Suasana perkampungan padat penduduk Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta, Selasa (29/3). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.
Suasana perkampungan padat penduduk Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta, Selasa (29/3). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.

Penggusuran Ganggu Pemandu Wisata Ahli Empat Bahasa

M Rodhi Aulia • 30 Maret 2016 20:42
medcom.id, Jakarta: Rencana penggusuran Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara meresahkan banyak warga. Catur salah satunya.
 
Catur adalah seorang pria yang bekerja sebagai pemandu wisata atau tour guide di kawasan wisata Luar Batang. Catur sudah menjalani profesi ini sejak 1987.
 
"Saya orang asli Luar Batang. Saya lahir di sini dan tinggal di sini. Saya kaget dengan penggusuran yang mendadak ini," kata Catur saat ditemui di Halaman Parkir Menara Miring Museum Bahari, Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (30/3/2016).

Yang paling ia khawatirkan, isu Masjid Luar Batang dan Makam Keramat yang katanya ikut dibongkar. Catur tidak percaya dengan pernyataan Wakil Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Haryadi yang menegaskan dua destinasi wisata religi itu tidak akan dibongkar.
 
"Saya lihat ada aparatur pemerintahan yang pergi mendekati Masjid Luar Batang dan Makam Keramat. Kalau tidak ada rencana pembongkaran, ngapain mereka ke sana," duga Catur.
 
Catur mengaku menerima banyak wisatawan dari mancanegara. Terutama dari Belanda. Catur khawatir dampak dari penggusuran 569 kepala keluarga dan 220 pedagang yang sehari-hari beraktivitas di Kampung Luar Batang.
 
"Wisatawan tanpa penduduk lokal, enggak akan ada artinya. Indonesia ini dikenal dengan penduduk yang ramah dan santun. Penduduk Indonesia juga bukan penduduk yang pendendam, karena dulu sempat dijajah Belanda berabad-abad," ungkap dia.
 
Menurut Catur, wisatawan mancanegara yang biasa pandu, tidak hanya menikmati sejarah bangunan yang ada di Luar Batang. Tapi juga suasana dan sikap serta cara hidup penduduk lokal.
 
"Saya ini gampang berkomunikasi dengan mereka. Karena saya bisa empat bahasa asing. Belanda, Jerman, Inggris dan Prancis. Yang paling fasih, Belanda," tukas dia.
 
Catur menegaskan, kampung tempat ia tinggal juga tidak banyak yang melakukan kejahatan. Kendati, Catur menyadari sebagian besar warga kampungnya menempati lahan di pinggir kali dan di atas kali.
 
"Yang saya bingung prostitusi di Jalan Royal seberang Luar Batang, kenapa bukan itu yang digusur? Ini malah penduduk yang benar dihantam. Penduduk yangg enggak bermasalah," sesal dia.
 
Catur termasuk dari 569 kepala keluarga yang akan digusur. Catur pasrah dengan rencana penggusuran yang didalilkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk revitalisasi Kawasan Wisata Bahari, Pasar Ikan dan Sunda Kelapa.
 
"Saya ikutin maunya pemerintah saja. Karena ya mau gimana lagi. Mereka datang bawa surat peringatan satu dengan sejumlah aparat di belakangnya. Nanti kalau saya bicara terus nanti malah dianggap provokator lagi," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan