Kapal-kapal yacht bertolak dari North Male Fremantle, Australia menuju Tanjung Benoa Bali, dalam rangka visit Indonesia Fremantle Bali-Yacht Race 2011 di Bali. Bali Yacht/James Campbell
Kapal-kapal yacht bertolak dari North Male Fremantle, Australia menuju Tanjung Benoa Bali, dalam rangka visit Indonesia Fremantle Bali-Yacht Race 2011 di Bali. Bali Yacht/James Campbell

Menjadikan Indonesia 'Surga' bagi Yachter

Achmad Zulfikar Fazli • 20 November 2016 07:08
medcom.id, Jakarta: Indonesia dinilai bisa menjadi tempat tujuan utama para yachter. Saat ini, jumlah yachter yang masuk ke perairan Indonesia tebilang masih kecil.
 
"Indonesia itu adalah tempat tujuan yachter, nomor satu di dunia yang ingin ditujui," kata Asdep Deputi II Jasa Kemaritiman Okto Irianto di Hotel Citadines Kuta Beach, Bali, Sabtu (19/11/2016) malam.
 
Yachter merupakan orang-orang dari berbagai negara yang bersinggah dengan menggunakan kapal layar. Ada beberapa faktor yang membuat Indonesia 'diincar' para yachter.

Pertama, faktor keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Menurut Okto, keindahan dan kekayaan bahari dan daratan Indonesia nomor satu di dunia.
 
"Kekayaan bawah air nomor satu karena panjang air kita. Kalau panjang air kita memang belum nomor satu masih kalah dengan Kanada tapi pulaunya lebih bagus karena lebih banyak airnya, kalau di Kanada kan tidak," ujar dia.
 
(Baca: Pesona Bawah Laut Karimunjawa)
 
Kedua, faktor iklim yang mendukung dan lebih baik dari negara lain. "Kita ada di garis khatulistiwa, orang datang tidak perlu memilih bulan, kapan angin," ucap dia.
 
Ketiga, faktor ketiadaan bajak laut. Menurut dia, Indonesia bersaingan dengan Filipina dan Thailand dalam soal keindahan dan kekayaan bahari. Namun, ia menilai Indonesia sedikit unggul lantaran tidak ada bajak laut di perairannya.
 
"Kita saingan dengan Filipina dan Thailand tapi yacht tidak mau ke Filipuna karena ada bajak laut dan Abu Sayaf," ujar dia.
 
Keempat, faktor ketiadaan taifun. Okto menilai faktor ini juga menjadi salah satu keunggulan Indonesia dibandingkan saingannya di Asia Tenggara. Pasalnya, Indonesia tak pernah dilanda taifun sedangkan, Filipina pernah diterpa angin topan.
 
(Baca: Segera Terjang Filipina, Inilah Penampakan Topan Maysak dari Luar Angkasa)
 
"Minimal dengan empat ini kalau kita disandingkan dengan negara lain, kita nomor satu," kata dia.
 
Kendati demikian, mantan Kepala Bea Cukai di Bandara Soekarno Hatta ini mengakui yachter yang singgah di perairan Indonesia saat ini masih minim. Hal ini disebabkan sulitnya perizinan buat para yachter untuk masuk ke perairan Indonesia.
 
"Tahun 2014, paling banyak sekitar 700-an kapal, dengan pulau yang ratusan ribu jadi sangat kecil,"
 
Namun, kata Okto, Indonesia kini sudah memperbaiki aturan dengan mempermudah izin masuk yachter. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 150 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal Wisata Asing untuk menghapus clearance approval indonesia territory (CAIT). 
 
Yachter yang masuk ke Indonesia tidak lagi harus izin ke Kementerian Luar Negeri, TNI dan Kementerian Perhubungan. Dengan perbaikan ini, lanjut dia, yachter yang melintas di perairan Indonesia diharapkan dapat terus meningkat. 
 
"Kita ingin meningkatkan sehingga 2019 kita targetkan ada sekitar 6.000 kapal per tahun," pungkas dia.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan