Jakarta: Dalam dunia digital marketing saat ini, salah satu strategi yang kian menjamur adalah memanfaatkan kehadiran influencer.
Menurut buku Influencer: Building Your Personal Brand in the Age of Social Media, influencer dijelaskan sebagai seseorang yang memiliki clout (dapat diartikan sebagai pengaruh, kemampuan, maupun kekuasaan) melalui channel digital mereka. Inilah yang disebut beberapa orang sebagai “social currency.”
Biasanya, para influencer adalah sekelompok orang yang memiliki banyak followers atau tingkat engagement yang tinggi. Ketika ia menyuarakan sesuatu, audiensnya akan mendengarkan, dan berpotensi meniru tindakan influencer.
Inilah pentingnya influencer bagi sebuah brand atau perusahaan yang bekerja sama dengan mereka, saat influencer menggunakan suatu produk, kemungkinan besar para pengikutnya akan turut membeli produk yang sama, atau setidaknya menaruh perhatian lebih terhadap produk tersebut.
Menurut buku Jadilah Influencer, sebanyak 80 persen perusahaan bersedia membayar seorang influencer karena cara tersebut dianggap efektif. Jika seseorang tampak sesuai dengan target pasar yang ingin dijangkau, tak jarang pebisnis akan mengajak bekerja sama untuk memasarkan suatu produk.
Berdasarkan data Linqia, sebuah situs online di Amerika Serikat yang mempertemukan influencer dan brand meneliti bahwa 86 persen marketers terlibat dalam influencer marketing pada 2017. Sebanyak 92 persen di antaranya melaporkan bahwa strategi tersebut cukup efektif.
Google pun pernah merilis data pencarian terhadap influencer marketing tahun 2018 bertumbuh sebesar 325 persen pada 2017. Hingga tahun ini, pencarian dengan kata "influencer" masih sering mengalami breakout atau tingkat pencarian maksimal pada tools Google Trend.
Influencer terdiri atas banyak jenis. Buku How To Win Instagram menjabarkan tiga kelompok influencer yang paling sering menjadi ‘corong’ marketing para brand.
Micro influencer memiliki followers antara 5 ribu hingga 10 ribu orang. Kategori ini biasanya menawarkan segmen audiens yang spesifik dengan topik tertentu yang spesifik. Harga yang ditawarkan kelompok ini cukup bersahabat dan memiliki engagement bagus.
Power middle influencer memiliki followers antara 10 ribu hingga 250 ribu orang. Biasanya, kategori ini sudah termasuk expert dan sering berkolaborasi dengan brand.
Macro influencers adalah influencer dengan jam terbang paling tinggi. Followersnya berkisar 250 ribu hingga lebih dari 1 juta orang. Tak heran influencer dalam kelompok ini sering disebut ‘big fish.' Sebab, mereka dikategorikan sebagai digital celebrities. Walau begitu, reach dan engagement macro influencers umumnya lebih kecil dibandingkan micro dan middle influencers.
Keempat, nano influencer. Followersnya hanya berkisar seribu hingga 5 ribu saja, namun strategi penggunaan nano influencer justru semakin meningkat. Mengapa? Ternyata, influencer ini justru mempunyai engagement enam kali lebih banyak dibandingkan kategori lain karena followers mereka bersifat real dan tak memakai followers palsu atau bot.
Brand melihat bahwa nano influencers ini punya kedekatan dengan followers dari segi interaksi dan lebih berpotensi memengaruhi mereka untuk membeli.
Menarik bukan dunia influencer dan kaitannya dengan digital marketing? Anda tertarik ingin mendalami ilmu tentang influencer marketing, cara membuat konten yang menarik, dan strategi management influencer untuk marketing beserta solusi dalam menghadapi tantangannya?
Ikuti TECHMinar Kreen “Under The Influence: Social Content Special Edition” pada 10 November 2020, pukul 13.30 WIB.
Acara ini akan dihadiri KOL & Influencer Marketing Lead ALOWALO Stella Josowidjojo serta Head of Influence Strategy at Creative Media United Fajrin Sahaf.
Ayo, daftar segera di sini! Tak hanya mendapatkan ilmu, Anda juga akan memeroleh e-certificate gratis.
