medcom.id, Jakarta: Budayawan Radhar Panca Dahana mencoba menganalisa suasana hati Presiden Joko Widodo, yang mengutip penggalan syair Jawa dan menuliskannya di laman Facebook. Menurut dia, Jokowi seolah kehilangan bahasa apapun untuk curhat kepada publik.
"Ketika bahasa politik, ketika bahasa formal, bahasa akademik, hukum, dan bahkan bahasa agama atau ideologi, sudah tidak bisa digunakan lagi, karena tidak mempan menghadapi jiwa-jiwa, perasaan dan pikiran yang penuh dengan amarah, keserakahan dan angkara," kata Radhar dalam Program Metro TV Trending Topic, Selasa, (27/1/2015).
"Akhirnya dia menggunakan suatu bentuk bahasa, yaitu bahasa tradisi, bahasa kearifan kultural, yang jauh lebih lama daripada bahasa yang lain," imbuh dia.
Menurut dia, Jokowi sedang menggunakan kecerdasan kulturalnya yang sudah lama tersimpan dalam sanubari diri Jokowi. Kearifan lokal tersebut, yang dapat dimunculkan kembali sebagai pegangan menatap masa depan. Bahkan, lanjut Radhar, hal itu adalah salah satu bentuk revolusi mental yang diinginkan Jokowi.
"Anda boleh mengikuti modern dalam bentuk permukaannya. Tetapi sikap mental, sikap batin harus berbasis kearifan, keluhuran, kemuliaan adat dan budaya yang sebenarnya di Indonesia cukup tinggi," terang dia.
Seperti diketahui, di laman Facebook Jokowi terdapat Kalimat yang berbunyi "Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti" memiliki makna segala sikap keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar".
Status itu muncul, saat dua institusi penegak hukum KPK-Polri saling bongkar kasus dan berseteru. Mereka saling menyandera kasus, yang terdapat di masing-masing oknum dua institusi tersebut.
medcom.id, Jakarta: Budayawan Radhar Panca Dahana mencoba menganalisa suasana hati Presiden Joko Widodo, yang mengutip penggalan syair Jawa dan menuliskannya di laman Facebook. Menurut dia, Jokowi seolah kehilangan bahasa apapun untuk
curhat kepada publik.
"Ketika bahasa politik, ketika bahasa formal, bahasa akademik, hukum, dan bahkan bahasa agama atau ideologi, sudah tidak bisa digunakan lagi, karena tidak mempan menghadapi jiwa-jiwa, perasaan dan pikiran yang penuh dengan amarah, keserakahan dan angkara," kata Radhar dalam Program Metro TV Trending Topic, Selasa, (27/1/2015).
"Akhirnya dia menggunakan suatu bentuk bahasa, yaitu bahasa tradisi, bahasa kearifan kultural, yang jauh lebih lama daripada bahasa yang lain," imbuh dia.
Menurut dia, Jokowi sedang menggunakan kecerdasan kulturalnya yang sudah lama tersimpan dalam sanubari diri Jokowi. Kearifan lokal tersebut, yang dapat dimunculkan kembali sebagai pegangan menatap masa depan. Bahkan, lanjut Radhar, hal itu adalah salah satu bentuk revolusi mental yang diinginkan Jokowi.
"Anda boleh mengikuti modern dalam bentuk permukaannya. Tetapi sikap mental, sikap batin harus berbasis kearifan, keluhuran, kemuliaan adat dan budaya yang sebenarnya di Indonesia cukup tinggi," terang dia.
Seperti diketahui, di laman Facebook Jokowi terdapat Kalimat yang berbunyi "Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti" memiliki makna segala sikap keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar".
Status itu muncul, saat dua institusi penegak hukum KPK-Polri saling bongkar kasus dan berseteru. Mereka saling menyandera kasus, yang terdapat di masing-masing oknum dua institusi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(LDS)