Risiko dan Keuntungan Jadi Relawan Uji Klinis

Jakarta: Risiko dan manfaat melakat ke tiap relawan uji klinis vaksin dan obat. Namun, manfaat yang diperoleh relawan lebih banyak jika bersedia ikut uji klinis. "Pertama, mendapat pengawasan ekstra ketat dari dokter peneliti. Makanya jarang relawan mendapat efek samping berbahaya saat penelitian," ujar Guru Besar Farmakologi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Rianto Setiabudy dalam webinar IASMED, Sabtu, 22 Agustus 2020. Kedua, obat uji coba diperoleh secara gratis dan tak perlu mengantre. Ini menguntungkan relawan jika harga obat diprediksi mahal. Contohnya, obat antikanker. Relawan juga tak perlu membayar biaya laboratorium atau kegiatan pemeriksaan. Perawatan di rumah sakit pun menjadi gratis. Dari segi sosial, relawan uji klinis telah berkontribusi bagi kemanusiaan. "Pengembangan obat ini harus diapresiasi," tambah dia. Rianto berpendapat bahwa keterlibatan Indonesia dalam pengujian obat dan vaksin covid-19 memberikan keuntungan tersendiri. Terutama dari segi keamanan dan kemanjuran obat dan vaksin-19. Dia menyebut vaksin atau obat yang diuji di luar negeri belum tentu cocok bagi orang Indonesia. "Jika relawan Indonesia tak dilibatkan, kita tak tahu apakah obat yang aman untuk ras lain aman untuk kita," ia menambahkan. Dia memastikan penelitian dan uji klinis diawasi Komisi Etik Penelitian. Komisi Etik Penelitian akan meminta perbaikan bahkan menolak uji klinis jika riset ditemukan berbahaya bagi relawan.       Risiko bagi relawan Dari sisi risiko, uji klinis dapat memberikan efek samping bagi relawan. Rianto menyebut salah satu fungsi uji klinis untuk mengetahui efek samping vaksi atau obat yang diteliti. Seluruh uji klinis dihentikan jika diindikasi dapat berbahaya. Namun, tak jarang efek samping yang ditemukan kadang bermanfaat. Ia mencontohkan obat minoksidil yang diuji coba untuk penderita hipertensi. Dalam uji klinis terungkap relawan yang menggunakan obat tersebut mendorong pertumbuhan rambut. "Ini tak tahu efek samping atau keberuntungan. Makanya sekarang kita mengenal obat untuk penumbuh rambut adalah minoksidil," papar dia. Risiko kedua, relawan akan sering diperiksa ketimbang pengobatan biasa. Hal ini terang menyita waktu relawan.