Jakarta: Indonesia segera meluncurkan satelit baru, yaitu Hot Backup Satelite (HBS) pada pertengahan 2022. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan satelit baru ini dapat meningkatkan layanan internet dan ongkos penggunaannya lebih efisien.
"Di samping menjadi (bagian) transformasi digital kita, juga untuk mendapatkan layanan internet yang lebih kompetitif dan efisien," ujar Johnny usai melakukan penandatanganan kontrak kerja sama peluncuran HBS, di Jakarta, Selasa, 15 Maret 2022.
Johnny menjelaskan saat ini rata-rata harga sewa kapasitas satelit di dunia menyentuh USD400 atau Rp5,6 juta/mbps (megabyte per second) per bulan. Melalui peluncuran satelit baru ini, membuat biaya sewanya menjadi lebih efisien hingga USD45 (sekitar Rp639 ribu).
Baca: Menkominfo Sebut DEWG Jembatan Diskusi Transformasi Digital Negara Anggota G20
Johnny mengungkapkan pengadaan satelit multifungsi ini dapat membantu Pemerintah menyelesaikan target penyediaan akses layanan internet. Menurutnya, jaringan 360 ribu kilometer jaringan fiber optik di darat dan dasar laut saja belum cukup.
"Oleh karena itu, kita tetap harus menghubungkan seluruh titik-titik yang belum terhubung agar arus data bisa disalurkan dengan baik dan merata. Tidak semua kita bisa hubungkan dengan jaringan fiber optik di Indonesia, jadi kita harus melakukan kombinasi dengan dengan microwave link berupa komunikasi satelit,” jelas Johnny.
Johnny berharap dengan efisiensi ini masyarakat tidak hanya mendapatkan perluasan layanan internet. Tapi juga biayanya murah.
"Jadi kita akan mempunyai dua jenis satelit, keduanya akan diluncurkan dengan roket pendorong space X 9 500, dan diluncurkan melalui Florida Amerika Serikat," terang dia.
Johnny menjelaskan, HBS merupakan cadangan untuk SATRIA-I menggunakan teknologi very high-throughput yang sedang dibangun dan dijadwalkan selesai pada pertengahan 2023. Satelit HBS juga menyediakan kapasitas tambahan bagi infrastruktur jaringan internet.
"Dari sisi bandwith, HTS dengan teknologi yang baru ini memiliki kapasitas yang setara dengan Satelit SATRIA-I. Untuk jelasnya, 150 Gbps ini dipakai oleh BAKTI Kominfo sebesar 80 dan lebihnya akan dipakai negara-negara di sekitar ASEAN. Penggunaan sendiri oleh PSN untuk menggantikan kebutuhan Satelit Nusantara-2 yang gagal diletakkan diorbit pada April tahun 2020 yang lalu,” jelasnya.
Johnny menegaskan telah mempertimbangkan aspek teknis oleh operator, pengguna, maupun pabrik pembuatan satelit.
"Sudah pasti diperhitungkan, dianalisa dengan baik. Jadi jelas ya, satelit ini adalah Ka-band, sedangkan satelit milik Telkom adalah Ku-band dan C-band, sehingga tidak akan saling mengganggu,” tandasnya.
Dengan peluncuran satelit baru, Johnny menargetkan ada penambahan hingga 150 ribu titik layanan internet di Indonesia. Ratusan titik itu merupakan area yang sebelumnya yang belum mendapatkan konektivitas.
Jakarta: Indonesia segera meluncurkan satelit baru, yaitu Hot Backup Satelite (HBS) pada pertengahan 2022. Menteri Komunikasi dan Informatika J
ohnny G Plate mengatakan satelit baru ini dapat meningkatkan layanan
internet dan ongkos penggunaannya lebih efisien.
"Di samping menjadi (bagian) transformasi digital kita, juga untuk mendapatkan layanan internet yang lebih kompetitif dan efisien," ujar Johnny usai melakukan penandatanganan kontrak kerja sama peluncuran HBS, di Jakarta, Selasa, 15 Maret 2022.
Johnny menjelaskan saat ini rata-rata harga sewa kapasitas satelit di dunia menyentuh USD400 atau Rp5,6 juta/mbps (megabyte per second) per bulan. Melalui peluncuran satelit baru ini, membuat biaya sewanya menjadi lebih efisien hingga USD45 (sekitar Rp639 ribu).
Baca:
Menkominfo Sebut DEWG Jembatan Diskusi Transformasi Digital Negara Anggota G20
Johnny mengungkapkan pengadaan satelit multifungsi ini dapat membantu Pemerintah menyelesaikan target penyediaan akses layanan internet. Menurutnya, jaringan 360 ribu kilometer jaringan fiber optik di darat dan dasar laut saja belum cukup.
"Oleh karena itu, kita tetap harus menghubungkan seluruh titik-titik yang belum terhubung agar arus data bisa disalurkan dengan baik dan merata. Tidak semua kita bisa hubungkan dengan jaringan fiber optik di Indonesia, jadi kita harus melakukan kombinasi dengan dengan microwave link berupa komunikasi satelit,” jelas Johnny.
Johnny berharap dengan efisiensi ini masyarakat tidak hanya mendapatkan perluasan layanan internet. Tapi juga biayanya murah.
"Jadi kita akan mempunyai dua jenis satelit, keduanya akan diluncurkan dengan roket pendorong space X 9 500, dan diluncurkan melalui Florida Amerika Serikat," terang dia.
Johnny menjelaskan, HBS merupakan cadangan untuk SATRIA-I menggunakan teknologi very high-throughput yang sedang dibangun dan dijadwalkan selesai pada pertengahan 2023. Satelit HBS juga menyediakan kapasitas tambahan bagi infrastruktur jaringan internet.
"Dari sisi bandwith, HTS dengan teknologi yang baru ini memiliki kapasitas yang setara dengan Satelit SATRIA-I. Untuk jelasnya, 150 Gbps ini dipakai oleh BAKTI Kominfo sebesar 80 dan lebihnya akan dipakai negara-negara di sekitar ASEAN. Penggunaan sendiri oleh PSN untuk menggantikan kebutuhan Satelit Nusantara-2 yang gagal diletakkan diorbit pada April tahun 2020 yang lalu,” jelasnya.
Johnny menegaskan telah mempertimbangkan aspek teknis oleh operator, pengguna, maupun pabrik pembuatan satelit.
"Sudah pasti diperhitungkan, dianalisa dengan baik. Jadi jelas ya, satelit ini adalah Ka-band, sedangkan satelit milik Telkom adalah Ku-band dan C-band, sehingga tidak akan saling mengganggu,” tandasnya.
Dengan peluncuran satelit baru, Johnny menargetkan ada penambahan hingga 150 ribu titik layanan internet di Indonesia. Ratusan titik itu merupakan area yang sebelumnya yang belum mendapatkan konektivitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)