medcom.id, Jakarta: Malang nian nasib bayi Tiara Deborah Simanjorang yang baru berusia 4 bulan 10 hari. Nyawanya tak tertolong akibat persoalan administrasi. Selama 7,5 jam bayi Deborah terkatung-katung sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhir pada pukul 10.00 WIB, Minggu 3 September 2017.
"Dek, Mamak janji setiap Minggu lihat dedek, ya. Maafkan Mamak, dek. Tak ada lagi kawan Mamak malam-malam. Tak ada lagi yang Mamak gendong malam-malam. Mereka Jahat, dek. Jahat," kata Henny Silalahi, ibu Deborah, di depan pusara anaknya, 8 September 2017, seperti diceritakan Birgaldo Sinaga, rekan Henny.
Peristiwa nahas ini dimulai saat bayi Deborah mengalami sesak nafas pada pukul 02.30 WIB, Minggu 3 September. Deborah terus batuk hingga membangunkan Henny. Cemas, Henny lantas membangunkan Rudianto Simanjorang, suaminya.
Tak berpikir lama, sepeda motor dinyalakan dan mereka langsung membawa Deborah ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat. Jarak antara rumah mereka dengan rumah sakit hanya tiga kilometer. Dalam 10 menit, mereka tiba di rumah sakit. Waktu menunjukkan pukul 03.40 WIB.
Deborah langsung diboyong ke instalasi gawat darurat (IGD) dan ditangani dr. Iren, dokter jaga saat itu. Dokter segera mengecek suhu tubuh Deborah dan menguapi paru-parunya. Pukul 04.10 WIB, dr. Iren meminta Deborah untuk dibawa ke ruang perawatan intensif khusus bayi (pediatric intensive care unit/PICU) agar perawatannya maksimal.
"Maaf, Bapak harus membayar uang muka Rp19,8 juta," kata Ifa, petugas administrasi RS Mitra Keluarga Kalideres, seperti dikisahkan Birgaldo.
Karena kejadiannya tiba-tiba, mereka tak memiliki uang sejumlah itu. Keduanya lantas menunjukkan kartu BPJS Kesehatan berharap bayi Deborah ditangani dulu. Namun, RS Mitra Keluarga Kalideres menyatakan belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Permintaan mereka ditolak.
Kekurangan uang
Enggan menyerah, Henny meminta Rudianto pulang ke rumah mengambil uang. Motor dihidupkan, Rudianto langsung balik lagi ke rumah. Pukul 04.30 WIB, Rudianto sudah tiba lagi di rumah sakit. Dia membawa uang Rp5 juta. Hanya uang itu yang dia punya.
"Masih kurang, Mbak," kata petugas jaga.
Henny dan Rudianto kembali memohon agar anaknya ditangani dulu. Mereka berjanji akan melunasi uang yang diminta begitu matahari terbit.
Petugas itu lantas menelepon atasannya agar diizinkan membukakan pintu PICU dengan uang yang tersedia. Izin tak diberikan. "Maaf, Pak. Atasan saya tak memberi izin sebelum Bapak menyelesaikan uang muka," kata petugas administrasi itu.
Lama menunggu, dr. Iren menanyakan apakah administrasi sudah selesai. Henny dan Rudianto hanya menggeleng. Iren lalu menyarankan bayi Deborah dirujuk ke rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
"Saat itu kami tak mau mengambil risiko. Kami tetap berusaha agar Deborah bisa dirawat di RS Mitra Keluarga," kata Henny, saat dihubungi Metrotvnews.com, Sabtu 9 September 2017.
Pukul 06.00 WIB, kondisi Deborah semakin menurun. Ia masih di ruang IGD. Selama 17 menit berselang, Henny mem-posting kegalauannya di akun Facebook. Beberapa temannya merespon. Ada yang menyarankan untuk dibawa ke RS Tangerang.
Di sela itu, Henny juga berselancar mencari rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS dan memiliki fasilitas PICU. Henny juga meminta sahabatnya, Iyoh, untuk mengecek ke Rumah Sakit Koja.
Pukul 09.00 WIB, dr. Irfan--dokter jaga pengganti dr. Iren--menemui Henny-Rudianto. Mengabarkan jika kondisi Deborah semakin memburuk. Wajah Deborah pucat dan badannya dingin. Sejam berselang, Deborah pun mengembuskan nafas terakhir. Dia meninggal dalam dingin.