Jakarta: Dalam dunia
digital marketing saat ini, salah satu strategi yang kian menjamur adalah memanfaatkan kehadiran influencer.
Menurut buku
Influencer: Building Your Personal Brand in the Age of Social Media, influencer dijelaskan sebagai seseorang yang memiliki clout (dapat diartikan sebagai pengaruh, kemampuan, maupun kekuasaan) melalui channel digital mereka. Inilah yang disebut beberapa orang sebagai “social currency.”
Biasanya, para influencer adalah sekelompok orang yang memiliki banyak followers atau tingkat engagement yang tinggi. Ketika ia menyuarakan sesuatu, audiensnya akan mendengarkan, dan berpotensi meniru tindakan influencer.
Inilah pentingnya influencer bagi sebuah brand atau perusahaan yang bekerja sama dengan mereka, saat influencer menggunakan suatu produk, kemungkinan besar para pengikutnya akan turut membeli
produk yang sama, atau setidaknya menaruh perhatian lebih terhadap produk tersebut.
Menurut buku
Jadilah Influencer, sebanyak 80 persen perusahaan bersedia membayar seorang influencer karena cara tersebut dianggap efektif. Jika seseorang tampak sesuai dengan target pasar yang ingin dijangkau, tak jarang pebisnis akan mengajak bekerja sama untuk memasarkan suatu produk.
Berdasarkan data Linqia, sebuah situs online di Amerika Serikat yang mempertemukan influencer dan
brand meneliti bahwa 86 persen marketers terlibat dalam influencer marketing pada 2017. Sebanyak 92 persen di antaranya melaporkan bahwa strategi tersebut cukup efektif.
Google pun pernah merilis data pencarian terhadap influencer marketing tahun 2018 bertumbuh sebesar 325 persen pada 2017. Hingga tahun ini, pencarian dengan kata "influencer" masih sering mengalami breakout atau tingkat pencarian maksimal pada tools Google Trend.
Influencer terdiri atas banyak jenis. Buku
How To Win Instagram menjabarkan tiga kelompok influencer yang paling sering menjadi ‘corong’
marketing para brand.
Micro influencer memiliki followers antara 5 ribu hingga 10 ribu orang. Kategori ini biasanya menawarkan segmen audiens yang spesifik dengan topik tertentu yang spesifik. Harga yang ditawarkan kelompok ini cukup bersahabat dan memiliki engagement bagus.
Power middle influencer memiliki followers antara 10 ribu hingga 250 ribu orang. Biasanya, kategori ini sudah termasuk expert dan sering berkolaborasi dengan brand.
Macro influencers adalah influencer dengan jam terbang paling tinggi. Followersnya berkisar 250 ribu hingga lebih dari 1 juta orang. Tak heran influencer dalam kelompok ini sering disebut ‘big fish.' Sebab, mereka dikategorikan sebagai digital celebrities. Walau begitu, reach dan engagement macro influencers umumnya lebih kecil dibandingkan micro dan middle influencers.
Keempat, nano influencer. Followersnya hanya berkisar seribu hingga 5 ribu saja, namun strategi penggunaan nano influencer justru semakin meningkat. Mengapa? Ternyata, influencer ini justru mempunyai engagement enam kali lebih banyak dibandingkan kategori lain karena followers mereka bersifat real dan tak memakai followers palsu atau bot.
Brand melihat bahwa nano influencers ini punya kedekatan dengan followers dari segi interaksi dan lebih berpotensi memengaruhi mereka untuk membeli.
Menarik bukan dunia influencer dan kaitannya dengan digital marketing? Anda tertarik ingin mendalami ilmu tentang influencer marketing, cara membuat konten yang menarik, dan strategi management influencer untuk marketing beserta solusi dalam menghadapi tantangannya?
Ikuti TECHMinar Kreen “Under The Influence: Social Content Special Edition” pada 10 November 2020, pukul 13.30 WIB.
Acara ini akan dihadiri KOL & Influencer Marketing Lead ALOWALO Stella Josowidjojo serta Head of Influence Strategy at Creative Media United Fajrin Sahaf.
Ayo, daftar segera
di sini! Tak hanya mendapatkan ilmu, Anda juga akan memeroleh e-certificate gratis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)