Jakarta: Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Muhadjir Effendi mendorong pembangunan manusia Indonesia yang berkelanjutan. Hal ini amat berguna untuk memanfaatkan bonus demografi dan menghadapi Indonesia Emas 2045.
"Ini harus menjadi perspektif baru BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) untuk menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045," kata Muhadjir saat membuka Gebyar Bina Keluarga Balita untuk 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) yang digelar BKKBN di Jakarta, Selasa, 12 Desember 2023.
Dia mengingatkan penyelesaian masalah stunting atau tengkes tak otomatis membuat pekerjaan pembangunan manusia selesai. Menurutnya, pembangunan manusia harus dilakukan holistik hingga menjadi manusia produktif.
"Pemenuhan gizi itu tidak hanya selesai di baduta (bayi di bawah dua tahun), tapi mau sampai balita, nanti kemudian remaja, sampai menjadi manusia produktif. Itu harus dijamin pemenuhan gizinya," kata Muhadjir.
Dia juga mengingatkan masih butuh 22 tahun lagi untuk menuju Indonesia Emas 2045. Jangan sampai Indonesia tidak bisa memanen bonus demografi.
"Banyak contoh negara yang sudah memanen bonus demografi tetapi tidak membuat negaranya menjadi maju. Itu yang sebut dengan middle income trap," kata Muhadjir.
Perlu hati-hati
Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo menyebutkan perlu kehati-hatian dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia. Terutama saat masa aging population pada 2035.
"Pada tahun tersebut banyak orang tua yang pendidikannya rendah, ekonominya juga rendah. Nah, inilah yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama," kata Hasto.
Forum yang digagas BKKBN ini juga memberi penghargaan bagi Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya dan Ketua TP PKK Rai Wahyuni Sanjaya. Keduanya mendapatkan penghargaan sebagai Duta Orang Tua Hebat di tingkat nasional.
Baca: RPJMN 2025-2029 Jadi Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045
Di forum ini, upaya Bupati Solok Epyardi Asda juga apresiasi karena bisa menurunkan prevalensi stunting dari 40,1 persen menjadi 24,1 persen. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan prevalensi stunting bisa diturunkan hingga 14 persen.
Jakarta: Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Muhadjir Effendi mendorong pembangunan manusia Indonesia yang berkelanjutan. Hal ini amat berguna untuk memanfaatkan bonus demografi dan menghadapi
Indonesia Emas 2045.
"Ini harus menjadi perspektif baru BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) untuk menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045," kata Muhadjir saat membuka Gebyar Bina Keluarga Balita untuk 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) yang digelar BKKBN di Jakarta, Selasa, 12 Desember 2023.
Dia mengingatkan penyelesaian masalah stunting atau tengkes tak otomatis membuat pekerjaan pembangunan manusia selesai. Menurutnya, pembangunan manusia harus dilakukan holistik hingga menjadi manusia produktif.
"Pemenuhan gizi itu tidak hanya selesai di baduta (bayi di bawah dua tahun), tapi mau sampai balita, nanti kemudian remaja, sampai menjadi manusia produktif. Itu harus dijamin pemenuhan gizinya," kata Muhadjir.
Dia juga mengingatkan masih butuh 22 tahun lagi untuk menuju Indonesia Emas 2045. Jangan sampai Indonesia tidak bisa memanen bonus demografi.
"Banyak contoh negara yang sudah memanen bonus demografi tetapi tidak membuat negaranya menjadi maju. Itu yang sebut dengan
middle income trap," kata Muhadjir.
Perlu hati-hati
Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo menyebutkan perlu kehati-hatian dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia. Terutama saat masa aging population pada 2035.
"Pada tahun tersebut banyak orang tua yang pendidikannya rendah, ekonominya juga rendah. Nah, inilah yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama," kata Hasto.
Forum yang digagas BKKBN ini juga memberi penghargaan bagi Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya dan Ketua TP PKK Rai Wahyuni Sanjaya. Keduanya mendapatkan penghargaan sebagai Duta Orang Tua Hebat di tingkat nasional.
Baca: RPJMN 2025-2029 Jadi Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045
Di forum ini, upaya Bupati Solok Epyardi Asda juga apresiasi karena bisa menurunkan prevalensi stunting dari 40,1 persen menjadi 24,1 persen. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan prevalensi stunting bisa diturunkan hingga 14 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)