Tanggapan RS Mitra Keluarga Kalideres
Mengenai kejadian ini, manajemen RS Mitra Keluarga Kalideres angkat bicara. Melalui rilis media yang dikirim Humas RS Mitra Keluarga Kalideres, Nona N. Rita, RS ini memberikan penjelasan.
Pihak RS membenarkan bayi Deborah datang ke sana dini hari pada 3 September. Saat itu pihak RS langsung memberikan tindakan penyelamatan dengan menyedot lendir, memasang selang ke lambung, dan memasang selang nafas (intubasi). Dokter jaga juga memompakan oksigen, memberikan infus, dan pengencer dahak (nebulizer).
"Setelah tindakan itu, kondisi bayi membaik, walaupun pasien masih sangat kritis. Maka dari itu dokter menganjurkan pasien ditangani di ruang khusus ICU," demikian penjelasan pihak RS.
Mengenai besaran uang yang harus dibayar sebelum masuk PICU, pihak RS menyatakan bahwa orang tua Deborah keberatan mengingat kondisi keuangan. Kepada Metrotvnews.com, Henny membantah penjelasan RS Mitra Keluarga itu.
"Saya tidak keberatan, tapi saya berjanji akan membayar lunas secepatnya. Saya mampu (membayar)," ujarnya.
Untuk soal BPJS, RS Mitra Keluarga menyatakan sudah membantu keluarga untuk merujuk Deborah ke RS yang bekerja sama dengan BPJS. "Ibu pasien menyetujui, dokter kemudian membuat surat rujukan," tulis rilis itu.
RS Mitra Keluarga kemudian menghubungi beberapa RS yang dimaksud. Hal yang sama juga dilakukan keluarga pasien. Namun, mereka tak kunjung mendapatkan tempat.
Pukul 09.15 WIB, keluarga pasien menemukan RS yang dituju. Namun, kondisi Deborah semakin memburuk. Saat itu, dokter jaga segera memberi pertolongan dengan melakukan resusitasi (tindakan pertolongan) jantung paru selama 20 menit.
"Segala upaya yang dilakukan tak dapat menyelamatkan nyawa pasien." Atas peristiwa itu, RS Mitra Keluarga menyampaikan rasa prihatin dan berbelasungkawa terhadap keluarga pasien.
medcom.id, Jakarta: Malang nian nasib bayi Tiara Deborah Simanjorang yang baru berusia 4 bulan 10 hari. Nyawanya tak tertolong akibat persoalan administrasi. Selama 7,5 jam bayi Deborah terkatung-katung sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhir pada pukul 10.00 WIB, Minggu 3 September 2017.
"Dek, Mamak janji setiap Minggu lihat dedek, ya. Maafkan Mamak, dek. Tak ada lagi kawan Mamak malam-malam. Tak ada lagi yang Mamak gendong malam-malam. Mereka Jahat, dek. Jahat," kata Henny Silalahi, ibu Deborah, di depan pusara anaknya, 8 September 2017, seperti diceritakan Birgaldo Sinaga, rekan Henny.
Peristiwa nahas ini dimulai saat bayi Deborah mengalami sesak nafas pada pukul 02.30 WIB, Minggu 3 September. Deborah terus batuk hingga membangunkan Henny. Cemas, Henny lantas membangunkan Rudianto Simanjorang, suaminya.
Tak berpikir lama, sepeda motor dinyalakan dan mereka langsung membawa Deborah ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat. Jarak antara rumah mereka dengan rumah sakit hanya tiga kilometer. Dalam 10 menit, mereka tiba di rumah sakit. Waktu menunjukkan pukul 03.40 WIB.
Deborah langsung diboyong ke instalasi gawat darurat (IGD) dan ditangani dr. Iren, dokter jaga saat itu. Dokter segera mengecek suhu tubuh Deborah dan menguapi paru-parunya. Pukul 04.10 WIB, dr. Iren meminta Deborah untuk dibawa ke ruang perawatan intensif khusus bayi (
pediatric intensive care unit/PICU) agar perawatannya maksimal.
"Maaf, Bapak harus membayar uang muka Rp19,8 juta," kata Ifa, petugas administrasi RS Mitra Keluarga Kalideres, seperti dikisahkan Birgaldo.
Karena kejadiannya tiba-tiba, mereka tak memiliki uang sejumlah itu. Keduanya lantas menunjukkan kartu BPJS Kesehatan berharap bayi Deborah ditangani dulu. Namun, RS Mitra Keluarga Kalideres menyatakan belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Permintaan mereka ditolak.
