradaptasi dengan perkembangan dunia. Terbaru, mereka mencabut embargo perdagangan dengan Amerika Serikat, negara yang menjadi musuh bebuyutan mereka.
"Satu-satunya tinggal negara komunis di dunia ini tapi lebih otoriter daripada yang lain adalah Korea Utara, dan itu gagal dari sisi pemerintahan," pungkas Kalla.
Hal serupa juga diungkap Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly. Yasonna mempertanyakan pernyataan yang disampaikan Kivlan.
"Mana ada lagi PKI sekarang, sejauh ini intelijen saja, BIN (Badan Intelijen Negara) bilang tidak apa-apa," kata Yasonna di Kompleks DPR, Kamis 2 Juni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)