Jakarta: Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membagikan kisahnya kepada anak muda dalam diskusi 'Gen Milenial Bicara Pancasila' di DPP PDI Perjuangan, Jakarta. Dia menyampaikan meraih kesuksesan butuh proses.
Dia pernah merasakan getirnya kehidupan sebelum menjadi pengusaha hingga ditunjuk sebagai menteri oleh Presiden Joko Widodo. Namun, dia mengaku menikmati proses panjang itu.
"Jangan melihat saya yang sekarang, saya melalui proses yang panjang," kata Susi, disambut tepuk tangan semua peserta diskusi, Sabtu, 2 Maret 2019.
Susi mengaku, sempat berhenti sekolah. Dia keluar karena merasa tidak cocok di sekolah.
Dia kemudian melakukan usaha untuk meraup uang. Berbagai usaha ditekuninya kala itu, mulai dari jualan bed cover, ekspor ikan, hingga penyewaan pesawat.
Namun, Susi tetap berpikir pendidikan itu penting. Dia lalu melanjutkan pendidikan dan mendapat ijazah SMA pada 2018 melalui jalur paket C jurusan ilmu pengetahuan sosial.
"Saya berhenti sekolah bukan berarti sekolah enggak penting. Buktinya saya sekolah lagi. Karena pada akhirnya pendidikan itu sangat berpengaruh dalam hidupmu ke depan," ungkap Susi.
Sebagai menteri, Susi punya banyak prestasi. Dia mendongkrak neraca perdagangan ikan Indonesia menjadi nomor satu di Asia pada 2015. Susi juga menggebrak dengan kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan.
"Sebelum pemerintahan Pak Jokowi, neraca perdagangan ikan Indonesia nomor buntut, meski luas laut kita nomor dua di dunia," ujar dia.
Susi juga masuk dalam daftar Global Thinkers 2019 yang dirilis majalah Foreign Policy. Susi masuk ke dalam kategori Pertahanan dan Keamanan atas kontribusinya menjaga kedaulatan maritim Indonesia.
"Kita memang harus jadi creator, bukan pengekor. Energi positif itulah terjemahan Pancasila. Kebijakan Indonesia yang tegas membuat Indonesia disegani," ujar Susi.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia, Richard Sam Berra, dan Wakil Sekjen PDI Perjuangan Eriko Sotarduga turut hadir dalam diskusi bersama anak-anak muda ini.
Jakarta: Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membagikan kisahnya kepada anak muda dalam diskusi 'Gen Milenial Bicara Pancasila' di DPP PDI Perjuangan, Jakarta. Dia menyampaikan meraih kesuksesan butuh proses.
Dia pernah merasakan getirnya kehidupan sebelum menjadi pengusaha hingga ditunjuk sebagai menteri oleh Presiden Joko Widodo. Namun, dia mengaku menikmati proses panjang itu.
"Jangan melihat saya yang sekarang, saya melalui proses yang panjang," kata Susi, disambut tepuk tangan semua peserta diskusi, Sabtu, 2 Maret 2019.
Susi mengaku, sempat berhenti sekolah. Dia keluar karena merasa tidak cocok di sekolah.
Dia kemudian melakukan usaha untuk meraup uang. Berbagai usaha ditekuninya kala itu, mulai dari jualan
bed cover, ekspor ikan, hingga penyewaan pesawat.
Namun, Susi tetap berpikir pendidikan itu penting. Dia lalu melanjutkan pendidikan dan mendapat ijazah SMA pada 2018 melalui jalur paket C jurusan ilmu pengetahuan sosial.
"Saya berhenti sekolah bukan berarti sekolah enggak penting. Buktinya saya sekolah lagi. Karena pada akhirnya pendidikan itu sangat berpengaruh dalam hidupmu ke depan," ungkap Susi.
Sebagai menteri, Susi punya banyak prestasi. Dia mendongkrak neraca perdagangan ikan Indonesia menjadi nomor satu di Asia pada 2015. Susi juga menggebrak dengan kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan.
"Sebelum pemerintahan Pak Jokowi, neraca perdagangan ikan Indonesia nomor buntut, meski luas laut kita nomor dua di dunia," ujar dia.
Susi juga masuk dalam daftar Global Thinkers 2019 yang dirilis majalah Foreign Policy. Susi masuk ke dalam kategori Pertahanan dan Keamanan atas kontribusinya menjaga kedaulatan maritim Indonesia.
"Kita memang harus jadi creator, bukan pengekor. Energi positif itulah terjemahan Pancasila. Kebijakan Indonesia yang tegas membuat Indonesia disegani," ujar Susi.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia, Richard Sam Berra, dan Wakil Sekjen PDI Perjuangan Eriko Sotarduga turut hadir dalam diskusi bersama anak-anak muda ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)