Jakarta: Penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI angka kematian akibat penyakit ini mencapai 650. 000 penduduk per tahun.
Tapi tahukah kamu bahwa penyakit ini tidak hanya diderita orang usia lanjut loh. Saat ini makin banyak anak muda Indonesia di bawah 40 tahun terdiagnosa menderita penyakit jantung dan kardiovaskular.
“Penyakit jantung kini menyerang kelompok usia muda yang sedang berada di masa produktif. Ini sangat memengaruhi kehidupan mereka dan keluarga, karena mereka harus menyesuaikan diri untuk mengelola penyakit ini seumur hidup,” jelas Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP (K) dalam dialog Philips 'The digital transformation of cardiovascular care: advancements, challenges and the path forward' di Jakarta Selatan, Rabu, 28 Mei 2025.
Ia mengungkapkan ada beberapa faktor yang menyebabkan anak muda berusia 20–30 tahun menderita penyakit jantung dan kardiovaskular. Seperti kurang berolahraga, merokok, dan pola diet yang buruk.
"Makin banyak anak muda sudah merokok dan perempuan juga pakai rokok, baik itu elektrik atau vape. Selain itu gaya hidup itu susah, bisa dilihat nggak banyak bergerak kita jadi negara paling sedikit berjalan kaki dari negara lain," ungkap dr. Ario yang juga merupakan Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI).
Karena itu dr. Ario menekankan pentingnya untuk mempercepat upaya edukasi, pencegahan, serta deteksi dan pengobatan dini. Menurutnya semakin cepat dikenali, semakin besar peluang untuk menghindari komplikasi dan meringankan beban layanan kesehatan nasional.
Untuk deteksi dini ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan secara berkala, seperti tekanan darah, kadar kolesterol jahat, dan kadar gula darah dalam tubuh.
Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, juga menekankan hal ini.
“Meningkatnya jumlah pasien muda penderita penyakit jantung menjadi peringatan bagi seluruh rumah sakit. Kita harus meningkatkan kesiapan, tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga dalam deteksi dini dan pencegahan. Fokus pelayanan harus bergeser ke arah yang lebih proaktif, cepat, dan berpusat pada pasien, untuk semua kelompok usia,” ujarnya.
Semua pemangku kepentingan sepakat bahwa pencitraan, pengobatan, dan pemantauan berbasis AI, serta integrasi data pasien lintas fasilitas kesehatan merupakan solusi penting untuk menjembatani kesenjangan layanan.
Jakarta:
Penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI angka kematian akibat penyakit ini mencapai 650. 000 penduduk per tahun.
Tapi tahukah kamu bahwa penyakit ini tidak hanya diderita orang usia lanjut
loh. Saat ini makin banyak anak muda Indonesia di bawah 40 tahun terdiagnosa menderita penyakit jantung dan kardiovaskular.
“Penyakit jantung kini menyerang kelompok usia muda yang sedang berada di masa produktif. Ini sangat memengaruhi kehidupan mereka dan keluarga, karena mereka harus menyesuaikan diri untuk mengelola penyakit ini seumur hidup,” jelas Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP (K) dalam dialog Philips 'The digital transformation of cardiovascular care: advancements, challenges and the path forward' di Jakarta Selatan, Rabu, 28 Mei 2025.
Ia mengungkapkan ada beberapa faktor yang menyebabkan
anak muda berusia 20–30 tahun menderita penyakit jantung dan kardiovaskular. Seperti kurang berolahraga, merokok, dan pola diet yang buruk.
"Makin banyak anak muda sudah merokok dan perempuan juga pakai rokok, baik itu elektrik atau vape. Selain itu gaya hidup itu susah, bisa dilihat nggak banyak bergerak kita jadi negara paling sedikit berjalan kaki dari negara lain," ungkap dr. Ario yang juga merupakan Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI).
Karena itu dr. Ario menekankan pentingnya untuk mempercepat upaya edukasi, pencegahan, serta deteksi dan pengobatan dini. Menurutnya semakin cepat dikenali, semakin besar peluang untuk menghindari komplikasi dan meringankan beban layanan kesehatan nasional.
Untuk deteksi dini ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan secara berkala, seperti tekanan darah, kadar kolesterol jahat, dan kadar gula darah dalam tubuh.
Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, juga menekankan hal ini.
“Meningkatnya jumlah pasien muda penderita penyakit jantung menjadi peringatan bagi seluruh rumah sakit. Kita harus meningkatkan kesiapan, tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga dalam deteksi dini dan pencegahan. Fokus pelayanan harus bergeser ke arah yang lebih proaktif, cepat, dan berpusat pada pasien, untuk semua kelompok usia,” ujarnya.
Semua pemangku kepentingan sepakat bahwa pencitraan, pengobatan, dan pemantauan berbasis AI, serta integrasi data pasien lintas fasilitas kesehatan merupakan solusi penting untuk menjembatani kesenjangan layanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RUL)