medcom.id, Jakarta: Gempa berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Pidie dan Bireueun, Aceh, memakan banyak korban. Kekuatan gempa sebenarnya tidak terlalu kuat, namun pusat gempa berada di daratan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, gempa Aceh memiliki kemiripan dengan gempa di Yogyakarta pada 2006. Gempa tersebut terjadi dengan mekanisme sesar mendatar.
Pusat gempa Aceh dan Yogyakarta terbilang dangkal, yakni 15 kilometer. Karena itu, goncangan yang ditimbulkan dipermukaan begitu keras dan merusak.
"Tipikal gempa yang terjadi di Pidie Jaya ini hampir mirip dengan yang ada di Yogyakarta berkekuatan gempa 6,4 SR, sumbernya di darat, dengan kedalaman yang sama, 15 kilometer," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (8/12/2016).
Gempa di Aceh dan Yogyakarta juga terjadi di kawasan tanah aluvium, yakni kawasan tanah gembur. Hal ini mempengaruhi banyaknya korban jiwa.
"Ketika terjadi guncangan, entakan yang ditimbulkan di batuan aluvium tadi menjadi keras, sehingga kalau konstruksi bangunannya tidak kuat maka banyak bangunan yang roboh. Ini penyebab mengapa banyaknya korban," kata Sutopo.
Jumlah korban jiwa hingga hari kedua pascagempa yang menggoyang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, dengan kekuatan 6,5 SR terus bertambah. Data terbaru dari BNPB menyebut, jumlah korban meninggal menjadi 102 jiwa, satu orang hilang, 136 luka berat, serta 116 korban luka ringan.
Diperkirakan masih ada korban yang tertimbun reruntuhan bangunan. BNPB dan pihak terkait akan terus meningkatkan proses evakuasi korban. Tim ahli juga diterjunkan dalam operasi pencarian korban.
medcom.id, Jakarta: Gempa berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Pidie dan Bireueun, Aceh, memakan banyak korban. Kekuatan gempa sebenarnya tidak terlalu kuat, namun pusat gempa berada di daratan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, gempa Aceh memiliki kemiripan dengan gempa di Yogyakarta pada 2006. Gempa tersebut terjadi dengan mekanisme sesar mendatar.
Pusat gempa Aceh dan Yogyakarta terbilang dangkal, yakni 15 kilometer. Karena itu, goncangan yang ditimbulkan dipermukaan begitu keras dan merusak.
"Tipikal gempa yang terjadi di Pidie Jaya ini hampir mirip dengan yang ada di Yogyakarta berkekuatan gempa 6,4 SR, sumbernya di darat, dengan kedalaman yang sama, 15 kilometer," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (8/12/2016).
Gempa di Aceh dan Yogyakarta juga terjadi di kawasan tanah aluvium, yakni kawasan tanah gembur. Hal ini mempengaruhi banyaknya korban jiwa.
"Ketika terjadi guncangan, entakan yang ditimbulkan di batuan aluvium tadi menjadi keras, sehingga kalau konstruksi bangunannya tidak kuat maka banyak bangunan yang roboh. Ini penyebab mengapa banyaknya korban," kata Sutopo.
Jumlah korban jiwa hingga hari kedua pascagempa yang menggoyang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, dengan kekuatan 6,5 SR terus bertambah. Data terbaru dari BNPB menyebut, jumlah korban meninggal menjadi 102 jiwa, satu orang hilang, 136 luka berat, serta 116 korban luka ringan.
Diperkirakan masih ada korban yang tertimbun reruntuhan bangunan. BNPB dan pihak terkait akan terus meningkatkan proses evakuasi korban. Tim ahli juga diterjunkan dalam operasi pencarian korban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)