Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj . (Foto: ANTARA/Galih Pradipta)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj . (Foto: ANTARA/Galih Pradipta)

Teror Atas Pemuka Agama Tampak Sistematis

23 Februari 2018 10:29
Jakarta: Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menduga teror terhadap pemuka agama di sejumlah wilayah di Indonesia tidak dilakukan oleh orang yang benar-benar menderita gangguan jiwa. Menurut dia, tidak ada orang gila yang bisa memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk melakukan serangan.
 
Seperti pada kasus penganiayaan terhadap pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah KH Umar Basri di Bandung, Jawa Barat. Pelaku menganiaya korban yang saat itu tengah berzikir sendirian di dalam masjid.
 
"Saya ragu (pelaku) itu orang gila. Kalau melihat caranya yang sangat rapi, waktunya tepat, apa secara kebetulan? Saya rasa tidak," katanya, dalam Primetime News Metro TV, Kamis, 23 Februari 2018. 
Said mengatakan peristiwa teror terhadap pemuka agama mengingatkannya kembali pada kasus pembantaian Banyuwangi 1998 yang ketika itu banyak tokoh agama yang menjadi korban pembunuhan lantaran isu dukun santet.
 
Ia yang saat itu ikut menyelidiki kasus tersebut mendapati fakta bahwa penyerangan tidak dilakukan secara sporadis dengan korban yang acak melainkan sistematis.
 
"Memang suasana saat itu banyak orang gila, tapi begitu malam ada penyerangan satu desa lampu dimatikan, kemudian orang datang menyerang. Jadi, tidak mungkin itu orang gila, fenomena adanya orang gila hanya untuk mengaburkan tindakan setelah itu," katanya.
 
Menurut Said, meskipun teror atau ancaman bisa terjadi kapan pun, baik di tahun politik maupun tidak, namun ia melihat serangan terhadap pemuka agama kali ini lebih rapi, teratur, dan sistematis. 
 
Ia mengatakan kejadian serupa juga terjadi di sebuah pondok pesantren Al Falah Ploso Kediri dan pesantren di Sidogiri, Jawa Timur. Ada orang tak dikenal yang mencari kiai setempat untuk bertemu. Namun, ketika diperiksa justru didapati senjata tajam yang diduga akan digunakan untuk menyerang.
 
"Artinya, kita tetap bertanya-tanya, apakah betul (pelaku) orang gila? Atau ketika menyerang (tiba-tiba) gila? Karena yang kita lihat ini lebih rapi, sistematis, dan teratur penyerangannya," kata dia.
 

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(MEL)




LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif