Jakarta: Pengelola museum, galeri, dan monumen (mugalemon) diajak untuk menerapkan konsep digital di masa mendatang. Hal ini diperlukan untuk menggaet lebih banyak pengunjung dari kalangan milenial.
"Pengelola mugalemon harus sudah mulai mengolaborasikan konsep manual yang selama ini dipakai dengan konsep digital. Kalau tidak, akan ditinggalkan generasi milenial," kata Sekretaris Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Paramita Jaya, Mis Ari, saat dihubungi Medcom.id, Senin, 28 Januari 2019.
Penerapan konsep digital pada pengelolaan mugalemon ini dipaparkan secara rinci oleh Sally Texania, pemegang beasiswa MMCA International Research dari National Museum of Modern and Contemporary Art, Seoul, Korea Selatan.
Sally menjadi pembicara di acara Temu Mugalemon se-Jakarta edisi Bincang-Bindang dengan topik "Pengelolaan Koleksi dan Program" pada Jumat, 25 Januari 2019, di Museum Seni Rupa dan Keramik.
Sally yang mendapatkan beasiswa selama enam bulan di Korsel itu menjelaskan bagaimana pengelolaan mugalemon secara digital di Korea Selatan. "Intinya, museum harus bisa menarik minat masyarakat," kata Mis Ari, mengutip uraian Sally.
Strategi lainnya, lanjut dia, pengelola juga harus bisa menjaring kemitraan dengan sejumlah pihak, baik itu organisasi maupun swasta. Mis Ari menyebut koleksi museum-museum di Indonesia berpotensi untuk dikelola dengan baik.
"Indonesia punya museum-museum dengan koleksi yang luar biasa. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik," katanya.
Menurutnya, pengelola tinggal mengembangkan konsep digital. Konsep digital ini belum banyak diadopsi sebagian besar museum di Indonesia. Beberapa yang sudah menerapkannya antara lain Museum Bank Indonesia, Museum Nasional Indonesia, Galeri Nasional, dan Modern and Contemporary Art Museum (MACAN).
"Jadi, intinya adalah kreativitas dari pengelola. Uang bukan masalah utama," kata Mis Ari.
Temu Mugalemon adalah agenda rutin saban bulan yang diselenggarakan AMI DKI Jakarta Paramita Jaya bekerja sama dengan Yayasan Mitra Museum Jakarta dan Unit Pengelola Museum Seni. Ada 62 museum yang tergabung ke dalam AMI DKI Jakarta Paramita Jaya.
"Setiap bulan kami selalu mengagendakan pertemuan. Ini sebagai ajang menambah wawasan bagi pengelolaan museum, galeri, dan monumen," katanya.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/zNALM7AK" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Pengelola museum, galeri, dan monumen (mugalemon) diajak untuk menerapkan konsep digital di masa mendatang. Hal ini diperlukan untuk menggaet lebih banyak pengunjung dari kalangan milenial.
"Pengelola mugalemon harus sudah mulai mengolaborasikan konsep manual yang selama ini dipakai dengan konsep digital. Kalau tidak, akan ditinggalkan generasi milenial," kata Sekretaris Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Paramita Jaya, Mis Ari, saat dihubungi
Medcom.id, Senin, 28 Januari 2019.
Penerapan konsep digital pada pengelolaan mugalemon ini dipaparkan secara rinci oleh Sally Texania, pemegang beasiswa MMCA International Research dari National Museum of Modern and Contemporary Art, Seoul, Korea Selatan.
Sally menjadi pembicara di acara Temu Mugalemon se-Jakarta edisi Bincang-Bindang dengan topik "Pengelolaan Koleksi dan Program" pada Jumat, 25 Januari 2019, di Museum Seni Rupa dan Keramik.
Sally yang mendapatkan beasiswa selama enam bulan di Korsel itu menjelaskan bagaimana pengelolaan mugalemon secara digital di Korea Selatan. "Intinya, museum harus bisa menarik minat masyarakat," kata Mis Ari, mengutip uraian Sally.
Strategi lainnya, lanjut dia, pengelola juga harus bisa menjaring kemitraan dengan sejumlah pihak, baik itu organisasi maupun swasta. Mis Ari menyebut koleksi museum-museum di Indonesia berpotensi untuk dikelola dengan baik.
"Indonesia punya museum-museum dengan koleksi yang luar biasa. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik," katanya.
Menurutnya, pengelola tinggal mengembangkan konsep digital. Konsep digital ini belum banyak diadopsi sebagian besar museum di Indonesia. Beberapa yang sudah menerapkannya antara lain Museum Bank Indonesia, Museum Nasional Indonesia, Galeri Nasional, dan Modern and Contemporary Art Museum (MACAN).
"Jadi, intinya adalah kreativitas dari pengelola. Uang bukan masalah utama," kata Mis Ari.
Temu Mugalemon adalah agenda rutin saban bulan yang diselenggarakan AMI DKI Jakarta Paramita Jaya bekerja sama dengan Yayasan Mitra Museum Jakarta dan Unit Pengelola Museum Seni. Ada 62 museum yang tergabung ke dalam AMI DKI Jakarta Paramita Jaya.
"Setiap bulan kami selalu mengagendakan pertemuan. Ini sebagai ajang menambah wawasan bagi pengelolaan museum, galeri, dan monumen," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UWA)