medcom.id, Kendal: Haryanto, ayah Anggun Kartikasari, salah satu korban ledakan bom di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, tak menyangka anaknya menjadi korban.
Dia bercerita, Anggun pergi ke Jakarta ingin melamar pekerjaan. Anggun pergi sepuluh hari sebelum bom terjadi dan selama di Jakarta tinggal di Condet, Jakarta Timur. "Dia ingin refreshing sambil mencari pekerjaan. Kebetulan dia ingin bekerja di sebuah restoran Jepang di Sarinah," kata Haryanto, ditemui di rumahnya, di Kendal, Jawa Tengah, Kamis (14/1/2016).
Haryanto menceritakan Tika, sapaan Anggun, pergi ke Sarinah bersama sepupunya Riko dengan mengendarai sepeda motor. Tika kemudian memasukkan lamaran ke resto Jepang yang dituju. Saat keluar, Tika kebingungan mencari Riko yang tidak ada di tempat parkiran. Lalu ia berjalan-jalan untuk mencari sepupunya dan tiba-tiba terjadi ledakan di pos polisi. Tika terkena ledakan tersebut.
“Anak saya kemudian diselamatkan tukang ojek. Sementara Riko kabarnya sampai petang ini belum ditemukan,” kata dia.
Haryanto mengatakan putrinya merupakan lulusan Strata Satu (S1) jurusan Bahasa Jepang, Universitas Negeri Semarang. Tika sempat stres lantaran tertipu saat melamar kerja di sebuah perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) dengan tujuan Jepang. “Sudah keluar uang Rp34 juta dan menunggu berbulan-bulan ternyata orangnya malah kabur,” kata dia.
Rencananya malam ini keluarga segera bertolak ke Jakarta untuk segera mengetahui kondisi Tika. "Kondisi terakhir, kami dikabari Tika akan langsung dioperasi. Sebab kakinya mengalami patah. Selain itu, di dalam tulang dia terdapat besi atau paku,” kata Haryanto.
Lima ledakan terjadi sekitar pukul 10.30 WIB di kawasan Sarinah, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat atau 1,7 kilometer dari Istana Negara. Ledakan disusul baku tembak antara polisi dan terduga teroris. Lima orang terduga teroris tewas dalam peristiwa ini. Dua masyarakat yang terdiri dari satu warga negara asing dan satu warga negara Indonesia ikut jadi korban. Sebanyak 17 korban luka.
medcom.id, Kendal: Haryanto, ayah Anggun Kartikasari, salah satu korban ledakan bom di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, tak menyangka anaknya menjadi korban.
Dia bercerita, Anggun pergi ke Jakarta ingin melamar pekerjaan. Anggun pergi sepuluh hari sebelum bom terjadi dan selama di Jakarta tinggal di Condet, Jakarta Timur. "Dia ingin
refreshing sambil mencari pekerjaan. Kebetulan dia ingin bekerja di sebuah restoran Jepang di Sarinah," kata Haryanto, ditemui di rumahnya, di Kendal, Jawa Tengah, Kamis (14/1/2016).
Haryanto menceritakan Tika, sapaan Anggun, pergi ke Sarinah bersama sepupunya Riko dengan mengendarai sepeda motor. Tika kemudian memasukkan lamaran ke resto Jepang yang dituju. Saat keluar, Tika kebingungan mencari Riko yang tidak ada di tempat parkiran. Lalu ia berjalan-jalan untuk mencari sepupunya dan tiba-tiba terjadi ledakan di pos polisi. Tika terkena ledakan tersebut.
“Anak saya kemudian diselamatkan tukang ojek. Sementara Riko kabarnya sampai petang ini belum ditemukan,” kata dia.
Haryanto mengatakan putrinya merupakan lulusan Strata Satu (S1) jurusan Bahasa Jepang, Universitas Negeri Semarang. Tika sempat stres lantaran tertipu saat melamar kerja di sebuah perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) dengan tujuan Jepang. “Sudah keluar uang Rp34 juta dan menunggu berbulan-bulan ternyata orangnya malah kabur,” kata dia.
Rencananya malam ini keluarga segera bertolak ke Jakarta untuk segera mengetahui kondisi Tika. "Kondisi terakhir, kami dikabari Tika akan langsung dioperasi. Sebab kakinya mengalami patah. Selain itu, di dalam tulang dia terdapat besi atau paku,” kata Haryanto.
Lima ledakan terjadi sekitar pukul 10.30 WIB di kawasan Sarinah, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat atau 1,7 kilometer dari Istana Negara. Ledakan disusul baku tembak antara polisi dan terduga teroris. Lima orang terduga teroris tewas dalam peristiwa ini. Dua masyarakat yang terdiri dari satu warga negara asing dan satu warga negara Indonesia ikut jadi korban. Sebanyak 17 korban luka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)