Kekurangan uang
Enggan menyerah, Henny meminta Rudianto pulang ke rumah mengambil uang. Motor dihidupkan, Rudianto langsung balik lagi ke rumah. Pukul 04.30 WIB, Rudianto sudah tiba lagi di rumah sakit. Dia membawa uang Rp5 juta. Hanya uang itu yang dia punya.
"Masih kurang, Mbak," kata petugas jaga.
Henny dan Rudianto kembali memohon agar anaknya ditangani dulu. Mereka berjanji akan melunasi uang yang diminta begitu matahari terbit.
Petugas itu lantas menelepon atasannya agar diizinkan membukakan pintu PICU dengan uang yang tersedia. Izin tak diberikan. "Maaf, Pak. Atasan saya tak memberi izin sebelum Bapak menyelesaikan uang muka," kata petugas administrasi itu.
Lama menunggu, dr. Iren menanyakan apakah administrasi sudah selesai. Henny dan Rudianto hanya menggeleng. Iren lalu menyarankan bayi Deborah dirujuk ke rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
"Saat itu kami tak mau mengambil risiko. Kami tetap berusaha agar Deborah bisa dirawat di RS Mitra Keluarga," kata Henny, saat dihubungi
Metrotvnews.com, Sabtu 9 September 2017.
Pukul 06.00 WIB, kondisi Deborah semakin menurun. Ia masih di ruang IGD. Selama 17 menit berselang, Henny mem-posting kegalauannya di akun Facebook. Beberapa temannya merespon. Ada yang menyarankan untuk dibawa ke RS Tangerang.
Di sela itu, Henny juga berselancar mencari rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS dan memiliki fasilitas PICU. Henny juga meminta sahabatnya, Iyoh, untuk mengecek ke Rumah Sakit Koja.
Pukul 09.00 WIB, dr. Irfan--dokter jaga pengganti dr. Iren--menemui Henny-Rudianto. Mengabarkan jika kondisi Deborah semakin memburuk. Wajah Deborah pucat dan badannya dingin. Sejam berselang, Deborah pun mengembuskan nafas terakhir. Dia meninggal dalam dingin.
Tanggapan RS Mitra Keluarga Kalideres
Mengenai kejadian ini, manajemen RS Mitra Keluarga Kalideres angkat bicara. Melalui rilis media yang dikirim Humas RS Mitra Keluarga Kalideres, Nona N. Rita, RS ini memberikan penjelasan.
Pihak RS membenarkan bayi Deborah datang ke sana dini hari pada 3 September. Saat itu pihak RS langsung memberikan tindakan penyelamatan dengan menyedot lendir, memasang selang ke lambung, dan memasang selang nafas (intubasi). Dokter jaga juga memompakan oksigen, memberikan infus, dan pengencer dahak (nebulizer).
"Setelah tindakan itu, kondisi bayi membaik, walaupun pasien masih sangat kritis. Maka dari itu dokter menganjurkan pasien ditangani di ruang khusus ICU," demikian penjelasan pihak RS.
Mengenai besaran uang yang harus dibayar sebelum masuk PICU, pihak RS menyatakan bahwa orang tua Deborah keberatan mengingat kondisi keuangan. Kepada Metrotvnews.com, Henny membantah penjelasan RS Mitra Keluarga itu.
"Saya tidak keberatan, tapi saya berjanji akan membayar lunas secepatnya. Saya mampu (membayar)," ujarnya.
Untuk soal BPJS, RS Mitra Keluarga menyatakan sudah membantu keluarga untuk merujuk Deborah ke RS yang bekerja sama dengan BPJS. "Ibu pasien menyetujui, dokter kemudian membuat surat rujukan," tulis rilis itu.
RS Mitra Keluarga kemudian menghubungi beberapa RS yang dimaksud. Hal yang sama juga dilakukan keluarga pasien. Namun, mereka tak kunjung mendapatkan tempat.
Pukul 09.15 WIB, keluarga pasien menemukan RS yang dituju. Namun, kondisi Deborah semakin memburuk. Saat itu, dokter jaga segera memberi pertolongan dengan melakukan resusitasi (tindakan pertolongan) jantung paru selama 20 menit.
"Segala upaya yang dilakukan tak dapat menyelamatkan nyawa pasien." Atas peristiwa itu, RS Mitra Keluarga menyampaikan rasa prihatin dan berbelasungkawa terhadap keluarga pasien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)